I love you a lot but don't say the words. It's awkward that pride doesn't allow me

Sing For You

Jaeyong – Jaehyun x Taeyong

Jung Jaehyun

Lee Taeyong

Jaeyong and NCT belong to God, their family and SM

This story belongs to me

Rated T

WARNING! BL! BOTTOM!TAEYONG

TYPOS EVERYWHERE!DLDR!

.

.

.

"Jaehyun!"

Pemuda bersurai hitam yang baru saja memasukkan gitar coklatnya ke dalam sarungnya menoleh ke arah sumber suara. Sebuah senyuman terpatri di wajahnya ketika melihat siapa yang memanggilnya. Pemuda yang baru saja mengecat rambutnya menjadi warna ash-gray itu memasang senyuman lebar yang memasang cengiran lebarnya dan berdiri di depan pintu ruang musik.

Jaehyun dengan gerakan cepat menutup resleting sarung gitarnya sebelum menenteng gitar itu sementara tas hitam yang sebelumnya ia biarkan tergeletak di samping sarung gitarnya ia sampirkan di salah satu pundaknya. Pemuda berusia 21 tahun itu berjalan dengan langkah lebar menghampiri sosok yang sedari tadi menunggunya.

"Ayo ke kafe biasa!" seolah tak peduli bahwa Jaehyun sudah cukup kesulitan dengan tangannya yang menenteng gitar dan tasnya yang tak ia sampirkan dengan benar, sosok yang menunggunya itu melingkarkan tangannya di lengan kiri Jaehyun.

"Kau belum makan?"

Sosok yang ditanya oleh Jaehyun itu lagi-lagi menampilkan cengirannya yang membuat Jaehyun disuguhkan pemandangan deretan gigi putihnya. "Aku inginnya makanan yang di kafe biasa. Ayo cepat, Jae! Aku sudah lapar sekali!"

Jaehyun hanya menuruti gerakan yang dilakukan oleh sosok di sampingnya itu. Yang menariknya untuk menjauhi ruang musik. Jaehyun membuang nafasnya pelan dengan pandangan yang tertuju pada sosok di sampingnya.

"Kau kan bisa duluan ke kafe, hyung. Kau sering sekali mengulur waktu makanmu. Kau kan punya penyakit maag. Kalau kambuh bagaimana?"

Sosok disamping Jaehyun memajukan bibirnya. "Aku kan hanya ingin makan bersamamu."

Jaehyun mengangkat sudut bibirnya untuk membentuk sebuah senyuman tipis. Sebelum menggerakkan tangannya untuk menautkan jemarinya dengan milik sosok di sampingnya.

"Kalau begitu hyung boleh makan sepuasnya disana. Traktiranku."

Dengan cepat sosok itu menoleh ke arah Jaehyun dengan dua bola mata yang berbinar. Membuat Jaehyun terkekeh melihatnya. Sosok yang setahun lebih tua darinya itu terlihat seperti anak kecil yang membuatnya terlihat jauh lebih muda darinya.

Keduanya berjalan menuju mobil Jaehyun yang terparkir di tempat parkir kampus mereka. Mobil Ferrari 458 Coupe berwarna merah itu terparkir di dekat pohon rindang yang menjatuhkan beberapa daunnya diatas mobil sport itu.

Jaehyun menaruh gitarnya di bagasi terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam mobil merah itu. Jaehyun memasukkan kunci mobilnya dan menyalakan mesinnya. Ia melirik sekilas sosok yang sudah duduk manis di sampingnya dengan perhatian yang tertuju pada ponsel di tangannya.

"Taeyong hyung, apa yang kukatakan untuk selalu memasang sabuk pengaman?"

Sosok yang ia paggil Taeyong itu memajukan bibirnya sekali lagi sebelum menarik sabuk pengaman di sampingnya. Jaehyun tahu benar sosok pemilik nama Taeyong itu tak pernah suka mengenakan sabuk pengaman. Taeyong selalu mengatakan bahwa sabuk pengaman membuatnya tak nyaman. Meski itu untuk membuatnya tetap aman sepanjang perjalanan.

Dan Jaehyun sudah terbiasa mengingatkan Taeyong setiap saat soal sabuk pengaman. Ia bahkan tak akan mulai menjalankan mobilnya sebelum sabuk pengaman itu terpasang dengan benar.

Jangan salahkan Jaehyun jika pemuda itu berlaku protektif terhadap Taeyong.

Setelah urusan sabuk pengaman Taeyong selesai, pemuda bermarga Jung itu akhirnya menginjak gas dan membiarkan mobil sport merah yang ia kendarakan keluar dari wilayah kampus mereka.

.

.

.

Sudah menjadi rutinitas Jaehyun untuk menemani Taeyong hingga larut malam di rumahnya. Bukan masalah baginya karena rumah mereka yang tepat bersebelahan. Tapi hari ini, rutinitas itu mendadak berganti menjadi Jaehyun yang memutuskan menginap di rumah Taeyong. Semua karena Taeyong yang akhir-akhir ini sering diganggu oleh seseorang yang mengetuk pintu rumahnya berkali-kali tiap tengah malam.

Keduanya sudah berbaring diatas tempat tidur Taeyong. Taeyong dengan piyama spongebob kesayangannya, dan Jaehyun dengan kaos oblong putih dan celana piyama garis-garis berwarna biru-putih. Jam dinding yang terpasang di dinding kamar Taeyong sudah menunjukkan pukul 12 malam. Biasanya pintu rumah Taeyong akan diketuk setelah jam mulai menunjukkan pukul 1 malam. Tak mungkin ada yang bertamu saat jam menunjukkan pukul dini hari, itu yang membuat Taeyong merasa takut untuk tidur sendirian.

Jika itu kemarin, Taeyong selalu menelpon Jaehyun saat pintu rumahnya mulai diketuk agar merasa sedikit tenang saat ada yang menemaninya meski hanya lewat telepon. Tapi setiap Jaehyun mengecek kondisi rumah Taeyong dari jendela kamarnya, tak ada siapa pun di luar rumah Taeyong.

Taeyong memang sudah tinggal sendirian semenjak kecelakaan yang merenggut semua anggota keluarganya tiga tahun lalu. Disaat mereka harusnya menghadiri upacara kelulusan Taeyong dari Sekolah Menengahnya. Dan sejak saat itu, yang Taeyong miliki hanya Jaehyun dan keluarganya yang tinggal tepat di sebelah rumahnya. Meski keluarga Jaehyun sudah menawarkan Taeyong untuk tinggal bersama mereka, pesan terakhir appanya sebelum menghembuskan nafas terakhirnya untuk selalu merawat rumah mereka membuat Taeyong tak bisa mengangkat kakinya meninggalkan rumahnya.

