Chapter 1

Warning : AU, TYPO bertebaran, alur cepat, dsb.

Disclaimer © Masashi Kishimoto

Album Putih© Adinda Kasih

Pairing : Sasuke x Sakura

Rated © T

Summary : Uchiha Sakura, istri dari pemilik perusahaan ternama yang sangat kaya raya, Uchiha Sasuke. Semua berfikir bahwa Sakura adalah seorang gadis yang sangat beruntung. menikah dengan pemuda kaya, tampan, dan mempunyai segalanya. Mereka mengira bahwa hidup gadis bersurai merah muda itu akan sangat bahagia.

Namun yang terjadi malah sebaliknya, semenjak menikah dengan seorang Uchiha Sasuke, kehidupannya penuh dengan duka kepedihan. Sasuke memperlakukannya dengan sangat buruk, Meniduri gadisnya dikamar mereka, berbuat seolah sakura tak lebih dari seorang pembantu yang mengurusi keperluannya setiap hari.

Dan yang paling menyakitkan adalah, dia sangat mencintai pria itu.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

#Sakura POV

Dari dulu aku selalu berdoa kepada Tuhan, ketika aku dewasa nanti, aku ingin menikah dengan seseorang yang kucintai dan bahagia bersamanya. Hanya itu yang ku inginkan. Ya, hanya itu. Aku tidak butuh kemewahan, harta dan uang. Karena selama aku hidup, Tuhan telah memberikan limpahan kekayaannya padaku.

Yang aku butuhkan hanyalah cinta dan kasih sayang.
Semua itu jauh lebih berharga dibandingkan dengan harta.
Untuk apa memiliki harta berlimpah jika tidak ada yang mencintai dan menyayangimu?
Itu ibarat sebuah kertas putih yang kosong. Ketika aku beranjak dewasa, takdir mempertemukanku dengan seorang pemuda.

Percayakah kalian pada Cinta pandangan pertama?
Itulah yang kurasakan saat itu.
Mencintainya? Ya, aku sangat mencintainya. Ketika aku mengetahui bahwa aku akan menikah dengannya? Oh sungguh. Aku sangat senang sekali. Sebuah keluarga yang aku impi impikan dari dulu akan tercapai.

Saat itulah aku berfikir, Tuhan telah mengabulkan doa ku. Namun ketika aku telah membina rumah tangga dengannya, yang kudapat malah duka, dan kepedihan. Heran kenapa ada pria yang memperlakukan seorang wanita seperti itu. Kasar, dia kasar sekali terhadap wanita.

Oh.. Mungkin hanya akulah wanita yang diperlakukannya seperti itu.

Dan betapa perihnya hati ini ketika aku mengetahui bahwa dia tidak mencintaiku.

Aku mencoba untuk bertahan didalam lingkaran kekejaman yang dia ciptakan. Demi semua orang yang kucintai. Saat ini yang terpenting adalah membuat orang orang yang aku cintai bahagia.
Karena hanya dengan senyuman merekalah aku dapat bertahan diatas duka ini.

Mencoba untuk selalu sabar dan setia kepanya, besikap layaknya seorang istri meskipun dia menganggapku tak lebih dari seorang pembantu.

Namun, akan ada fase dimana aku tidak sanggup lagi untuk bertahan.
Seseorang mempunyai batas kesabaran masing masing bukan? Aku menyerah, Dan saat itulah aku menyadari, Apa benar Tuhan telah mengabulkan doa ku?

#Sakura POV end

.

.

.

.

.

.

.

"Shh.. Sasuke..kun..." Desahan itu lagi.

Sakura memejamkan matanya. Mencoba untuk menulikan telinganya. Hampir setiap malam dia mendengar desahan desahan di dalam kamar miliknya dan suaminya. Dan anehnya, desahan itu bukan berasal dari sakura. Melainkan dari seorang wanita lain.

