FLOWERS AND SEA

Cast : SVT's JIhoon x Mingyu

Oneshot

Angst, Typo(s), OOC, Tidak sesuai EYD ((Penulis Amatir))

Note: Hanahaki merupakan suatu penyakit yang muncul akibat kuatnya perasaan cinta seseorang terhadap orang lain namun cinta tersebut tidak terbalas. Menimbulkan tumbuhnya bunga didalam tubuh penderitnya. Bunga-bunga indah yang berubah seiring berkembangnya perasaan sang penderita, dan walaupun indah tapi bunga-bunga tersebut cukup mematikan. Jika dibiarkan, bunga yang tumbuh tersebut akan membunuh penderitanya. Cara agar bisa terbebas dari penyakit ini secara alami adalah dengan terbalasnya cinta si penderita. Namun penyakit ini juga dapat dihilangkan dengan operasi, efek samping dari operasi ini adalah hilangnya perasaan cinta seiring dengan diangkatnya bunga yang ada di dalam tubuh penderita.

Sebuah desahan napas lolos dari bibir mungilnya saat ia mencoba untuk mencampurkan berbagai melodi yang terpampang di layar komputer di hadapannya. Namun usahanya sia-sia, ia sama sekali tidak mendapatkan inspirasi apapun.

Ia melepaskan headphonenya dengan kasar dan mengacak rambutnya. Ia menggeram kesal pada dirinya sendiri dan memutuskan untuk beristirahat sejenak. Percuma memaksakan otaknya untuk berpikir dalam keadaan seperti ini. Ia sadar bahwa tenggat waktu untuk lagu yang sedang dikerjakannya ini tidaklah lama lagi namun memaksakannya pun tidak ada gunanya.

Ia berbalik saat mendengar suara ketukan dan pintu yang terbuka dibelakangnya.

"Hyung? Apa kau disana?" Ia mengenali suara itu dan berdesah pelan.

"Ya, masuklah" dan Mingyu menyelinap masuk ke dalam studio tersebut.

Mingyu memperhatikan setiap sudut di ruangan itu sementara Jihoon menunggu sambil memandanginya. Mata Mingyu kemudian terhenti pada kelopak bunga yang terlihat menyembul dari dalam tempat sampah di belakang kursi yang diduduki oleh Jihoon. Mingyu menghela napas berat dan menarik kursi untuk duduk dihadapan Jihoon.

"Kau benar-benar tidak akan memberitahuku siapa orang itu?" tanya Mingyu dengan nada suara yang serius.

Jihoon mendongakkan kepalanya, terkejut dengan ucapan Mingyu dan mengernyitkan kening,

"tidak ada gunanya, Gyu. Lagipula dia.. tidak akan pernah membalas perasaanku"

Pikiran Jihoon kemudian kembali ke satu minggu yang lalu saat tiba-tiba saja ia merasakan perutnya mual dan tidak enak. Namun bukan sisa-sisa makan siang yang ia lihat saat ia memuntahkan isi perutnya di kamar mandi melainkan tumpukan kelopak bunga yang memenuhi wastafelnya. Kepalanya terasa sakit saat menyadari apa yang terjadi dengan tubuhnya, kakinya pun terasa lemah hingga ia jatuh terduduk dan menangis dalam diam.

Setelah beberapa hari, ia menemukan cara untuk mengurangi intensitas gejolak yang muncul dari perutnya, yaitu dengan menyibukkan diri dan pikirannya. Hasilnya sejak beberapa hari terakhir ini ia terus mengurung diri di studio miliknya dan mencoba menyibukkan diri dengan mengerjakan aransemen lagu baru yang sedang dikerjakannya.

"hyung, kumohon" Mingyu memohon, tapi Jihoon hanya tersenyum lirih dan mengalihkan pandangannya.

"Apa kau tahu..." tanya Jihoon masih mengalihkan pandangannya ke segala arah kecuali Mingyu, "cara untuk melupakan seseorang begitu mudah, tapi aku tidak bisa mengerti mengapa hal itu sama sakitnya seperti saat kau mempertahankan perasaan itu."

Mingyu tersentak. Ia berusaha mencari alasan lain. Jihoon adalah salah satu favoritnya diantara anggota yang lain dalam grupnya dan Mingyu tidak ingin melihatnya menderita dan sekarat karena –yang menurut Mingyu, perasaan tidak masuk akal.