Jaehyun menolehkan kepalanya, mengalihkan pandangannya yang sedari tadi tertuju pada langit-langit kamar milik Taeyong. Membiarkan dua iris hitamnya menatap Taeyong yang sibuk men-scroll layar ponselnya. Namun kedua kelopak mata Taeyong sudah setengah tertutup. Jaehyun tersenyum sebelum mengangkat tangannya untuk memainkan surai abu-abu kehitaman milik Taeyong.

"Kalau sudah mengantuk tidurlah, hyung."

Jaehyun menatap Taeyong yang memajukan bibirnya sebelum meletakkan ponselnya di meja samping tempat tidur. Pemuda yang satu tahun lebih tua darinya itu senang sekali mem-poutkan bibirnya.

"Tidak. Aku kan ingin menunggu orang iseng yang selalu menggangguku tengah malam dan menggerebeknya bersamamu." Taeyong melipat kedua tangannya di depan dadanya setelah sebelumnya menyenderkan punggungnya pada pinggiran tempat tidur. Membuat Jaehyun mengikuti apa yang Taeyong lakukan, bersender pada pinggiran tempat tidur.

"Memangnya kau tak takut?"

"Kan ada Jung Jaehyun, ngapain takut?"

Jaehyun tak bisa tersenyum lebih lebar lagi mendengar penuturan Taeyong. Tangannya kembali bergerak untuk mengacak-ngacak surai milik Taeyong. Terkekeh ketika Taeyong mengeluarkan protesnya karena rambutnya jadi berantakan.

Mereka berdua menghabiskan waktu menunggu pukul 1 datang dengan bercerita apa saja. Kebanyakan Taeyong bernostalgia tentang masa kecilnya bersama Jaehyun dan Jaehyun hanya mendengarkannya dengan senyuman yang tak lepas dari wajahnya mengingat kejadian-kejadian yang ia lewati bersama Taeyong.

Bersama Taeyong sejak usia 5 tahun membuat Jaehyun mengenal Taeyong jauh lebih dalam daripada siapa pun. Apalagi ia yang selalu menghabiskan hari-harinya bersama Taeyong. Jika bertanya pada Jaehyun, apa arti Taeyong baginya, maka Jaehyun akan dengan cepat menjawab, everything.

Taeyong adalah segalanya bagi Jaehyun. Taeyong bukan sekedar sahabat sejak kecil yang Jaehyun miliki, atau pun hyung kesayangannya. Taeyong adalah segalanya. Sosok yang memiliki tempat khusus di hati Jaehyun. Tempat khusus yang satu orang pun tak pernah menyentuhnya. Hanya Taeyong yang berhasil memasukinya.

Sayangnya Jaehyun belum memberitahu Taeyong bahwa pemuda itu sudah berhasil menempati tempat khusus di hatinya.

The words I want to say, but missed the chance

Dan entah sampai kapan Jaehyun mau membiarkan Taeyong tetap berada di dalam sana, tanpa memberitahu Taeyong tentang kenyataannya.

"Jaaee~"

Jaehyun menoleh ke sampingnya. Ia menatap Taeyong yang barusan merengek dan tengah mengusak kedua matanya dengan kepalan tangannya.

"Sudah menyerah, hyung?"

Bukannya menjawab, Taeyong malah melempar tubuhnya ke atas tubuh Jaehyun. Membenamkan kepalanya di dada pemuda bermarga Jung itu. Membuat Jaehyun menggigit bibir bawahnya, khawatir jika Taeyong mendengar debaran jantungnya yang berpacu sangat cepat karena berada sedekat ini dengannya.

"Aku mau tidur sebentar, ya? Bangunkan aku kalau si orang iseng mulai mengetuk pintunya biar kita bisa menggerebeknya bersamaan. Aku tak boleh menyia-nyiakan sapu yang kujadikan senjata untuk memukulinya."

Berusaha menguasai dirinya dengan mengusak pelan kepala Taeyong, Jaehyun hanya membalas ucapan Taeyong dengan gumaman pelan. Membiarkan keheningan menyelimuti keduanya setelah itu.

Suara yang ditimbulkan oleh jarum detik pada jam yang bergerak adalah satu-satunya suara yang terdengar di kamar Taeyong saat itu. Sementara si pemilik kamar sudah terlelap sambil memeluk Jaehyun, Jaehyun sendiri masih terjaga setelah 30 menit berlalu sejak Taeyong meninggalkannya untuk tidur lebih dulu. Dan jam pun sudah menunjukkan pukul 1.30 dini hari.

Jaehyun mencoba memasang telinganya baik-baik. Tapi tak ada suara ketukan pintu yang harusna terdengar meski pintu itu berada di lantai bawah. Karena posisi kamar Taeyong yang dekat dengan tangga yang berada tak jauh dari pintu rumah Taeyong, sepelan apapun suara ketukannya, orang yang terjaga seperti Jaehyun pasti bisa mendengarnya. Tapi sudah lewat 30 menit dari pukul 1 tak ada ketukan sama sekali di pintu rumah Taeyong.

Bahkan saat mata Jaehyun benar-benar sudah tak bisa untuk tetap terbuka, ketika jarum jam sudah menunjukkan pukul 2.30 dini hari, tak ada suara apapun selain suara jarum detik jam dan suara dengkuran ringan milik Taeyong yang terdengar. Membuat Jaehyun merasa sudah cukup aman baginya untuk menyusul Taeyong untuk terlelap.

.

.

.

Jaehyun menyantap nasi goreng yang dibuatkan Taeyong untuk sarapan mereka berdua. Sementara si pemilik rumah yang sibuk menyiapkan perlengkapan untuk kuliahnya beberapa menit lagi, Jaehyun yang masih mengenakan stelan baju tidurnya menyantap sarapannya dengan lambat. Tak mau terburu-buru menyantap masakan lezat yang dibuat Taeyong.

"Jae, kau ada kuliah siang kan?" bahkan Jaehyun yang terlalu larut menyantap makanan di hadapannya tak mendengar Taeyong turun dari tangga dan sudah menarik kursi kosong di sebelahnya. Tempat tadi Taeyong duduk.

"Eum. Kuliah professor Kim."

"Kalau begitu teruskan makannya lalu kembali ke rumahmu dan bersiap untuk kuliahmu. Kunci rumahnya kau pegang saja. Aku akan menjemputmu di ruang musik seperti biasa setelah rapat divisi yang akan kuhadiri hingga sore nanti."

Jaehyun hanya memperhatikan Taeyong yang sibuk dengan ponselnya sembari terus memasukkan sendok berisi nasi goreng ke dalam mulutnya. Namun saat Taeyong beranjak dari kursi yang ia duduki, tangannya bergerak untuk menahan pemuda itu.

"Tunggu di teras. Aku akan mengambil jaket dan kunci mobil."

Sebelum Taeyong sempat memprotesnya, Jaehyun segera melesat untuk menuju tangga dan mengambil jaket serta kunci mobilnya yang berada di kamar Taeyong.

Hanya butuh waktu kurang dari dua menit sampai Jaehyun sudah berdiri di hadapan Taeyong lagi.