Ya, suaminya bercinta dengan wanita lain didalam kamar mereka.

Tes..

Air mata itu keluar begitu saja dari pelupuk emerald nya. Setiap pagi sampai sore didepan semua orang, emerald itu indah berseri, tampak tak ada kesedihan. Namun menjelang malam hari, emerald itu berubah menjadi sayu, lirih, penuh dengan duka.
Hanya dia dan Tuhan saja yang mengetahui betapa pedihnya hidup yang dia alami. Suara desahan yang tak ada henti di kamar sebelah membuat hatinya bagai di sayat sayat. Perih sekali.

Drrrttt... Drrrttt...

Sakura tersentak kaget saat handphonenya bergetar, pertanda ada panggilan masuk. Dia mengangkat kepalanya, meraih handphone yang ada diatas meja. Matanya membulat sempurna melihat siapa yang menelponnya. Sebenarnya sudah tak asing lagi baginya.

Hampir setiap malam orang itu menelponnya, disaat dia tengah menangis sendiri didalam kamar. Sakura menarik nafas panjang, mencoba untuk bersikap normal.

"Moshi..moshi.."

"Kau?! Kenapa lama sekali mengangkat telpon ku?!" Terdengar gerutuan seorang pemuda.

"Gomen sasori kun , aku sedang mandi tadi." ucap sakura berbohong.

"Mandi? Yang benar saja. Ini sudah hampir tengah malam sakura, kau gila!" Sakura mendengus geli, sedikit dapat menghibur hatinya kalau berkomunikasi dengan pemuda bernama sasori itu.

"Hari ini panas sekali sasori kun , jadi aku memutuskan untuk mandi"

"Begitu? Baiklah kali ini aku maafkan, tapi lain kali, jangan pernah mandi dimalam hari lagi. Kau tau, itu bisa menyebabkan patah tulang!" Sakura menahan tawanya. Apa apaan itu? Patah tulang? Dasar sasori bodoh!

"Hihi.. Bukan patah tulang sasori kun , tapi sakit tulang".

"Whatever! Yang penting itu tidak baik untuk kesehatan"

"Iya iya sasori kun , aku mengerti"

"Hmm bagus." "Ada apa kau menelponku tengah malam begini sasori kun ?

"Aa.. Itu aku sedang bosan. Jadi aku menelponmu"

"Kemarin malam tidak bisa tidur, malam ini kau bilang bosan, periksakan dirimu ke dokter, siapa tau kau mempunyai kelainan"

"Ckck! Enak saja. Aku memang sedang bosan sakura"

"Hahahaa.. Jadi, apa yang bisa kubantu?"

"Emm.. Apa ya? Bagaimana kalau malam ini kita bermain tebak tebakan?"

"Baiklah kalau itu bisa mengurangi rasa bosanmu"

"Yoss! Sekarang siapa yang lebih dulu menebak?"

"Aku saja"

"Oke! Sekarang tebak, ada berapa kaki gajah?"
Sakura mengernyitkan dahinya, pertanyaan bodoh! Semua kaki gajah kan sama. Dasar sasori. Dia selalu bodoh dalam hal permainan.

"Emm.. Kurasa empat"

"Whoaa! Hebat! Kau bisa menebaknya!" Pekik sasori heboh. Sakura memutar bola matanya bosan.

"Ayolah sasori kun , nenek nenek juga dapat menebak pertanyaanmu itu dengan benar"

"Hihihi.. Biarkan saja. Weekk"

"Cih! Sasori no bakaa"
Sakura mendengus geli, diikuti derai tawa sasori.

Untuk sesaat mereka saling tertawa. Entah apa yang lucu. Namun hal itu justru membuat sakit hati sakura sedikit berkurang.

Sampai saat ini sakura masih heran sasori selalu saja menelponnya ditengah malam. Mengajak nya melakukan hal hal konyol seperti bermain tebak tebakan, bernyanyi bersama , bahkan mengajaknya joget joget diatas kasur. Sasori selalu bisa membuatnya tertawa. Dan pemuda itu selalu datang disaat sakura membutuhkannya.