Kalau begitu... bagaimana kalau operasi, hyung?" saran Mingyu.

Jihoon berusaha menelan ludahnya dengan susah payah, ia merasakan perasaan gatal di tenggorokannya. "entahlah" suaranya sangat pelan hampir terdengar sebagai bisikan.

"aku tidak memiliki cukup waktu untuk memikirkan hal itu sekarang," lanjutnya.

"hyung... aku tahu aku tidak berhak memaksamu tapi aku hanya ingin kau tahu. Kau adalah salah satu orang yang sangat berharga bagiku, aku tidak ingin melihatmu terus menderita seperti ini. Dan kau tahu... itu tidak seburuk apa yang orang katakan, kehilangan perasaan untuk siapapun itu setelah operasi selesai," senyum menenangkan menghiasi wajah Mingyu dan kesunyian kembali menyelimuti mereka berdua. Mingyu menyerah untuk membujuk Jihoon karena ia tahu seberapa keras kepala hyungnya ini.

Jihoon hanya menunduk. Sebagian dari dirinya sadar bahwa mempertahankan perasaan ini hanyalah usaha yang sia-sia saja tapi sebagian lainnya bertahan bahwa mungkin saja suatu saat perasaannya ini akan terbalas.

Mingyu bangkit dari kursinya dan menepuk pundak Jihoon dengan lembut seolah memberi Jihoon keyakinan bahwa ia akan terus berada di sampingnya apapun yang terjadi. Sebelum Mingyu benar-benar melangkah keluar dari studio itu, Jihoon menghentikan langkahnya.

"satu lagu ini saja... setelah aku menyelesaikan lagu ini, aku berjanji akan menurutimu untuk melakukan operasi itu," janji Jihoon pada Mingyu yang langsung berbalik untuk memeluknya.

"aku akan selalu siap jika kau butuh bantuan. Bagaimana pun kau sudah seperti kakakku sendiri, hyung!" ujar Mingyu bersemangat. Jihoon hanya terkekeh mendengar pernyataan Mingyu itu dan balas memeluk singkat Mingyu sebelum mendorongnya pergi ke luar.

Berhari-hari. Berminggu-minggu. Bahkan sampai berbulan-bulan berlalu. Operasi itu tidak pernah benar-benar dilakukan. Begitu pun dengan lagu yang sedang dikerjakan Jihoon. Lagu itu tidak pernah selesai, hanya selembar lirik yang berhasil dikerjakan dengan kumpulan nada tak beraturan yang mengaluninya.

Jihoon memuntahkan bunga mawar tak lama setelah pertemuan terakhirnya dengan Mingyu di studio malam itu. Tentu saja ia merahasiakan hal ini karena ia tahu, bunga mawar merupakan jaminan terakhirnya. Penanda bahwa waktunya semakin singkat.

Jihoon berusaha lebih keras untuk memenuhi janjinya. Setidaknya untuk menyelesaikan lagu yang dikerjakannya jika mungkin janji untuk melakukan operasi terlalu terlambat untuk dilakukan. Namun tubuhnya menyerah sebelum melodi untuk lirik yang ditulisnya selesai dengan sempurna.

Jihoon ditemukan tergeletak bersimbah darah yang bercampur dengan puluhan kelopak bunga mawar di studio tempatnya bekerja. Tidak ada yang mengetahui mengenai penyakitnya dan semua orang menyesalkan hal itu. Namun Mingyu, sebagai satu-satunya orang yang tahu, mendapatkan beban lebih besar dari yang lain. Ia menyalahkan dirinya lebih dari anggota yang lain karena ia tahu namun tak pernah memberi tahu. Ia bahkan tidak cukup berusaha untuk membujuk Jihoon dalam melakukan pengobatan terhadap penyakit itu.

Perasaan bersalah itu semakin memuncak saat ia menemukan lirik lagu yang masih belum selesai dikerjakan oleh Jihoon. Lirik lagu itu bukan hanya sekedar lagu cinta yang biasa di buat oleh Jihoon, tapi lagu itu merupakan curahan hati Jihoon dan pengakuan cinta Jihoon. Kini Mingyu tahu siapa orang yang telah membuat Jihoon mengidap penyakit ini. Orang itu adalah ... dirinya.