"Jae, bahkan kau belum mandi." Taeyong menatap Jaehyun yang masih mengenakan celana piyama dan kaos oblong yang ditutupi oleh jaket denimnya.

"Aku kan hanya mengantarmu, tak keluar dari mobil, hyung. Kajja!" sebelum Taeyong mulai berkata macam-macam, Jaehyun menarik tangan pemuda itu agar mengikutinya untuk keluar dari rumah.

Saat Taeyong sibuk mengunci pintu rumahnya, Jaehyun yang berniat untuk berjalan lebih dulu untuk menyalakan mobilnya yang terparkir di garasi Taeyong tanpa sengaja menendang sesuatu. Membuatnya menunduk dan menemekukan sebuah kotak berwarna biru dengan pita putih di atasnya.

Tangan Jaehyun bergerak untuk mengambil kotak itu dan menemukan secarik kertas yang disembunyikan di balik kotak itu. Tangannya pun bergerak untuk mengambil kertas itu.

To : Taeyong

Kupikir sangat keterlaluan mengganggumu setiap malam dengan mengetuk pintu rumahmu. Sebenarnya aku hanya ingin memberikan kotak ini. Tapi karena kau tak kunjung membuka pintu rumahmu, aku meletakkannya di depan pintumu saja.

"Kotak apa itu Jae?"

Jaehyun terkejut saat tiba-tiba Taeyong sudah berdiri di sampingnya. Jaehyun yang berniat menyembunyikan secarik kertas yang ia temukan itu dari Taeyong keduluan oleh pemuda bermarga Lee itu yang berhasil merebutnya dari tangannya dan mulai membacanya.

"Apa-apaan ini? Kalau isi kotaknya bom bagaimana?"

Jaehyun melirik kotak yang masih berada di tangannya. Benar juga, kenapa Jaehyun tak berpikiran bahwa siapa pun yang menaruh kotak ini di depan rumah Taeyong berniat menyelakakan Taeyong. Karena bagaimanapun, mengetuk pintu rumah seseorang pukul 1 malam selama beberapa hari hanya untuk memberikan kotak ini sungguh tak masuk akal.

Tapi Jaehyun terlalu penasaran untuk tak membuka kotak itu. Meski Taeyong memekik tertahan saat Jaehyun mulai membuka kotak itu, Jaehyun menghiraukannya dan tetap melanjutkan untuk membuka kotaknya.

Kedua matanya membola sempurna ketika melihat apa yang ada di dalam kotak itu.

"Partitur musik?" Taeyong yang tak sengaja mengintip dari sela-sela telapak tangannya itu akhirnya bisa menyingkirkan tangannya dari wajahnya. Bernafas lega ketika yang ada di dalam kotak itu bukan bom atau apa pun yang terlihat menyeramkan.

"Sing For You." Taeyong membaca judul dari partitur musik itu setelah sebelumnya mengambilnya dari dalam kotak itu. Dahinya berkerut, mencoba membaca deretan not balok yang ada diatas kertas partitur itu. Sebelum menyerah dan memberikannya pada Jaehyun yang tampaknya masih terkejut dengan apa yang ada di dalam kotak itu.

"Simpan dulu, Jae. Kau harus memberitahuku apa maksud dari partitur musik itu nanti, oke? Kajja, aku sudah hampir terlambat."

Tarikan tangan dari Taeyong membuat Jaehyun tersadar dari lamunannya dan meremas kertas yang sebelumnya Taeyong berikan padanya. Berniat melemparnya ke tong sampah dekat garasi namun mengurungkan niatnya dan memasukkannya ke dalam saku jaketnya.

Mobil sport merah yang membuat suara cukup bising itu memecah keheningan pagi saat melesat keluar dari halaman rumah Taeyong.

.

.

.

Jaehyun yang baru kembali ke rumahnya setelah mengantar Taeyong ke kampus tak langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia berbelok menuju pintu lain yang berada tak jauh dari kamarnya berada. Mengetuk pintunya dengan cukup kencang selama beberapa saat dan menunggu jawaban dari dalam.

"Hyung, aku tahu kau ada di dalam!" kesal karena tak ada jawaban akhirnya Jaehyun memilih untuk berteriak dan terus mengetuk pintu di depannya –atau menggedor lebih tepatnya.

Ceklek!

Suara kunci pintu yang terbuka membuat Jaehyun mundur selangkah dan menunggu sosok yang ia cari keluar dari kamarnya.

"Apa sih? Kenapa mengganggu hyungmu yang sedang tidur? Kau tak tau kan hyung semalam pulang jam berapa?"

Jaehyun memutar bola matanya sebelum menyeruak masuk ke dalam kamar kakaknya itu. Tak memperdulikan kakaknya yang berteriak untuk menyuruhnya segera keluar karena kakaknya itu ingin melanjutkan tidurnya.

Bahkan Jaehyun dengan seenaknya mengambil alih tempat tidur kakaknya dengan melempar tubuhnya ke atasnya. Membuat dirinya disambut oleh bantal yang mengenai wajahnya.

"Kau ini apaan sih?! Pagi-pagi menggedor pintu kamarku dan sekarang malah mengambil alih kasurku. Kamarmu kan hanya beberapa langkah dari sini, kembali sana!"

Tak memperdulikan kakaknya yang mencoba mendorong tubuh bongsornya, Jaehyun malah menutup kedua matanya.

"Ya Jung Jaehyun!"

Helaan nafas panjang lolos dari bibirnya sebelum Jaehyun akhirnya buka suara. "Kenapa hyung mengetuk pintu rumah Taeyong hyung setiap hari pukul pada tengah malam?" meski Jaehyun belum membuka matanya tapi ia yakin kakaknya itu tengah menatapnya tak percaya sekarang.

"Wow, aku tak tahu kau selambat ini akan mengetahunya." Tapi jawaban dari kakaknya itu membuat kedua kelopak mata Jaehyun terbuka dengan cepat. Wajah tenang kakaknya membuat Jaehyun tak percaya bahwa kakaknya itu hampir saja membongkar rahasia terbesarnya pada Taeyong.

Tangan Jaehyun merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan gumpalan kertas yang masih ia simpan dari tadi dan melemparnya ke arah kakaknya itu.

"Ya! Kenapa dilecek begini?!"

Jaehyun memutar bola matanya mendengar ucapan kakaknya sebelum menimpuk kakaknya dengan bantal yang tadi digunakan kakaknya untuk membekap wajahnya. "Kenapa hyung mencuri kertas itu dari kamarku dan memberikannya pada Taeyong sih?!" bahkan karena terlalu kesalnya Jaehyun sampai menendang kakaknya itu hingga terjatuh dari tempat tidurnya. Membuat ringisan kencang terdengar di dalam kamar bernuansa putih gading itu.

"Kalau aku tak melakukan ini kau tak akan segera mengatakannya pada Taeyong. Sebagai hyung kesayanganmu aku kan hanya ingin membantumu."

