BEAUTIFUL ACCIDENT

Cast: -Zhang Yi Xing a.k.a Lay

- Kim Joon Myeon a.k.a Suho

- Byun Baek Hyun

- Oh Se Hun

- Park Chan Yeol

and other cast.

Rate: T++++

Genre: Romance, drama, comedy

Length: chaptered

Author: by Adelwoo

Warn! It's YAOI! BL!

Tata bahasa yang tidak sesuai dengan EYD dan bahasa yang bercampur aduk menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga terciptalah semangkuk es campur /eh/.

Chapter 1

Seoul, 10 Agustus 2015

Jalanan kota Seoul, seperti biasanya, padat dan selalu dihiasi oleh orang-orang yang berlalu lalang menjalani kehidupannya masing-masing. Dan jangan lupakan berpuluh-puluh gedung pencakar langit yang setia menemani setiap mata memandang. Dapat dimaklumi memang, ini negara maju. Mengingat ini adalah hari Senin, dapat kita jumpai para pekerja yang bergegas berangkat menuju tempat kerja masing-masing, dan para siswa-siswi yang berbondong-bondong berangkat menuju ke sekolah.

Waktu menunjukkan pukul 07.00 pagi. Setidaknya hal itu lah yang diketahui oleh sesosok pria yang mengenakan seragam sekolah setelah ia melirik sejenak pada arloji berwarna putih di tangan kirinya. Keaadaannya yang kini tengah terduduk di sebuah bangku bus yang akan membawanya menuju sekolah tempat ia menimba ilmu. Kondisi bus yang penuh penumpang tak berhasil menghentikan hobi dan rutinitasnya yang kurang baik: melamun. Ia tetap memandang keluar dari kaca jendela bus dengan mata sayunya. Sesekali ia tetap mengalihkan pandangannya ke dalam bus, walau pun pada akhirnya ia akan tetap kembali melanjutkan kegiatan melamunnya. Kali ini ia menangkap pemandangan seorang penumpang wanita tua yang tengah berdiri karena tak kebagian tempat duduk. Entah karena panggilan alam (?) mungkin, ia segera berdiri dan mempersilahkan wanita tersebut untuk duduk di kursinya tadi.

"Ah terima kasih, nak".

Ia menarik sudut bibirnya untuk tersenyum ramah pada wanita tersebut, yang mana juga memperlihatkan sebuah cekungan yang cukup dalam di pipi kanannya. Sungguh terkesan... Manis.

"Sama-sama, nyonya".

Tipikal seorang siswa teladan –mungkin.

Kini ia ikut serta berdiri dalam keadaan bus yang cukup sesak dengan tangan kanannya yang berpegangan erat di pegangan yang terletak menggantung di langit-langit bus tersebut. Setidaknya ia harus sedikit ikhlas karena kehilangan kesempatan untuk melanjutkan rutinitas melamunnya tadi. Yah, sisi baiknya ia akan fokus ketika bus nya itu telah berhenti di tempat yang ia tuju. Takkan terulang lagi kejadian dimana pria manis ini harus lari terbirit-birit turun dari bus karena bus tersebut telah jauh melewati halte di dekat sekolahnya itu –rupanya ia masih terdiam dalam lamunannya ketika bus tersebut berhenti tepat di sana. Dan kisah ini pun berakhir dengan dirinya yang harus berdiri di tengah lapangan dengan posisi hormat pada tiang bendera di hadapannya selama 2 jam pelajaran. Sukses membuatnya sedikit khawatir pada kulit putih mulus terawatnya yang bisa saja sedikit menghitam efek dari kegiatan 'berjemur' dibawah terik matahari tadi.

Mari kita mengenal sosok pria ini lebih dalam.

Bernama lengkap Zhang Yi Xing. Akrab disapa Lay. Usia 17 tahun. Berstatus sebagai siswa di SeKang High School dan berada di kelas 1 - 3. –status yang lain menyatakan bahwa ia masih 'sendiri'. Masuk dalam jejeran siswa teladan di sekolah yang cukup dikatakan sebagai salah satu sekolah favorit di Seoul tersebut. Manusia perantauan dari negeri tirai bambu ini telah menetap di Korea sejak usianya 10 tahun. Ketika ia berusia 16 tahun, orang tuanya kembali ke China dan hanya mengunjunginya sebulan sekali –tentu faktor pekerjaan.

Saat itulah kehidupan mandiri dan bersahajanya dimulai. Ia tinggal di sebuah apartement yang berkelas standart seorang diri.Makan sendiri, minum sendiri, mandi sendiri –hei, tentu saja-, tidur pun sendiri. Ditambah dengan kepribadiannya yang introvert, jadilah kesendiriannya semakin menjadi. Ia hanya memiliki beberapa teman dekat di sekolah, selebihnya hanya kenalan yang saling bertukar sapa.