Kim Mingyu.

Orang yang dicintai Jihoon selama ini, yang tidak pernah membalas perasaan Jihoon selama ini, yang membuat Jihoon memuntahkan bunga-bunga itu selama ini adalah dirinya, dan dirinya pula lah yang telah mendorong Jihoon hingga Jihoon tidak lagi bisa bertahan dan akhirnya terjatuh hingga tak dapat kembali lagi. Selamanya.

Mingyu mengutuk dirinya. setelah semua ini, Mingyu tak mungkin bisa memaafkan dirinya sendiri.

Karena Mingyu...

Semua ini salahnya.

Ia telah membunuh Jihoon dengan cintanya.

Itulah sebabnya Mingyu memutuskan untuk menghukum dirinya sendiri. Setelah memikirkan cara apa yang paling tepat, Mingyu akhirnya menemukannya.

Mingyu meletakkan bunga diatas pusara Jihoon, ia menyentuh nama Jihoon yang terukir diatas batu nisan itu dengan lembut. "aku harap mereka memperlakukanmu dengan baik di sana. Jika tidak, aku pastikan akan menghajar mereka." Mingyu menyingkirkan rambut yang menutupi matanya dengan tangannya yang lain, kembali mengelus nama itu, seolah mencoba mengukirkannya ingatan. "aku tahu kau tak akan pernah memaafkan kebodohanku, maka dari itu aku sudah memutuskannya." Mingyu terdiam sejenak, seperti menunggu Jihoon untuk meresponnya. Ia mendesah saat tidak ada yang terjadi, berkedip perlahan.

"hyung, aku akan datang lagi besok, aku janji."

Semilir angin memainkan helaian rambutnya. Mata Mingyu beralih dari langit senja yang berwarna jingga ke arah kakinya yang tak beralas dan terkena deburan ombak. Pasir pantai yang lembut terasa dibawah telapak kakinya dan barisan jejak kaki tergambar di sepanjang tepi pantai.

Pasir pantai tak lama berubah menjadi permukaan berbatu di kakinya. Putihnya pasir tergantikan dengan jalanan berbatu tajam. Permukaan bebatuan kecil terasa kasar di permukaan kakinya saat ia terus berjalan menuju dataran yang lebih tinggi.

Suara bebatuan yang terjatuh membuat Mingyu menghentikan langkahnya dan menundukkan kepalanya untuk menemukan kalau kini kakinya telah berhenti tepat di ujung tebing batu. Matahari yang semakin tersembunyi dibalik horizon, kehangatan cahayanya terpantulkan dengan indah diatas permukaan air yang berkilau. Ia melirik ke bawahnya dan memperhatikan deburan ombak yang cukup kuat di bagian bawah tebing tempatnya berdiri.

Menutup kedua matanya, ia merentangkan kedua tangan di samping tubuhnya, membiarkan dirinya terjatuh ke depan menuju kehampaan meninggalkan dunia untuk menjemput pengampunan dari penyesalannya.

Tidak jauh dari tempatnya melompat, terdapat sebuah surat yang himpit diantara bebatuan kecil yang ada di sana. Tidak banyak tulisan yang terdapat di dalam surat itu. hanya sebuah kalimat.

Maafkan aku hyung, aku telah mencoba semampuku dan aku tahu ini sudah terlambat... tapi jika di masa ini aku tidak berhasil mencintaimu, ijinkan aku mencintaimu dikehidupan selanjutnya.

-FIN-

Notes:

Ini cerita kedua yang di upload di ffn ... waktu nulis cerita ini memang lagi seneng sama hanahaki dan cerita sebelumnya juga tentang penyakit yang sama tapi lupa gak nulis penjelasannya... (Guilty, JiHanCheol)

Saya sadar diri kalau saya bukan penulis yang baik apalagi dalam hal alur dan ending... tapi itung-itung belajar jadi sukur-sukur kali ada yang ngerti sama jalan pikiran saya di cerita ini apalagi kalau sampai ada yang suka...

Ini bukan pairing yang saya sukai sebenernya... saya lebih suka SoonHoon/HoZi tapi di cerita ini kayaknya lebih cocok kalau tokohnya JiGyu...

Terinspirasi dari beberapa (banyak sebenernya) cerita yang pernah dibaca...

Terima kasih^^