PEMBURU VAMPIR

.

.

.

.

.

PAIRING AS ALWAYS KAIHUN

WARNING : INI GS SO BAGI YG SUKA GAK SUKA GS MENDING GAK USAH BACA DEHH DRPD BIKIN KALIAN CAPEK HATI

RATED M

.

.

.

.

HAPPY READING

Sehun Pov

Musik di dalam klub yang menghentak keras membuat denyut nadiku berdetak lebih kencang. Dengan berhati hati aku masuk dalam kerumunan, mencari sebuah getaran yang kurasakan. Klub itu penuh, situasi khas jumat malam. Setelah berkeliling selama hampir satu jam dan tidak mendapatkan apa apa membuatku merasa sedikit kecewa. Tampak terlihat di dalam klub ini hanya dipenuhi oleh para manusia biasa. Sambil menghela napas, aku duduk di bar dan memesan gin – tonik.

Sebenarnya saat aku masuk ke dalam klub ini ada banyak pria yang mendekatiku tapi dengan sopan aku menolak mereka. Aku datang ke klub ini bukan untuk mencari teman kencan. Tapi aku mencari sesuatu yang berbeda. Setelah minum tiga gelas, aku memutuskan untuk meninggalkan klub, karena sepertinya aku tidak beruntung disini. Sekarang sudah hampir tengah malam dan sejauh ini tidak ada yang kutemukan selain alkohol, narkotika dan dansa.

Saat aku berjalan melewati salah satu bilik yang berada di klub, aku merasakan sesuatu yang tidak biasa. Seseorang atau sesuatu sedang mendekat. Aku berhenti dan berputar pelan, berusaha mencari sesuatu itu.

Di balik bayangan dan cahaya remang remang, aku melihat puncak kepala seseorang sedang menunduk. Rambutnya terlihat berwarna putih dibawah cahaya yang berkelap kelip. Ketampanan wajah pria itu terlihat semakin jelas saat pria itu mendongak dan melihatku yang sedang menatapnya. Alis pria itu terlihat sedikit lebih gelap daripada rambutnya, yang ternyata berwarna platinum. Mata pria itu juga sama gelapnya, terlalu dalam bagiku untuk menebak warna pastinya. Tulang pipi pria itu terlihat seperti dipahat dari marmer, dan kulit berwarna caramel yang tampak berkilau dari balik kerah kemejanya.

Bingo.

Sambil menyunggingkan senyum palsu, aku berjalan mendekatinya lalu duduk di seberang pria itu.

" Halo, Tampan, " Sapaku dengan suara paling menggoda.

" Jangan sekarang. "

Nada suara itu terdengar tegas. Aku mengerjapkan mata dengan bodoh selama beberapa saat, berpikir mungkin aku terlalu mabuk sehingga salah mendengar perkataan pria itu. " Maaf? "

" Aku sedang sibuk. " Pria itu terlihat tidak sabar dan sedikit kesal.

Kebingungan menguasai diriku. Kenapa dia tidak tergoda padaku. Apa mungkin aku keliru? Aku lalu mengulurkan tangan dan menyusurkan jemariku ke atas tangannya. Kekuatan besar nyaris terlonjak keluar dari kulit pria itu. Aku tidak mungkin keliru, sudah pasti dia bukan manusia.

" Aku bertanya tanya, hmmm... " Aku membiarkan kata kataku menggantung, aku berusaha mencari istilah agar lebih terlihat menggoda. Sejujurnya, hal semacam ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Aku tidak pernah sekalipun ditolak dan aku tidak tahu bagaimana cara mengatasi masalah ini seperti seorang wanita penghibur profesional.

" Mau bercinta denganku? " Kata kata itu terlontar begitu saja dan aku ngeri sendiri setelah mengatakannya. Aku nyaris saja menutup mulutku dengan telapak tangan karena tidak pernah mengucapkan kata sefrontal itu sebelumnya.

Pria itu menoleh dengan bibir melengkung, memperlihatkan senyum maaf, aku merasa senyum itu adalah sebuah senyum penolakan. Mata gelap pria itu menatapku dengan sorot menilai.

" Pemilihan waktu yang tidak tepat, Sayang. Kau harus menunggu. Jadilah burung yang baik dan terbang menjauh, aku akan menemukanmu nanti. " Aku ternganga terkejut mendengar penolakan pria itu.

Ia menyentakkan tangannya lalu pria itu mengusirku. Dengan pikiran kosong aku bangun dan beranjak pergi, aku menggelengkan kepala karena situasi yang tidak terduga ini. Dia menolakku? Sekarang, bagaimana aku bisa membunuhnya?

Dalam keadaan bingung, aku pergi ke toilet wanita untuk memeriksa penampilanku. Rambutku terlihat rapi dan aku mengenakan tank top keberuntunganku, yang telah membuat dua pria menuju kematian mereka. Kemudian aku memeriksa deretan gigiku, tidak ada yang menyangkut di gigiku. Lalu terakhir aku mengangkat lenganku dan mengendus bagian ketiakku. Aku tidak mencium aroma tidak sedap. Kalau begitu kenapa? Kenapa dia menolakku? Sebuah pikiran terlintas dalam otakku. Apa mungkin pria itu gay?