.

.

.

.

.

.

Diatas sebuah ranjang berukuran king size, seorang wanita beriris lavender tengah bersandar di dada bidang seorang pemuda berambut raven. Wanita itu menggeliat manja sambil memain mainkan jari lentiknya di dada telanjang pemuda itu.

Sang pemuda raven pun mengelus ngelus punggung terbuka gadisnya itu. Mereka baru saja melakukan rutinitas malam mereka.

"Sasuke kun ?" ucap hinata manja

"Hn?"

"Apa kau mencintaiku?"

"Tentu saja"

"Lalu, kenapa kau tidak segera menikahiku?" sungutnya pura pura kesal. Sasuke membalikkan tubuh polos hinata, lalu menatap matanya dalam.

"Semua butuh proses. Aku harus menyingkirkan pembantu itu, lalu aku akan menikahimu". Ujarnya.

"Kau janji! Pokoknya kau harus segera menyingkirkan wanita jalang itu. Aku tidak mau tau."

"Hn" Hinata tersenyum senang lalu menarik leher sasuke kedalam pelukannya. Sasuke mencium singkat bibir hinata lalu beranjak dari ranjang itu. Membuat hinata mengerucutkan bibirnya

"Kau mau kemana sasuke kun ? "

"Kedapur. Aku haus" sahut sasuke sambil memakai kimono tidurnya.

"Cepat kembali ya~" ucap hinata dengan nada manja.

"Kau menggodaku?" tanya sasuke menyeringai.

"Mmm mungkin"

"Akan kupastikan kau tidak akan bisa berjalan besok". Sahut sasuke kemudian keluar dari kamar. Menyisakan hinata yang merona ditempat.

.

.

.

.

.

.

'Hahahahahah... Ada ada saja kau sasori kun..! Hahahaha '

Sasuke menghentikan langkahnya saat mendengar derai tawa dari dalam kamar sakura.

'Sedang apa dia?' batin sasuke penasaran. Perlahan tapi pasti dia mendekatkan telinganya pada pintu kamar itu. Mencoba menguping apa yang dilakukan sakura didalam kamar .

Bukannya dia peduli, dia tak peduli sama sekali apapun yang dilakukan gadis itu.
Tapi hanya sebatas ingin tahu saja. Ingat itu, Ingin Tahu. Semakin lama semakin terdengar ledakan tawa sakura.
Sepertinya dia sedang menelpon.

'Sialan! Jadi dia tidak mendengar percintaan kami tadi?'. Sasuke mendengus kesal.

Tok.. Tokk... Tokkk.. !
Sasuke menggedor gedor pintu kamar sakura. Sakura tersentak kaget saat terdengar pintu kamarnya diketuk dengan kasar.

Dia masih terdiam di atas kasurnya, tidak berniat membukakan pintu.

"Siapa itu?" Oh, sepertinya sasori juga mendengarnya.

"Sakura?"

"Eh?! A..aku tidak tau sasori kun "

"Apa kau yak-"

"BUKA PINTUNYA PEMBANTU JALANG! KAU INGIN AKU MEMBUNUHMU HAH?!"

Tutt..tuut...tutt... Secepat kilat sakura memutuskan panggilan dari sasori. Lalu beranjak turun dari tempat tidurnya.

.

Cklek

.

BRAAKK!
sejurus kemudian tubuh sakura sudah terdorong jatuh kelantai. Membuat gadis itu meringis menahan sakit.

"Awhh.."

"Apa saja yang kau lakukan didalam sana hah?! Pembantu jalang!" bentak sasuke.

"A..aku tidak melakukan apa apa sasuke kun "

"Cih!" Sasuke mendengus lalu berjongkok menyamakan posisinya dengan sakura.
Secepat kilat dia menjambak surai merah muda sakura.

