Author: Juzie syalalala~

Disclaimer : My best friend, siapa kali klo bukan Kubo-chan #plak

Genre : Misteri, crime, suspence (maybe?), tragedy (maybe?), Angst (yah…lumayan…tp ga juga #?), hurt/comfort (bisa jadi)

Warning! : banyak Typo, AU, OOC, EYD tidak sesuai, Gaje, Abal, penuh kenistaan, membosankan, tidak masuk di akal, hina, menjijikkan, menjemukan, membuat mual, bete, bibir pecah-pecah dan susah buang air besar dan segala kekurangan-kekurangan yang lainnya. dan mungkin akan ada OC dari eike cyinmuuach!

.

.

.


CH 1

Previous Story

.

.

.

Derapan kaki yang menghentak tiap anak tangga terdengar jelas disepanjang ruang tangga darurat yang tak mendapat pencahayaan apapun. Raut cemas dan takut terpancar di wajah tirusnya yang terus menengadah, menatap puncak tangga. Kegelisahannya membuncah akan hal yang ia takutkan saat berada di atas nanti. Doa yang tak pernah putus terus ia lantungkan dalam hati untuk orang terkasihnya, semoga saja ia belum telat mencegah hal yang paling ia takutkan.

CEKLEK

Pemandangan atap gedung tua tampak begitu kelam. Sangat sunyi seakan tak ada makhluk selain dirinya, yang terdengar hanya suara angin yang berhembus kencang.

Sambil mengatur napas, kaki jenjang nan kokohnya melangkah perlahan. Dirasakan dinginnya angin malam menjelang musim dingin menusuk kulitnya hingga ke pori-pori. Tapi, ia tak peduli, yang ada dipikirannya hanyalah seorang wanita yang penting baginya.

Sambil menapak langkah ia edarkan pandangannya ke segala arah, mencari sosok yang membuatnya gelisah. Tujuh langkah dan saat ia menengok ke balik tembok, sosok wanita cantik sedang berdiri tidak jauh dari bibir atap, menengadah menatap langit hitam dengan cahaya redup dari bulan, tanpa hiasan gemerlap bintang. Rambut indah panjang berwarna orange kecoklatan dan bawahan dress putih polos yang membalut tubuh indahnya berkibar karena angin.

"Inoue, jangan…!" pinta pria itu.

Wanita cantik yang ia sebut dengan panggilan "Inoue" menoleh ke arah pria itu. Kaget, mengapa pria itu berada di sana. Ia hendak ingin bertanya, bagaimana pria itu tahu keberadaan dirinya, namun ketika mendapati raut sendu di wajah tampan itu, ia urung dan kebimbangan menyerangnya. Antara enggan dan ingin melanjutkan niatnya.

"Inoue…kumohon jangan…kematian bukan jalan keluarnya!"

Air mata Inoue mengalir di pipinya. Memang kematian bukanlah jalan keluar dari segala masalahnya, tapi kematian yang akan membebaskannya dari segala masalah yang menimpanya. Sebenarnya, dalam hatinya pun bergejolak, ada sisi dalam dirinya yang menolak keputusannya untuk mengakhiri hidupnya, hanya saja, ia sudah tak sanggup lagi menjalani hidupnya yang kelam.

"Inoue…aku mencintaimu."

Mata Inoue membulat mendengar pengakuan itu, dalam keterperanjatannya ia menatap mata pria itu. Kata-kata cinta yang sederhana itu serasa meredam kegalauannya, walaupun sejenak Inoue berpikir, mungkin ucapan pria itu hanyalah upaya bujukan semata agar ia mengurungkan niatnya. Namun, mata itu memperlihatkan sinar kejujuran, begitu tulus…

"Aku tidak peduli seberapa buruknya dirimu, aku tetap ingin menikahimu… membawamu pergi dari sini dan memulai segalanya dari awal, menganggap masa lalumu tidak pernah terjadi."

Wajah Inoue mendadak bersinar mendengar harapan yang ditawarkan pria di hadapannya. Harapan akan masa depan yang lebih baik, mungkin akan sangat indah, yang akan membebaskannya dari segala mimpi buruk yang menjeratnya.

"Inoue…mari memulai hidup baru, kita bersama-sama…" pria itu melangkah pelan sembari mengulurkan tangannya.