Kekasih?

Oh ayolah. Itu adalah hal yang 'tabu' baginya.

Tapi bukan berarti ia terlalu innocent untuk tak mengerti apa itu 'cinta'.

Ya, satu kata yang sering disebut-sebut seenak jidat sebagai sesuatu yang memabukkan oleh para remaja labil seusianya.

Hei, Ia juga pernah merasakannya. Tepatnya 2 tahun lalu, saat ia mengenyam pendidikan di bangku sekolah menengah pertama.

Ia menyukai seseorang yang ... selalu terlihat 'menarik & bersinar' di matanya. Di awal ia tentu sangat panik dan berniat merengek pada orang tuanya untuk membawanya memeriksakan mata yang sedikit bermasalah/? itu ke dokter. Ia juga sering gelisah dan mengeluh frustasi karena entah mengapa padahal tak ada angin tak ada hujan , wajah sosok itu selalu terbayang di otaknya, setiap saat.

Namun semua hal tersebut justru berakhir dengan dirinya yang ditertawakan oleh sahabat karibnya sendiri. Dengan tawa yang masih meledak, sang sahabat berkata:

"HAHAHAHHAAHH... Ya ampun, hyung... kau ini polos sekali sih! Ga perlu segitunya dong. Itu semua artinya... kau menyukainya. Kau memiliki perasaan padanya. Kau jatuh cinta padanya. Itulah cinta hyung...".

Deg.

Aku menyukainya?

Aku memiliki perasaan padanya?

Aku?

Jatuh cinta?

Cinta?

Dalam hitungan detik, kalimat-kalimat tersebut berkecamuk dalam benaknya. Dan jangan lupakan dengan debaran jatungnya yang seketika tak bisa dikondisikan.

Setelah beberapa waktu berlalu dan akhirnya hatinya pun meng-iya kan hal tersebut.

Aku jatuh cinta padanya.

Lalu bagaimana kelanjutan dari kisah tersebut?

Jawabannya adalah tidak ada. Ia menutup rapat-rapat buku kisah tersebut. Mengubur dalam-dalam sebuah perasaan yang selalu membuatnya frustasi namun disaat bersamaan membuatnya berbunga-bunga.

Alasannya?

Karena ia merasa ada yang 'salah' dan 'ganjil' didalam perasaannya tersebut. Entah dimana letak persisnya kesalahan itu namun ia merasa harus menutupnya. Dan ia pun takut. Terlalu takut bahwa ia mencintai seseorang yang salah.

Biarlah hanya aku dan Tuhan saja yang mengetahuinya –katanya.

.

.

.

.

.

.

Setelah berhasil mendudukkan dirinya dengan posisi yang nyaman di bangku kesayangannya yang terletak di sudut ruangan kelas, Lay mengeluarkan sebuah buku dan senjata khas pelajar lainnya -bollpoint, pensil, peghapus, dan penggaris. Kemudian ia menatanya dengan rapih di atas meja. –tipikal seorang pelajar yang bersungguh-sungguh ingin belajar.

Sejenak ia kembali melihat arloji warna putihnya. Ia mendesah pelan. Masih ada waktu 5 menit sebelum jam pelajaran dimulai. Kali ini ia memperhatikan keadaan kelas tercintanya ini. Selalu seperti biasa. Teman-temannya yang heboh dengan obrolannya masing-masing. Membicarakan segala hal dari yang penting sampai yang tak penting sama sekali. Ada yang membicarakan tentang rencana untuk masuk beberapa kegiatan ekstrakurikuler pilihannya, ada yang mengutarakan isi hatinya tentang rasa sukanya pada salah satu kakak kelas, dan ada juga yang menceritakan tentang kencan malam minggunya bersama sang pacar -oke, untuk yang satu ini Lay sungguh tak minat untuk mendengarkannya.

"YOOOOO YOOOO~! WHAAATTTSSSS AAPPPP BROOOOO!"

Baiklah, seketika Lay pun menambahkan hal ini sebagai sesuatu yang tak minat ia dengarkan. Sesuatu yang membuatnya sedikit terlonjak dari posisi duduk nyamannya.

"YUHUUUUU~~~ SELAMAT PAGI CINTAAAHH~~~"

Detik selanjutnya Lay menatap dua makhluk dengan perbedaan tinggi badan di hadapannya itu dengan tatapan membunuh. –err

"WOI DUO KAMPRET SIALAN! NGAGETIN ORANG SEGANTENG INI SEENAK JIDAT AJA!"

Ups.