"Bukannya membantu kau hampir membuatku tertangkap basah, hyung! Kalau kau memberikannya partitur musik yang lain mungkin aku tak sepanik ini. Tapi yang kau berikan adalah lagu yang akan kugunakan untuk menyatakan perasaanku padanya, hyung!"

Kakaknya itu harus menghindari bantal yang melayang dengan berlari menuju pintu kamarnya sendiri. Menjauh dari Jaehyun yang mengamuk. "Hei, kenapa sepanik itu sih? Taeyong tak bisa membaca not balok juga kan? Dan di partitur musikmu itu tak ada lirik lagunya. Lagipula itu juga belum selesai sepenuhnya kan? Tenang saja, Jung Jaehyun!"

Kali ini kakaknya itu tak bisa menghindari lemparan bantal yang dilempar Jaehyun dan membiarkan wajahnya terkena benda empuk itu namun berhasil membuatnya meringis.

"Tapi dia memintaku untuk membacakannya nanti, hyung! Argh! Aku membencimu Jung Joonmyeon!"

Jangan tanyakan bagaimana nasib si sulung Jung pagi itu.

.

.

.

Jaehyun melangkah menusuri lorong kelas yang lumayan sepi. Jam yang melingkar di tangannya sudah menunjukkan pukul 4 sore dan kuliahnya baru selesai beberapa menit yang lalu. Seperti biasa, sambil menunggu Taeyong yang selalu sibuk dengan rapat-rapatnya, Jaehyun akan menunggu yang lebih tua di ruang musik. Tentu dengan gitar yang selalu menemaninya membunuh waktu yang sudah ditenteng di tangan kanannya sekarang.

Ruang musik biasanya selalu sepi di sore hari seperti ini. Tapi Jaehyun tak mengira kalau ada dua orang yang sudah menempati ruang musik sebelum dirinya. Dua orang yang merupakan anggota klub musik sepertinya.

"Hei, Jae!" Jaehyun tersenyum menyambut sapaan salah satu dari mereka sebelum berjalan menghampiri keduanya.

"Sedang apa?" Jaehyun mencoba melihat apa yang sedang ditulis oleh kakak tingkatnya yang di atas kertas. Sementara sosok yang menyapanya itu yang mewakili si kakak tingkat untuk menjawabnya.

"Menyusun jadwal penampilan klub musik untuk ulang tahun kampus ini dua minggu lagi. Oh ya, bagaimana? Sudah menyelesaikan lagu yang akan kau tampilkan di acara nanti? Banyak yang menantikan penampilan si gitaris tampan, loh."

Jaehyun meringis. Ia baru setengah jalan menyelesaikan lagunya. Dan banyak lirik yang masih harus ia ganti. Namun waktu yang ia punya tinggal tersisa 2 minggu lagi. "Hanya tinggal finisihing saja sih. Ada beberapa bagian yang harus kuperbaiki juga."

"Aku sering melihatmu membuat lagu disini, Jae." Jaehyun cukup terkejut kakak tingkatnya itu yang merupakan ketua klub musik akhirnya membuka suaranya. "Dan aku suka meski hanya mendengarkan melodinya saja."

"Jadi hyung diam-diam mengupingku ya?"

"Bukan, Jae. Hanya kebetulan saja aku bersama Taeyong saat itu ketika Taeyong bilang ia ingin ke ruang musik. Jadinya aku tak sengaja mendengar melodi yang kau buat."

Kedua bola mata Jaehyun membulat seketika. "Taeyong hyung juga mendengarnya?!"

"Woah, calm down, Jae." Sosok yang berdiri di sampingnya menepuk pundaknya cukup kencang.

"Memangnya kenapa kalau Taeyong mendengarnya? Bukankah kau bilang orang pertama yang kau biarkan mendengar setiap lagu ciptaanmu adalah Taeyong?"

Jaehyun meremas rambutnya frustasi sebelum menghela nafas panjang. "Tidak, hyung. Tidak apa-apa. Kalau gitu aku kesana dulu ya. Aku biasa melakukannya disana." Jaehyun berjalan menuju sudut ruangan ruang musik dan mendudukkan bokongnya di kursi kosong yang selalu menjadi tempatnya saat ia membuat lagu beberapa waktu yang lalu.

"Taeil hyung, kau itu kenapa tak peka sekali sih?"

"Huh?"

Sosok yang sedari tadi duduk itu mendongakkan kepalanya untuk menatap sosok lain bersurai coklat yang sekarang tengah melipat kedua tangannya di depan dadanya.

"Kalau Jaehyun bertingkah sefrustasi itu ketika tahu Taeyong hyung mendengar lagu yang sedang ia buat, itu artinya lagu itu untuk Taeyong hyung kan?" sosok itu berbisik pada Taeil agar Jaehyun tak mendengar pembicaraan keduanya. Meski jarak Jaehyun yang cukup jauh dan kemungkinan kecil jika mendengar pembicaraan mereka.

"Maksudmu, seperti confession-song begitu?" sosok yang berdiri itu mengangguk.

Taeil terdiam beberapa saat sambil menatap Jaehyun. Sebelum beranjak berdiri dan menautkan tangannya dengan sosok yang sedari tadi menemaninya. "Jae!" dan memanggil Jaehyun, membuat perhatian adik tingkatnya yang terpaku pada layar ponsel di tangannya tertuju pada mereka kembali. "Aku dan Doyoung keluar duluan ya! Lanjutkan membuat lagumu dan kutunggu hasilnya dua minggu lagi."

"Bye, Jae!"

Jaehyun hanya membalas keduanya dengan senyuman tipis dan mengiringi keduanya dengan tatapannya sampai mereka hilang di balik pintu ruangan musik. Setelah Taeil dan Doyoung meninggalkan ruangan musik, Jaehyun segera menghempaskan punggungnya pada senderan kursi di belakangnya. Hembusan nafas berat lolos dari bibirnya.

Kenapa dalam sehari saja sudah dua kali ia mendapat kabar buruk? Yang mengancam kejutannya untuk Taeyong terbongkar begitu saja?

Rasanya hari ini Jaehyun tak memiliki mood untuk melanjutkan lagunya. Persetan dengan deadline yang ia hadapi.

.

.

.

Sudah beberapa hari ini Taeyong selalu sibuk dengan berbagai macam rapat dan persiapan untuk ulang tahun kampus mereka. Dan itu membuat Jaehyun harus menetap di ruang musik hingga langit menjadi gelap hanya untuk menunggu Taeyong selesai dengan segala persiapannya. Bahkan yang paling parah, ketika Taeyong baru menjemputnya di ruang musik ketika jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.

Meski Taeyong sudah berulang kali menyuruh Jaehyun duluan saja, tapi Jaehyun lah yang selalu menolak dan bersikeras menunggu Taeyong selama apapun itu.

