Let's Talk About
Taeyong/Yuta
K-T+
Disclaimer:
Sesungguhnya NCT adalah milik kita bersama.
Warning:
AU. Typo(s). Boys Love/sho-ai . OOC—bikaus, disini Taeyong tidak tsun tsun.
Kumpulan drabble.
.
.
.
Let's Talk About: Rain
.
.
Nakamoto Yuta memandang rintik hujan yang tengah membasahi bumi saat ini. Hujan yang bisa dikategorikan cukup deras.
Pemuda manis berdarah Jepang itu menghela napas, ia memilih untuk jongkok sembari memeluk erat ransel hitamnya—guna mengusir hawa dingin yang semakin lama semakin menusuk kulit. Ia menghela napas, merutuki hujan yang tak kunjung reda meski sudah dua jam berlalu.
Ia menolehkan kepalanya, melihat ke sekitar. Sepi.
Tak ada orang selain dirinya yang masih bertahan di depan sekolah—dengan tampang bodoh menatapi hujan.
Yuta menghela napas sekali lagi, tersadar akan kebodohannya. Tentu saja mereka lebih memilih untuk duduk santai di dalam kelas sembari menunggu hujan reda, setidaknya di dalam kelas jauh lebih hangat dibanding disini.
Pemuda manis itu berdiri, ia hendak melangkah menuju kelas, namun diurungkan. Ia justru kembali pada posisinya semula, berjongkok sambil memeluk ranselnya erat.
Ia menenggelamkan kepalanya pada ransel, mengabaikan percikan air hujan yang mengenai dirinya.
"Dikelas jauh lebih menakutkan, aku tak kenal siapapun. Dan mereka selalu mengejek bahasa koreaku," gumam Yuta sedih.
Yah, sudah menjadi resiko jika menjadi murid pindahan pada pertengahan semester tahun kedua seperti dirinya ini. Sudah tak mengenal siapapun, ia pun tak terlalu lancar berbahasa Korea—meski saat masih di Jepang ia sudah mengikuti kursus bahasa asing. Tapi tetap saja, materi dan penggunaannya berbeda.
Yuta mendongak, ia menatap sedih hujan yang seolah mengejeknya. Demi Tuhan, Yuta ingin segera pulang—tapi sialnya ia tak membawa payung, mau menerobos hujanpun ia malas. Malas jika keesokan harinya ia harus sakit.
"Aku ingin pulang. Argh, hujan sialan," umpatnya menggunakan bahasa Jepang.
"Kau ini ngomong apa?"
Yuta terkejut, ia sampai jatuh terduduk saking kagetnya. Matanya menatap horor pemuda yang memakai seragam sama sepertinya tengah berdiri dan menatapnya heran.
Pemuda manis itu menggeleng, ia memilih untuk kembali berjongkok dan menyembunyikan parasnya yang memerah karena malu atas reaksi konyolnya.
"Aneh," ucap pemuda disampingnya. Yuta tak mempedulikannya. Lagipula ia tak kenal dengan pemuda itu. Ia sedang malas untuk beramah-tamah—yang mungkin akan berujung pada dirinya yang diolok karena logatnya yang lucu.
Maklum, dirinya ini hanyalah orang Jepang asli yang baru saja seminggu tinggal di Korea Selatan—yang masih gagu berbahasa Korea.
Hening cukup lama, hanya ada suara hujan yang mengisi sunyi. Yuta menolehkan kepalanya, penasaran dengan sosok pemuda yang masih betah tutup mulut disampingnya. Ia memandang lekat sosok itu, mengamati bagaimana rupa si pemuda asing yang juga tengah berjongkok sembari menatap hujan.
"Tampan," bisik Yuta tanpa sadar.
"Kau mengatakan sesuatu?" tanya pemuda itu sembari menatap Yuta.
Yuta menggelengkan kepala, "Tidak, mungkin hanya perasaanmu saja."
Pemuda itu terdiam, ia mengedipkan matanya, menatap Yuta dengan pandangan aneh—entah takjub atau bagaimana, Yuta tak bisa menjelaskannya.
"Kena—"
"Pfft—"
Pemuda manis itu merengut, baiklah, sekarang Yuta tau apa maksud dari pandangan pemuda itu.
Pemuda asing—yang sialnya tampan—itu, geli dengan logatnya. Astaga, mau sampai kapan orang Korea yang berbicara dengannya mau memakluminya yang masih gagu ini?
"Bahasa Koreamu lucu sekali," ucap pemuda itu.
Yuta cemberut, "Terima kasih, aku anggap itu sebagai pujian."
"Sama-sama. Ngomong-ngomong, aku Lee Taeyong. Kau?"
"Nakamoto Yuta," jawabnya singkat.
Pemuda asing itu menganggukkan kepalanya, ia menirukan pose Yuta—menatap dengan kepala yang bersandar pada lututnya, telunjuknya menunjuk Yuta, "Oh, jadi kau murid pindahan yang ramai dibicarakan itu?"
"Ramai dibicarakan?"
Taeyong mengangguk, "Murid pindahan dari Jepang yang katanya manis itu."
"Manis? Aku ini laki-laki!" sungut Yuta tak terima. Ia membuang pandang, malas menatap Taeyong yang kini tengah terkekeh itu.
Keduanya kembali terdiam. Yuta yang nampaknya masih ngambek memilih untuk memandang hujan yang sudah mulai agak reda. Sementara itu, Taeyong lebih memilih untuk mengamati Yuta dalam diam.