Melihat reaksi dua manusia dihadapannya sama-sama memasang ekspresi face-palm, ia sadar kata-katanya barusan menunjukkan bahwa ia sedang dalam mode 'abnormal'. Atau mungkin sebut saja out of character.

Dengan timing yang sedikit telat, si tinggi membekap mulut Lay seenaknya tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu pada pemiliknya. Si pendek menoleh kesana kemari memperhatikan keadaan kelas. Kemudian ia kembali menatap Lay dan berkata,

"Hufffttthhh.. untung ga ada yang dengar hyung.."

"Emmmmpp- mmppphhhh.. mbbbppphhh... –BBBBWAAH... SIALAN KAU TIANG LISTRIK! Apa hah? Memangnya kenapa kalau mereka dengar hah? Wahai Park Chanyeol dan Byun Baekhyun.. jawablah pertanyaan dari kakanda ini..."

Dua orang bernama Chanyeol dan Baekhyun itu pun saling menoleh dan berbisik

"Sepertinya kali ini kita kelewatan. Reaksi OOCnya sampai kelewat batas begini".

Dahi Lay pun berkerut-kerut memperhatikan apa lagi yang dilakukan oleh dua makhluk pecicilan -yang sayangnya berstatuskan sebagai kawan akrabnya sendiri- dihadapannya tersebut.

"Apa yang kalian bicarakan, huh?!"

"Ahh bukan apa-apa hyung... Errr... Anu-"

"ANU? KALIAN MAU CERITA KALAU KALIAN HABIS ANU ANUAN (?) GITUH? MAAF AKU TAK MINAT DENGAR!"

"ASTAGA LAY HYUNG! Tolong mulutnya dikondisikan dong! Mana pake 'kuah' pula!"

Chanyeol sedikit mengusap wajahnya yang tak sengaja terkena percikan 'kuah' milik Lay tadi. Sedangkan Baekhyun berusaha memperhatikan wajahnya di cermin kecil yang selalu ia bawa kemana-kemana disaku celananya. Takut beberapa butir 'kuah' Lay dapat melunturkan polesan eyeliner di mata sipitnya –begitu sih katanya.

"Habis Baekhyun bicaranya ambigu gitu.."

"Apanya yang ambigu!? Aku bilang bukan apa-apa, hanya sesuatu yang sepele. Yang ada kau yang ambigu tau! Ckckck dasar murid teladan yang 'aneh'!"

"Oh begitu... Hehehheehehe"

Lay hanya menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal dilengkapi dengan cengiran kuda beserta dimple di pipi kanannya. Menampilkan kesan polos dan tak berdosa.

Batin Baekhyun dan Chanyeol sama-sama menjerit

"Duh untung manis.. Kalau enggak, udah dihajar dari tadi deh!"

Ngomong-ngomong tentang 'aneh', seharusnya mereka bertiga sadar diri. Mereka memang sama-sama aneh. Lalu mengapa Lay yang introvert dan juga menyandang gelar siswa teladan dengan nilai akademik yang cukup fantastis sudi bersahabat dengan dua makhluk bernama Chanyeol dan Baekhyun tersebut?

Well, sebut saja sebagai keajaiban dunia/?. Pada dasarnya, Lay merupakan seseorang yang dipenuhi dengan kesederhanaan. Tidak ada yang spesial dari dirinya hingga membuatnya berada di posisi kasta tertentu. Proporsi badan yang sederhana, penampilan yang sederhana, wajah yang sederhana, kehidupan yang sederhana, kondisi keuangan yang sederhana, dan segala bentuk kesederahanaan lainnya. Bahkan saking sederhanya, ia merasa hidupnya terlalu monoton. Terlalu flat. Kadang ia sedikit tersinggung dengan iklan chiki chittato/? yang berbunyi "Life is never flat!" –shit.

Setelah ia bertemu dengan mereka yang pecicilannya kelewat batas, ia baru mengetahui bahwa ia pun memiliki kelakuan yang random bahkan terkadang OOC. Ia akan blak-blakan tentang apapun jika sudah berkumpul dengan mereka. Sekalipun waktu kebersamaan mereka hanya baru sebulan lebih, Mereka tak segan untuk saling membantu kapanpun itu. Seperti ketika Chanyeol harus bergulat berkali-kali dengan remidi Matematika, Lay pun membantunya dalam belajar. Atau ketika Baekhyun yang berkali-kali meminjam buku catatan Kimia milik Lay karena ia selalu malas untuk mencatat di sekolah. Dan batuan-bantuan lainnya yang bahkan terkesan tak penting sekali pun dan tak ada sangkut pautnya dengan urusan sekolah.