Lagipula ada untungnya juga bagi Jaehyun untuk menunggu selama itu di ruang musik. Karena, lagunya berhasil selesai di sisa waktu deadline-nya yang tinggal lima hari lagi.

"Kau lelah hyung?" Jaehyun bertanya pada Taeyong yang langsung menghela nafas lega saat mereka berdua sudah duduk di kursi mobil Jaehyun. Bahkan Taeyong terlihat sangat lelah hanya untuk menarik tali sabuk pengamannya. Membuat Jaehyun yang menggantikan Taeyong untuk memasangkan sabuk pengamannya dengan benar. Lagipula, Jaehyun sering melakukannya saat Taeyong bersikeras enggan memakai sabuk pengamannya.

"Jae, menginap lah malam ini di rumahku. Aku butuh guling untuk dipeluk~" Jaehyun terkekeh, menyembunyikan debaran jantungnya yang berpacu cepat saat mendengar ucapan Taeyong barusan. Tangannya bergerak untuk mengacak-ngacak rambut Taeyong.

"Arasseo, Yongaegi~"

Mengalihkan pandangannya dari Taeyong yang mulai mem-poutkan bibirnya, Jaehyun memilih untuk mulai melajukan mobilnya. Menusuri jalan malam yang hanya diterangi lampu-lampu jalanan.

"Hyung mau makan apa?" Jaehyun mencoba memecahkan keheningan di dalam mobilnya. Meski tak ia pungkiri kalau ia menikmati keheningan jika Taeyong berada di sampingnya.

"Aku tak mau makan, Jae. Mau langsung tidur saja."

Helaan nafas Jaehyun dapat terdengar dengan jelas di dalam mobil. "Kubuatkan Samgyetang ya?"

Meski tak sedang melihat ke arah Taeyong, Jaehyun tetap bisa menangkap Taeyong yang menggelengkan kepalanya melalui sudut matanya. Membuatnya sekali lagi menghela nafasnya. Taeyong dan kebiasannya yang melewatkan jam makannya. Taeyong dan ketidaksukaannya dengan makanan. Taeyong dan penyiksaan terhadap tubuhnya yang terlihat makin kurus itu.

Kalau begini Jaehyun akan diam saja. Karena pada akhirnya, Jaehyun tetap akan membuatkan Samgyetang untuk Taeyong. Membujuknya setengah mati ketika Taeyong menutup seluruh tubuhnya dengan selimut spongebob miliknya. Hingga mengancamnya akan meninggalkan rumahnya sekarang juga jika Taeyong tak mau memakan Samgyetang yang ia buat.

Dan berhasil. Taeyong mau menyibakkan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya itu meski dengan bibir yang dimajukan dan wajah yang ditekuk. Dan Jaehyun yang harus menyuapi bayi besar itu hingga mangkok berisi ayam utuh itu tersisa setengahnya.

"Kenyang Jae~"

Jaehyun tak melawan kali ini. Ia turun dari tempat tidur Taeyong untuk kembali ke dapur dan mencuci mangkok berisi Samgyetang itu. "Jangan lupa sikat gigi, Taeyong hyung."

"Aku bukan kau yang harus digeret ke kamar mandi untuk sikat gigi, ya."

"Itu kan dulu, hyung. Kenapa kau masih mengungkitnya sih?"

Taeyong tak memperdulikan Jaehyun dan berjalan menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Meninggalkan Jaehyun yang tersenyum tipis hanya dengan melihat punggung milik Taeyong yang menghilang di balik pintu kamar mandi.

Everyday I'm thankful that you're with me

My gift that God give to me

Jaehyun tak masalah jika ia harus makan sendirian di dapur setelah ini dan membersihkan sedikit kekacauan yang ia buat di dapur setelah memasak Samgyetang untuk Taeyong. Asalkan melihat senyuman Taeyong saat tertidur nanti, itu bisa membuat hatinya menghangat dan membuatnya tidur nyenyak malam ini.

.

.

.

Jaehyun adalah orang yang sensitif dengan suara sekecil apapun. Tak jarang Joonmyeon menjadi sasaran amukannya ketika ia terbangun dini hari hanya karena Joonmyeon yang pulang terlambat dari perjalanan bisnisnya atau dari kantornya. Tapi itu tak berlaku saat ia bermalam di rumah Taeyong. Ya, tak jarang pergerakan Taeyong atau suara kecil yang Taeyong keluarkan dalam tidurnya membangunkan Jaehyun. Tapi Jaehyun hanya akan mengangkat sudut bibirnya dan mengusak rambut Taeyong setiap hal itu terjadi.

Apalagi saat mendengar Taeyong menangis tengah malam. Mana ada hati Jaehyun membentaknya seperti ia biasa meneriaki Joonmyeon? Daripada meneriaki Taeyong, yang Jaehyun lakukan adalah memeluk tubuh Taeyong yang bergetar hebat karena tangisannya. Membiarkan bajunya basah karena air mata Taeyong yang tak berhenti mengalir. Menggerakkan tangannya untuk mengusap kepala Taeyong lembut sementara tangannya yang lain mendekap erat tubuhnya.

Tak jarang memang Taeyong terbangun tengah malam dan menangis. Jika Jaehyun sedang menginap di rumahnya, ia bisa memeluknya untuk menenangkannya. Tapi jika Taeyong terbangun tengah malam saat ia sendiri di rumahnya, Jaehyun harus memanjat pohon yang berada di halaman samping rumah Taeyong dan masuk ke kamar Taeyong melalui jendelanya. Itu membutuhkan waktu yang cukup lama setelah Taeyong menelponnya dengan terisak hingga ia yang memeluk tubuh rentan itu.

Taeyong selalu didatangi mimpi buruk. Tentang kecelakaan yang menimpa keluarganya. Seolah-olah ia berada di dalam mobil yang sama saat kecelakaan itu terjadi. Namun hanya ia yang selamat dan melihat bagaimana ayah, ibu, dan kakaknya terjepit di dalam mobil dalam keadaan mengenaskan. Hanya mimpi itu yang terulang-ulang di beberapa malam yang membuat Taeyong berakhir menangis di pelukan Jaehyun.

Malam-malam seperti itu yang membuat Jaehyun membenci dirinya. Yang terlalu takut untuk melindungi Taeyong lebih dari yang ia lakukan sekarang. Terlalu pengecut untuk keluar dari zona amannya dan memasang badan untuk selalu berada di samping Taeyong. Terlalu lemah untuk janji yang seharusnya terucap dari bibirnya untuk selalu bersama Taeyong.

The words that I regreted when I look back

I will apologize but just listen

Membiarkan Taeyong mengeluarkan entah berapa banyak air mata dari dua bola mata indah miliknya. Menyakiti dirinya sendiri ketika melihat orang yang berhasil menempati tempat khusus di hatinya terpuruk.