Inoue terenyuh akan kebaikan pria itu, pria yang begitu berhati lembut, yang bersedia menerimanya dengan segala keburukan yang melekat pada dirinya. Tapi, akankah dia akan benar-benar menerima Inoue setelah mengetahui kenyataan selanjutnya, kenyataan lain yang selama ini Inoue belum pernah ceritakan kepada siapapun juga, kenyataan yang akan menjadi bayangan kelam mereka.

Secercah harapan itu terbang, seperti kelopak dandelion yang tertiup angin. Kembali tangisan itu terdengar. Inoue menggeleng putus asa, tangan yang hendak menyambut uluran sang pria kembali ia tarik.

"Tidak bisa…"

"Kenapa?" Mata pria itu mulai berkaca, "tidak sulit jika kita menjalaninya…" bujuknya .

"Kau laki-laki yang baik… aku tidak pantas untukmu…"

"Inoue, kau bicara apa? Aku menerimamu apa adanya!" serunya setengah menjerit, "bagiku…kau tetap seorang gadis yang suci."

Tangis Inoue malah semakin pecah. Memang jika ia memulai hidup baru bersama pria itu, ia akan bebas dari segala jeratan iblis di sekitarnya. Tapi, ia sudah merasa terlalu kotor dan kebaikan pria itu adalah beban tersendiri baginya. Pria itu berasal dari kalangan baik-baik, ia merasa tak pantas, merasa hanya akan sebagai benalu jika ia memasuki kehidupan pria itu, terlalu banyak aib yang dimilikinya. Ia mundur setapak.

"Inoue, kumohon…jangan…!" pria itu memohon sangat. Bulir-bulir air matanya tak mampu lagi ia bendung, tak siap ia akan kehilangan wanita yang dicintainya itu.

"Aku tak sanggup lagi hidup… bersamaku hanya akan menjerumuskanmu ke dalam mimpi burukku…"

Air mata pria itu semakin menderas penuh permohonan, namun raut keputusasaan tampak jelas di wajah si cantik itu. Kaki Inoue kini berada di ujung atap. ia memandang ke bawah gedung yang merupakan jurang kematian untuknya, dimana sang dewa kematian mengayungkan tangannya seolah memanggilnya untuk segera menjalankan tugasnya, mencabut nyawa dan membawa roh wanita itu.

Inoue tak berpikir lagi akankah ia dibawa ke surga ataukah ke neraka. Jika waktu memang bisa dimundurkan, maka ia ingin hidupnya berakhir sebelum mimpi buruk itu menghampirinya. Kalau bisa, ia tak ingin pernah dilahirkan.

Dengan penuh linangan air mata, ia menoleh kembai ke arah pria itu. "Ini keputusanku…" ujarnya terisak, "aku berharap kau akan berbahagia. Selamat tinggal!" Lalu tanpa rasa takut lagi, Inoue menjatuhkan dirinya ke bawah gedung.

Kerongkongan pria itu tercekat hingga tak bisa bersuara karena saking terkejutnya. Hal yang paling ia takutkan terjadi juga tanpa bisa ia cegah, rasanya, seperti berada dalam mimpi buruk.

Tiba-tiba tungkai bawahnya lemas hingga ia berlutut putus asa. Tidak terdengar suara isakan tangis namun air matanya terus berlinang. Kejiwaannya terguncang hebat, pandangan dan tubuhnya belum siap dengan apa yang telah ia saksikan. Wanita yang dicintai tewas bunuh diri tepat dihadapannya.

"INOUE!"

Akhirnya, teriakan yang menulikan segalanya itu menggema juga.

.

.

.

to be continue…


Apa coba? pendek banget ya, ehehehe… ini pertama kalinya aku membuat fic dengan genre yang…ng…bisa dibilang ini adalah dark fict, tapi belum keliatan ya. Sebenarnya aku juga merasa ga sanggup membuatnya, cuma mau bereksperimen aja.

ini aku buat di saat emosi ga stabil dan juzie kepengen nebas kepalanya orang #ga ada yang nanya# Um…ya udah kalo gitu.

ini rate M! karena akan ada bagian yang berbau-bau sadism dan mungkin rada berat, jadi ga akan ada pair-pair segala. Ini cerita pembunuhan, jadi jelasnya ada di chap selanjutnya. oke cint :*