Sambil memandang pantulan diriku sendiri di cermin, aku mempertimbangkan kemungkinan itu. Segalanya mungkin, aku yakin dia gay. Kalau dia straight, dia pasti akan tergoda olehku. Sekarang aku hanya bisa mengawasinya dari jauh. Aku akan mengikuti pria itu setiap kali ia terlihat bersama seseorang, pria atau wanita. Setelah membuat keputusan itu, aku melangkah keluar dengan tekad baru.

Saat aku menuju bilik pria tadi, ternyata ia sudah pergi. Meja tempatnya tadi duduk sudah kosong dan aku tidak mencium jejak baunya di udara. Dengan tergesa gesa aku mencari ke sekeliling bar, di lantai dansa dan didalam bilik lain. Tapi aku tetap tidak menemukan pria tadi. Aku pasti terlalu lama membuang buang waktu di toilet. Sambil mengutuk diriku sendiri, aku berjalan kembali ke bar dan memesan minuman lagi. Meskipun alkohol tidak mampu menumpulkan indraku, tapi aku harus meminum sesuatu, aku benar benar merasa gagal malam ini.

" Wanita cantik tidak seharusnya minum sendirian, " Terdengar suara pria disampingku.

Sewaktu berbalik untuk memberikan penolakan, aku langsung terdiam saat melihat pengagumku ternyata sangat tampan. " Ehmm, sebenarnya aku benci minum sendirian. "

Pria itu tersenyum, memperlihatkan deretan gigi yang rapi.

" Apa kau datang sendirian kesini? " Dengan sikap malu malu, aku mengedip ngedipkan bulu mataku pada pria itu. Aku bersumpah, yang ini tidak akan kubiarkan lolos dari tanganku lagi, cukup sekali aku ditolak malam ini.

" Aku sangat berharap kau yang datang sendirian. " Sekarang suara pria itu terdengar pelan dan senyumannya terlihat lebih menggoda.

" Yah, aku memang sendirian. Kecuali jika kau mau menemaniku. " Aku membiarkan kepalaku miring kesamping dengan gaya menggoda, sekaligus memperlihatkan leher polosku. Mata pria itu mengikuti gerakanku dan aku melihat pria itu menjilat bibirnya. Oh, Tuhan, pria itu terlhat lapar.

" Siapa namamu, Gadis Cantik? "

" Sehun, Oh Sehun. " Aku mengatakan nama asliku, aku tidak perduli ia mengetahui namaku, karena sebentar lagi ia juga tidak akan bisa mengingat namaku lagi.

Senyuman pria itu melebar. " Nama yang sangat cantik, sesuai dengan dirimu. "

.

.

.

.

Nama pria itu adalah Minho. Minho berusia dua puluh delapan tahun dan seorang arsitek, atau begitulah pengakuannya. Minho baru baru ini bertunangan, tapi tunangannya mencampakkannya dan sekarang ia ingin mencari seorang wanita yang baik dan menikah. Aku berhasil mengendalikan diriku agar tidak tersedak oleh minumanku karena mendengar semua omong kosong dari ucapannya. Kemudian, Minho memperlihatkan foto sebuah rumah dengan pagar berwarna putih. Ia mengatakan rumah itu akan menjadi tempat tinggalnya nanti dengan istrinya.

Saat aku mengatakan ingin pulang. Dengan segera Minho bersedia mengantarku pulang. Pengalaman telah mengajarkanku bahwa, ketimbang alternatif lainnya, mobil akan lebih mudah untuk disingkirkan jika dijadikan sebagai tempat pembunuhan.

Saat sampai di mobil, aku langsung duduk di kursi penumpang. Minho membawaku ke daerah terpencil, sebagian dari mereka memang memilih tempat semacam itu. Aku pura pura berteriak dengan kengerian yang kubuat buat saat Minho mulai menyerangku.

Aku langsung berlari keluar mobil, Minho mengikutiku dengan langkah mantap, merasa senang dengan kegugupanku. Aku berpura pura terpeleset, dan merintih untuk membuatnya terlihat meyakinkan. Minho menunduk ke arahku. Wajah Minho menampakkan sifat aslinya. Senyuman iblis memperlihatkan taring yang tidak tampak sebelumnya dan mata Minho yang tadi berwarna cokelat sekarang berkilau dengan cahaya hijau yang mengerikan.

Aku merangkak, menutupi tanganku yang bergerak ke saku. " Kumohon jangan sakiti aku! "

Minho berlutut, meraih bagian belakang leherku. " Hanya akan terasa sakit sebentar. " Ucapnya.

Pada saat itu, aku mulai bertindak. Tanganku mulai melakukan gerakan terlatih dan senjata yang kugenggam langsung menghunjam ke jantung Minho. Aku menghunjam berulang kali sampai mulut Minho membuka lebar dan cahaya memudar dari matanya. Dengan satu pelintiran terakhir, aku mendorong tubuh Minho dan menyeka tanganku yang berlumuran darah ke celanaku.

" Kau benar. " Aku kehabisan napas akibat aksiku barusan. " Hanya terasa sakit sebentar. "

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC / END?

Ini GS yaaa. Maaf gak bisa dibikin Yaoi soalnya kurang ngefeel kalo dibikin Yaoi.

Maaf chapter ini masih pendek, ini Cuma buat perkenalan aza dulu.

So, ada yang berminat?