Mengamati bagaimana ekspresi pemuda itu ketika tengah tersenyum senang karena hujan sudah mulai agak reda, lalu kembali cemberut ketika tiba-tiba hujan kembali mengguyur dengan deras. Sungguh polos—dan menggemaskan.
"Kenapa tak kunjung reda," gumam Yuta yang masih bisa didengar oleh Taeyong.
"Terobos saja, lagipula sudah agak reda 'kan?" celetuk Taeyong.
Manik Yuta memicing, menatap Taeyong sebal, "Agak reda bagaimana? Hujannya kembali deras, aku tidak mau sakit."
Taeyong mengedikkan bahunya. Ia mendekat kearah Yuta—membuat pemuda manis itu curiga. Tangannya bergerak menuju sisi paras manis Yuta, menarik ujung bibir Yuta dan menciptakan seulas senyum konyol.
"Kau harus lebih sering tersenyum. Senyummu manis," ucap Taeyong sembari mengulas senyum.
Manik Yuta melebar, ia reflek menepis tangan Taeyong dan segera menyembunyikan wajahnya yang sudah ternodai semburat merah. Malu—sekaligus terpesona akan senyum Taeyong yang sangatlah menawan.
Taeyong terkekeh, ia menopang dagu, menatap geli Yuta yang tersipu malu. Menyenangkan sekali membuat pemuda manis yang katanya kikuk itu malu-malu seperti ini. Ah, Taeyong jadi ingin menjadikan kegiatan ini sebagai hobi barunya.
"Lucunya, Nakamoto-san," goda Taeyong sembari mencolek pundak pemuda manis itu.
Yuta menjauhkan dirinya dari jangkauan Taeyong—masih dengan posisi enggan menunjukkan wajahnya pada dunia—dan diikuti oleh Taeyong yang ikut menggeser jika Yuta bergerak menjauh.
"Sana minggir," usir Yuta ketika Taeyong masih asyik mengikutinya dan betah mencolek bahunya.
Taeyong tersenyum, ia mendekat kearah telinga Yuta, "Aku ingin mengatakan sesuatu."
Alis Yuta bertaut tak mengerti, apalagi ketika Taeyong menunjuk kearah depan sana, dimana halaman sekolah yang tengah diguyur hujan menjadi pemandangan mereka saat ini.
"Tentang hujan," ucap Taeyong seolah bisa membaca raut bingung Yuta.
"Apa?"
Taeyong kembali mendekatkan dirinya pada telinga Yuta, bermaksud untuk membisikkannya. Kali ini Yuta terlihat tidak keberatan, pemuda manis itu justru mendekatkan dirinya.
"Kau dan hujan itu sama," bisik Taeyong.
Yuta menjauhkan dirinya, ia menatap tidak mengerti kearah Taeyong yang justru tersenyum, "Apa maksudnya?"
Taeyong merangkul bahu Yuta, membuat bahu pemuda manis itu bersentuhan dengan dadanya, sementara bibirnya kembali berbisik.
"Kau itu seperti hujan yang datang tiba-tiba, membasahi bumi tanpa mau tau keadaan. Kau tiba-tiba datang di kehidupanku, membuatku berdebar, membuatku merasakan kembali perasaan yang dinamakan suka, disaat aku tidak ingin merasakannya."
Taeyong menjauhkan dirinya. Ia menatap geli kearah Yuta yang masih menatapnya tak mengerti.
Pemuda tampan itu berdiri, ia mengusap surai Yuta, "Besok sepulang sekolah. Ku tunggu kau disini."
"Tu—" belum sempat Yuta mengucap kata, Taeyong sudah terlebih dahulu berlari menerobos hujan yang masih turun dengan deras.
Yuta menatap punggung Taeyong yang semakin mengecil. Setelah sosok Taeyong menghilang, ia menenggelamkan kepalanya. Dibenaknya saat ini hanyalah ada kata-kata Taeyong yang terus terngiang, enggan enyah meski berkali-kali Yuta berusaha untuk memikirkan hal lain.
Pemuda manis itu mengulas senyum tipis, parasnya memerah—hingga mencapai ujung telinga. Tangannya pun kini memeluk erat tas ransel hitamnya.
"Dasar gila."
.
.
END.
(Yup. Jadi, ini adalah kumpulan dari cerita singkat tentang TaeYu. Per chapter akan berbeda setting, ataupun genre. Contohnya, di chapter ini, TaeYu jadi anak sekolahan, dengan genre fluff atau romance begini, nah, besok bisa jadi sudah ganti setting lagi, TaeYu misalnya jadi pasutri, dengan genre angst. Kesimpulannya, antara chapter satu dengan yang lainnya tidak berkaitansama sekali.)
(Disini, aku sengaja bikin Taeyong ngga tsundere, karena aneh banget kalau orang tsundere ngegombalin orang. Iya, OOC banget emang. Tapi maklumin aja yah, demi mendukung jalannya cerita (?))
(Untuk cerita selanjutnya, aku ada dua pilihan, silahkan dipilih salah satunya. Aku ngga janji akan update kapan, karena aku juga liat grafik reviews sama viewnya. Jujur, aku agak malas kalau harus update cerita, sedangkan peminatnya sedikit. Hehe, egois ya?)
(Pilihan untuk cerita selanjutnya; Let's talk about: Sugar, Honey and You atau Let's talk about: Flowers)
(Silahkan pilih salah satu melalui tombol imut bertuliskan review dibawah ini. Terima kasih sudah membaca! Ppyong~)
Manado, 30 August 2016.