Tapi kadang ia tak bisa menghilangkan rasa egoisnya yang muncul setiap air mata itu keluar dari bola mata yang paling ia sukai. Menginginkan air mata itu hanya keluar saat hanya ada dirinya dan Taeyong. Tak mengizinkan siapapun melihat dua bola mata kesukaannya itu meneteskan air mata.

The way you cry, The way you smile

I wonder how much they mean to me

Dan harusnya ia bersyukur. Karena selama ini, tak ada orang lain yang memeluk Taeyong ketika ia menangis. Sejak pemakaman keluarganya, di saat untuk pertama kalinya Jaehyun melihat Taeyong menangis, hanya tangannya lah yang melingkari tubuh mungil Taeyong dan membawanya untuk bersandar penuh padanya.

Meski ia ingin air mata itu berhenti keluar, tapi ia tak bisa memungkiri, bahwa ia menikmati saat-saat ia menjadi sosok yang bisa menghentikan air mata itu untuk berhenti mengalir.

Ya, Jaehyun memang pengecut. Tapi ia pengecut yang berhasil memenangkan hati Taeyong. Ia hanya bertingkah seperti anak kecil, yang menunggu waktunya hingga ia dewasa untuk bisa melihat seperti apa dunia luar sebenarnya. Jaehyun hanya menunggu waktu yang tepat. Untuknya memiliki hati Taeyong sepenuhnya.

.

.

.

Jaehyun tak pernah merasakan segugup ini sebelum tampil diatas panggung. Mungkin Jaehyun tak sering tampil diatas panggung. Namun, ia tak pernah berkeringat sebanyak ini sebelum tampil dengan gitar kesayangannya diatas panggung. Ini bukan pertama kalinya ia tampil di hadapan orang banyak. Hanya saja, ada satu orang yang membuatnya gugup berlebihan seperti ini.

"Rileks, Jae. Aku yakin kau bisa melakukannya." Tubuh Jaehyun terlonjak kecil saat mendengar bisikan itu. Ia menoleh ke arah Taeyong yang entah sejak kapan berdiri di sampingnya. Memasang senyuman terindah yang pernah ia lihat dari berbagai senyuman yang ia lihat sepanjang hidupnya. Dan bagaimana bola mata favoritnya itu memancarkan binaran cahaya yang menarik Jaehyun untuk terus menatap dua iris hitam di dalamnya.

"Thanks, hyung. Kau akan menonton penampilanku kan?"

Taeyong mengangguk semangat. "Aku akan duduk di kursi paling depan ketika penampilanmu tiba. Hehe, ada untungnya juga menjadi ketua panitia jika kau bisa melihat si gitaris tampan ini tampil dari jarak sedekat itu."

Jaehyun tahu Taeyong sedang menggodanya yang mendapat julukan gitaris-tampan setelah penampilan pertamanya beberapa waktu lalu di depan penghuni kampus ini. Tapi entah kenapa, mendengar julukan gitaris-tampan yang keluar dari bibir Taeyong membuat jantungnya berpacu lebih cepat dari sebelumnya. Dan membuatnya semakin gugup hingga tanpa sadar meremas tangannya sendiri.

Taeyong yang melihatnya segera meraih tangan Jaehyun untuk menautkan jemarinya dengan jemari Jaehyun yang basah karena keringat dingin. Keduanya terdiam sambil menunggu acara sambutan dari rektor kampus selesai. Jaehyun yang tampak sedikit tenang saat merasakan tangan yang lebih kecil dari miliknya itu memberi kehangatan pada tangannya yang mendingin karena gugup. Meski tak bisa ia pungkiri kalau jantungnya siap meledak kapan saja ketika sadar bahwa waktu penampilannya sebentar lagi.

Ketika Taeil memintanya untuk segera bersiap di belakang panggung, Taeyong membisikkan kata semangat terakhir sebelum keluar dari ruang tunggu klub musik. Jaehyun tak tahu kenapa Doyoung memberi tatapan seperti itu kepadanya ketika ia hendak keluar dari ruang tunggu bersama Taeil.

Setiap langkah Jaehyun yang semakin dekat dengan belakang panggung terasa semakin berat. Bahkan ia tak mendengar dengan jelas apa yang diucapkan Taeil sesaat sebelum ia naik ke atas panggung.

Dan ketika ia duduk di kursi kosong bersama gitar miliknya, dan tepukan tangan dari penonton yang memenuhi auditorium membuat kegugupan Jaehyun meluap perlahan. Ketika irisnya bertemu dengan dua iris hitam yang sangat ia hapal, perasaan gugupnya benar-benar menguap tak tersisa.

Jemarinya mulai memainkan intro lagu yang sudah ia siapkan semenjak sebulan yang lalu itu. Petikan yang ia buat menyebabkan keheningan di seluruh auditorium yang tampaknya terfokus pada penampilannya.

Nae nalkeun gitareul deureo haji moshan gobaegeul
Hogeun gojipseure samkin iyagireul
Norae hana mandeun cheok jigeum malharyeo haeyo
Geunyang deureoyo I'll sing for you

Neomu saranghajiman saranghanda mal an hae
Eosaekhae jajonsim heorak an hae
Oneureun yonggi naeseo na malhal tejiman
Musimhi deureoyo I'll sing for you

The way you cry the way you smile
Naege eolmana keun uimiin geolkka?
Hagopeun mal nohchyeobeorin mal
Gobaekhal tejiman geunyang deureoyo
I'll sing for you sing for you
Geunyang hanbeon deutgo useoyo

Jogeum useupjyo naegen geudae bakke eopsneunde
Gakkeumeun namboda moshan na
Sasireun geudae pume meorikareul bubigo
Angigo sipeun geonde marijyo

The way you cry the way you smile
Naege eolmana keun uimiin geolkka?
Doraseomyeo huhoehaessdeon mal
Sagwahal tejiman geunyang deureoyo
I'll sing for you sing for you
Amureohji anheun cheokhaeyo

Maeil neomu gamsahae geudaega isseoseo
Sinkkeseo jusin nae seonmul

Oneuri jinamyeon nan tto eosaekhae haljido
Hajiman oneureun kkok malhago sipeo geureoni deureoyo

The way you cry the way you smile
Naege eolmana keun uimiin geolkka?
Hagopeun mal nohchyeobeorin mal
Gobaekhal tejiman jom eosaekhajiman
Geunyang deureoyo I'll sing for you sing for you
Geunyang deureoyo I'll sing for you

Tepuk tangan dari berbagai penjuru langsung menyambut petikan gitar terakhir dari Jaehyun. Pemuda Jung itu tersenyum lega saat pandangannya tertuju pada Taeyong yang tersenyum lembut ke arahnya. Meski ada yang mengganjal hatinya setelah penampilannya berakhir. Bahkan sampai saat ia kembali ke ruang tunggu klub musik yang membuatnya disambut oleh beberapa anggota klub musik yang lain dengan berbagai pujian, kegugupan yang sempat meluap kembali lagi. Bahkan Jaehyun tak bisa diam di tempatnya duduk sampai acara terakhir berakhir.