"A..awhh.. Sa..sakit sasuke kun "

"Kau sudah berani membohongiku hn?!"

"T..tidak.. Am..ampun sasuke kun akh!" Sasuke tambah mengeraskan jambakannya, membuat kepala sakura sedikit tertarik kebelakang.

"Sakit? Kau tidak sanggup? Menyerahlah pembantu! Pergilah dari rumah ini!" Sakura menahan air matanya. Matanya menatap tajam sasuke.

"Sakiti aku, dan kalau perlu bunuh saja aku, tapi aku tak akan pernah pergi dari rumah ini sasuke kun ! Tak akan pernah!" kecam sakura

"Bajingan !"
Brukk.. Sasuke melepas kasar jambakannya. Membuat tubuh sakura terhempas kelantai.

.

"Kenapa kau lama sekali sasuke kun? "

Hinata menghampiri sasuke yang tengah berdiri menatap tajam sakura yang tergeletak dilantai. Hinata mengalihkan pandangannya, terlihat sakura yang tengah menahan sakit dengan rambut acak acakan.
Senyum mengejek terpampang nyata diwajah hinata. Dengan cepat dia menggandeng mesra tangan sasuke.

"Sudahlah, tak perlu memukulinya, membuat tanganmu kotor saja. Lebih baik kita melanjutkan yang tadi sasuke kun " goda hinata manja, sambil mengecup lembut bibir sasuke. Sakura memiringkan kepalanya kekanan, tak ingin melihat adegan ciuman itu. Sasuke menarik tangan hinata, membawa gadis itu kembali kekamar.

Sebelum pergi, sakura sempat mendengar hinata mengatainya 'Wanita Jalang' Sesudah kepergian sasuke dan hinata, sakura terduduk dilantai sambil memeluk kedua lututnya. Kebiasaan nya dari kecil saat dia menahan sakit.

"Hikss..hikss..." Terdengar isakan tertahan dari bibir mungilnya.
Sakit, sangat sakit.
Air mata itu tak dapat ditahannya lebih lama lagi. Sampai akhirnya air mata itu merembes dengan derasnya dari pelupuk emarald indah itu.

"Hikss... Kenapa sasuke kun ? Hikss.. Hikss..." Tubuh sakura bergetar hebat. Isakannya semakin keras.

Tak ingin ada yang melihatnya menangis, sakura segera berdiri, menutup pintu kamarnya, lalu menenggelamkan wajahnya dibalik selimut. Menangis sekeras kerasnya.

.

.

.

.

.

.

.

#Sakura POV

Aku hanya wanita lemah, tak sekuat yang kalian kira.
Tak setegar yang kalian bayangkan.
Sanggupkah wanita lemah sepertiku menghadapi semua ini?
Tuhan.. Tolong aku..
Kuatkan aku...
Sungguh, sangat kejam kehidupan yang kau berikan padaku..
Aku menerimanya..
Menerima jalan hidup seperti yang kau berikan..
Tapi aku mohon Tuhan..
Ajari aku cara untuk bertahan...

#Sakura POV end

.

.

.

.

.

.

.

.

Hwallowww...
Minna saannn!
Selesai sudah chapter 1...
Gimana ?
Lanjut kah? Btw ini fanfic pertamanya saya. So, gomen kalau ada kesalahan kata maupun perilaku (?) disana.

Mohon maaf untuk hinata lovers(termasuk aku) karena di cerita ini, karakter hinata terbalik 180 derajat dari aslinya.
Bagi yang gak tahan, silahkan tinggalkan fic ini.
Saya tidak ingin anda kecewa dengan ff yang saya buat..

Mengenai ff ini, sebelumnya sudah pernah saya post di akun wattpad. Tapi saya coba post dif ffn.

Ok, Arigatou Gozaimasu~

.
Mind To Review?