Masih ada satu hal lagi yang harus ia lakukan sebelum hatinya benar-benar tenang malam ini.

.

.

.

Taeyong yang sibuk usai acara perayaan ulang tahun kampus itu harus membantu panitia yang lain untuk merapihkan properti dan membersihkan auditorium. Tapi nada dering Paradise dari ponselnya menghentikannya yang tengah membantu Johnny mengangkat beberapa properti ke belakang panggung. Ketika melihat siapa yang menelponnya, Taeyong menyuruh Johnny untuk ke belakang panggung lebih dulu.

"Jaehyun? Kau masih di kampus?"

"Aku menunggumu di ruang musik, hyung."

Taeyong memutar bola matanya. Anak ini. Ia sudah menyuruh Jaehyun untuk pulang duluan karena ini sudah pukul 1 dini hari dan masih banyak yang harus ia bereskan sebelum bisa keluar dari auditorium. Ia juga sudah mendapat tebengan pulang dengan Taeil dan Doyoung, jadi harusnya Jaehyun tak perlu menunggunya hingga selarut ini.

"Pulanglah, Jae. Aku masih lama disini."

"Tidak. Aku akan menunggumu disini."

Jaehyun dan sifat keras kepalanya.

"Kalau begitu tidurlah sampai aku menjemputmu di ruang musik."

"Eum."

Meski Taeyong tak yakin Jaehyun akan tertidur saat menunggunya. Karena selama apapun pemuda itu menunggunya, ia tak pernah sekali pun menemukan Jaehyun tertidur saat menunggunya.

Taeyong kembali bergabung dengan panitia yang lain untuk membereskan sisa-sisa perayaan malam ini. Menghabiskan waktu satu jam lamanya hanya untuk bisa keluar dari auditorium itu.

"Taeil, aku tak ikut mobilmu ya." Taeyong memberitahu Taeil ketika ia, Taeil dan Doyoung keluar dari auditorium bersamaan.

"Jaehyun masih menunggumu hyung?" pertanyaan Doyoung hanya dibalas dengan anggukan dari Taeyong sebelum pemuda bermarga Lee itu pamit pada keduanya dan berjalan menuju ruang musik.

Sepanjang ia menusuri lorong-lorong yang gelap menuju ruang musik, Taeyong tak berhenti merutuki dirinya yang tak meminta Taeil dan Doyoung untuk menemaninya ke ruang musik dan pergi ke tempat parkiran bersama nanti. Karena demi apapun, Taeyong benci gelap dan ia takut dengan apapun yang bisa muncul dalam kegelapan. Bahkan ia tak pernah mau tidur dengan lampu yang dimatikan.

Taeyong mempercepat langkahnya saat melihat pintu ruang musik sudah terlihat dari pandangannya. Namun dahinya mengernyit saat ketika membuka pintu ruangan itu hanya kegelapan yang menyambutnya. Bahkan menelan ludahnya kasar ketika dirinya mendadak merasa takut dan ingin berlari dari sana secepatnya sambil menangis.

Karena ia tak menemukan Jaehyun disana. Dan ia harus menusuri lorong panjang yang cukup jauh untuk sampai ke tempat parkir sendirian di tengah lorong yang gelap ini. Lagi-lagi ia merutuki dirinya yang tak menarik Taeil dan Doyoung untuk ikut bersamanya.

Ketika Taeyong hendak menutup pintu ruang musik dan berlari sekuatnya menjauhi ruangan itu, sebuah petikan gitar membuat tubuhnya terlonjak.

Oh shit. Taeyong benar-benar hampir menangis ketika, di dalam kegelapan ia mendengar suara gitar yang dipetikkan. Taeyong benar-benar tak mau tahu sosok apa yang memainkan gitar di saat dini hari seperti ini di ruang musik yang gelap.

Kaki Taeyong yang akan melangkah mundur terhenti ketika suara yang ia sangat kenali terdengar di telinganya. Membuat tubuhnya berdiri terpaku di depan pintu menghadap ke arah sumber suara.

Picking up my old guitar,
The confession that I couldn't make
Pretending I made one song, I'm about to tell
Just listen, I'll sing for you

"Jaehyun?"

I love you a lot but don't say the words,
It's awkward that pride doesn't allow me
Today I will take courage and tell you, but just
Listen to it carelessly, I'll sing for you

Taeyong tahu lagu ini. Ini lagu yang Jaehyun bawakan tadi, saat penampilannya di acara perayaan ulang tahun sekolah. Tapi kenapa Jaehyun menyanyikannya lagi?

The way you cry, the way you smile
I wonder how much they mean to me
The words I want to say, but missed the chance
I will confess but just listen,
I'll sing for you, sing for you

Just listen once and smile

Dari semua suara yang pernah Taeyong dengar, suara milik Jaehyun adalah yang menjadi favoritnya. Hatinya selalu menghangat setiap suara bass milik Jaehyun ikut bernyanyi mengiringi petikan gitarnya.

It's a bit funny to me, although you're everything
To me, sometimes I am no better than a stranger
Actually I want to rub my hair
And be hugged in your arms

Taeyong tahu setiap lagu yang Jaehyun bawakan adalah lagu ciptaan Jaehyun sendiri. Dan mendengar lirik lagu yang dinyanyikan Jaehyun untuk pertama kali saat penampilannya tadi membuat hatinya merasa aneh. Seperti diremas secara perlahan. Karena jujur, Taeyong belum pernah mendengar lagu yang ia bawakan kali itu. Dan membuat Taeyong berpikir bahwa Jaehyun sengaja mempersembahkan lagu itu untuk seseorang yang sangat berarti untuknya di tengah keramaian penonton yang hadir tadi.

The way you cry, the way you smile
I wonder how much they mean to me
The words that I regretted when I looked back
I will appologize but just listen,
I will sing for you, sing for you
Just act casually

Karena ia tahu, lagu yang Jaehyun nyanyikan saat itu bukan untuknya. Meski ia tersenyum, hatinya tak bisa menahan rasa sakit ketika Jaehyun selesai menyanyikan penampilannya. Untuk siapa pun lagu itu Jaehyun nyanyikan, Taeyong berharap ia mau membagi Jaehyun dengannya.

Everyday I am thankful that you are with me
My gift that God gave to me
After today, I might act awkward again
But today I really want to say today
So listen

Tapi ketika mendengar Jaehyun menyanyikan lagu ini untuk kedua kalinya hari ini, dan hanya dinyanyikan saat ia berada bersamanya sekarang, meski tanpa melihat wajah Jaehyun saat menyanyikannya seperti tadi, tapi Taeyong tahu kalau Jaehyun tengah menatapnya di dalam kegelapan tepat di kedua bola matanya.

The way you cry, the way you smile
I wonder how much they mean to me.
The words I want to say, but missed the chance

Taeyong tak tahu ia bisa secengeng ini hanya karena mendengar sahabat kecilnya bernyanyi dengan gitar kesayangannya itu.

I will confess and it's a bit awkward, but
Just listen I will sing for you, sing for you

Just listen, I will sing for you

Bahkan hingga petikan terakhir gitar itu, Taeyong tak bisa menghentikan air mata yang mengalir membasahi pipinya. Mungkin isak tangisnya terdengar begitu kencang, membuat Jaehyun segera menghampirinya dan memeluk tubuhnya. Yang mulai bergetar hebat saat berada di pelukan Jaehyun.

Jaehyun hanya memeluk erat tubuh Taeyong, membiarkan pemuda yang lebih tua menangis di dalam pelukannya. Untuk pertama kalinya, Jaehyun membuat Taeyong menangis karena dirinya.

"Hyung," setelah mendengar isak tangis Taeyong yang mereda, Jaehyun perlahan melonggarkan pelukannya dan menangkup wajah Taeyong dengan kedua tangannya. Meski gelap, Jaehyun tetap dapat menemukan iris hitam favoritnya yang memancarkan emosi sedih namun bahagia.

"Bodoh. Kukira kau menyanyikan lagu itu untuk orang lain saat di auditorium."

Jaehyun tak bisa menahan sudut bibirnya untuk terangkat membentuk sebuah senyuman. "Padahal aku hanya menatapmu sepanjang penampilanku di auditorium."

Pemandangan Taeyong yang memajukan bibirnya menjadi deretan hal favorit dalam daftar kesukaan Jaehyun. "Tapi ada banyak orang disana, Jung Jaehyun. Ada banyak kemungkinan siapa yang kau nyanyikan lagumu itu."

Jaehyun terkekeh sebelum mengacak surai milik Taeyong beberapa saat. Sebelum terdiam dan hanya menatap benda favoritnya di wajah Taeyong. "Hyung, aku orang yang paling pengecut yang pernah kau kenal ya?"

Entah harus bersyukur atau apa saat Jaehyun mendapati Taeyong menggelengkan kepalanya. "Kau yang terbaik bagiku, Jae."

Jaehyun memajukan bibirnya. "Hyung, harusnya aku yang menggombalimu. Bukan sebaliknya."

Kali ini Taeyong yang terkekeh. "Kalau gitu coba gombali aku."

Jaehyun tersenyum mendengar penuturan hyungnya itu. Ia kembali menangkup pipi Taeyong yang masih basah karena bekas air matanya. Ibu jarinya bergerak untuk menghapus sisa-sisa air mata itu.

"Maaf membuatmu menunggu terlalu lama untukku memberitahumu hal ini. Hyung, sejak lama kau sudah berhasil memasuki satu tempat khusus di dalam diriku yang orang lain tak pernah tempati sebelumnya."

Satu tangan Jaehyun berhenti untuk mengusap pipi Taeyong dan bergerak untuk meraih satu tangan Taeyong yang melingkar di pinggangnya. Menggerakkannya dan menaruhnya tepat di dadanya.

"Kukira kau akan menyadarinya setiap kau tertidur sambil memelukku. Debaran jantungku yang selalu berdetak dua kali lipat lebih cepat saat bersamamu. Karena kau yang berhasil menempatkan dirimu di tempat khusus di dalam sana."

Ibu jari Jaehyun yang masih berada di pipi Taeyong dengan cepat menghapus air mata yang kembali jatuh. "Aku ingin masuk ke dalam tempat khusus di dalam dirimu juga, hyung. Disini." Jaehyun menggerakkan tangan Taeyong untuk menyentuh bagian pada diri Taeyong seperti ia membiarkan Taeyong menyentuh miliknya tadi.

"Tanpa kuberitahu kau sudah berada disana tanpa kau minta, bodoh."

Jaehyun tak bisa tersenyum lebih lebar lagi sekarang. Ia tak pernah merasa selega ini. Setelah selama ini ia dibayangi dengan bayangan penolakan dari Taeyong, yang akhirnya ditepis dengan penuturan yang keluar dari bibir Taeyong.

Tangan Jaehyun kembali menarik Taeyong untuk mendekat. Tapi kali ini untuk menyatukan bibirnya dengan bibir Taeyong. Membawa Taeyong larut dalam ciuman lembut yang mengutarakan seluruh perasaan yang selama ini ia sembunyikan dari Taeyong.

Ternyata benar. Meski Taeyong kehilangan orang-orang yang paling ia sayangi beberapa waktu yang lalu, ada orang yang sangat menyayanginya yang akan menutupi kehilangannya itu dengan mengisi kekosongan dalam hatinya.

Karena Jung Jaehyun telah berhasil memiliki hati Lee Taeyong seutuhnya malam ini.

.

.

.

END

.

.

I'm back guys~ dan bukan dengan update-an immortel atau Dracula v.s Vampire ._. Maaf ya lama gak update~ Kemarin abis kena musibah masuk rumah sakit gara-gara nyamuk nyebelin -_- Dan pas keluar dari rumah sakit aku harus ngepacking barang-barang buat balik merantau ke Jawa Timur karena kuliah yang sebentar lagi dimulai. Aaaaa tidaaaakkk XD Aku bakal kangen Tangerang T.T Apa lagi sama Mba bbykon T.T Dan soriiii banget kalo banyak typo. Aku gak sempet ngedit karena masih banyak barang yang harus aku packing.

Btw, aku baru balik besok dan kemungkinan bakal disibukkan sama waktu nge-unpacking barang-barangku lagi buat disusun di kostan. Aku bakal update immortel dan Dracula v.s Vampire dalam minggu ini, kuusahakan. Soalnya sebelum aku sibuk lagi karena aku panitia ospek juga, hehe.

Oh ya, sedikit pemberitahuan aja tentang FF Collection ini. Ini khusus Bottom!Taeyong yaaaa, seperti yang tertulis di desc. Kenapa aku buat FF Collection ini? Karena aku suka banget Taeyong yang submissive gitchuu, hehe. Dan pairingnya gak Cuma Jaeyong doang. Bakal ada Yutae, Johnyong, 2Tae, dll! Kalian juga bisa request pairingnya kok. Boleh dari anak NCT atau dari luar NCT. Asalkan yaitu tadi, Bottom!Taeyong.

Ohya, buat yang gak suka Bottom!Taeyong daripada ngehabisin waktu kalian buat baca ff ini, mending jangan deh, hehe. Daaaan, tetap saja pair yang bakal banyak muncul disini Jaeyong dan Yutae. They're my OTPS so there's no way I will abandon them T.T Dan buat yang gak suka Yutae plissss jangan dateng ke ff yang ada tag Yutae-nya. Karena Yuta itu masuk top 3 bias aku di NCT, aku sedih aja kalo ada yang gak suka Yuta ada di ff Jaeyong apalagi jadi orang ketiga. Plis guys, this is my story. I will write everything I like.

Last, RnR pleassee~