Bagaimanapun tingkah laku absurdnya mereka, Lay merasa setidaknya kini hidupnya tak sedatar dulu. Meski kadang ia yang paling sering dibully dalam persoalan percintaan, yaaa karena status mereka yang tengah berpacaran.

Oh, tunggu dulu..

Berpacaran?

Ya. Mereka berpacaran.

Chanyeol dan Baekhyun.

Si tiang listrik dengan si mungil yang menawan.

Taukah kalian bagaimana reaksi Lay saat mengetahui mereka ternyata berpacaran? Ia shock berat kawan. Membombardir mereka dengan segala jenis pertanyaan. Terlebih lagi itu kan jelas berarti mereka –err- gay?

Dan Baekhyun hanya menjawab dengan enteng

"Cinta tak mengenal batasan, hyung... Suatu saat kau juga akan paham".

Setelah waktu berlalu, Lay pun bisa menerima hal tersebut. Toh lagi pula bukan hak dia untuk melarang hubungan mereka. Biarkanlah dua manusia yang lahir 1 tahun lebih muda dibawahnya itu menikmati hidup mereka. Ia hanya sebagai sahabat yang selalu ada ketika mereka membutuhkannya.

.

.

.

.

.

Beberapa menit berlalu setelah bel istirahat berbunyi, keadaan kelas mulai kosong seiring dengan keluarnya para siswa-siswi. Lay yang baru saja membereskan buku lalu memasukkannya ke dalam ransel ungu miliknya, seketika menoleh kesana kemari mencari keberadaan Chanyeol dan Baekhyun. Namun nihil. Ia pun mendesah kecewa.

Drrrt!

Sedikit kaget, ia pun segera merogoh benda persegi panjang tersebut yang berada di sakunya.

From: Byun Baek szziie cAb3 mEnAwWAnnn

(oke, jangan bully Lay. Sesuka hatinya ia mau menamai siapapun kontak di HP miliknya)

"Oiii Zhang Yixing yang manis ulalaaa~ :* aku dan chanyeol sudah di kantin. Maaf ya duluan.. hehehe. Aku sudah kelaparan. Cepat kemari hyung!"

Hmmm sudah kuduga.

Batin Lay berbicara.

Sesaat kemudian ia pun mengetik pesan balasan untuk sahabat kesayangannya itu.

To: Byun Baek szziie cAb3 mEnAwWAnnn

"Aku mau ke perpustakaan dulu, Baek. Kau makan duluan saja dengan tiang listrik kesayanganmu itu :v makan yang banyak yaa agar kau tidak selamanya pendek. :p"

"Yixing hyung..."

Suara orang tersebut berhasil membuat Lay mengangkat kepalanya dari kegiatan bermain smartphonenya, sekedar untuk melihat sosok tersebut yang kini berdiri dihadapannya.

"Oh.. Sehun-ah.. hehehehe ada apa nih kau ke kelas ku?"

Oh Sehun. Si tampan yang mempesona dari kelas 1 – 1. Sahabat karib sekaligus tetangga Lay. Seseorang yang menertawakannya saat ia curhat mengenai perasaannya dulu. Dia adalah teman pertama yang Lay miliki ketika ia pindah ke negeri ginseng ini. Kemampuannya yang pandai berbahasa mandarin tentu menjadi salah satu bentuk bantuan tersendiri bagi Lay yang saat itu belum tau apa-apa tentang Korea. Ia dengan senang hati membantunya untuk beradaptasi dengan lingkungan. Dari situ lah awal mula mereka bersahabat. Hingga bersekolah pun di sekolah yang sama, hanya saja terpisahkan oleh ruang kelas yang berbeda.

"Ah.. tidak ada apa-apa.. Hyung apa kau mau ke kantin?"

"Euu... mungkin nanti Hun-ah. Aku mau ke perpustakaan dulu. Ada beberapa buku yang ingin aku pinjam".

"Mau aku temani wahai tuan putriku~?"

"Ugh! Berhenti mengatakan itu Hun-ah! Atau sepatuku akan dengan senang hati mendarat di wajah sok tampan mu itu!"

-Lay sedikit bohong. Pada kenyataannya Sehun memang benar sungguh sangat tampan.

"Yaakk ampun hyung... Kau jangan jadi psikopat kambuhan gini dong.,"

Lay hanya memutar bola matanya malas

"Aiiyooweeiii~ Lebay! Sudahlah,, ayo".

Lay berjalan mendahului. Sementara itu, Sehun berjalan dibelakangnya dengan wajah yang tengah tersenyum-senyum sendiri entah karena apa.

.

.

.

.

.

Suasana khas perpustakaan: sunyi dan tenang.

Lay berjalan menyusuri jejeran rak-rak buku. Berharap ia segera menemukan buku yang kini dicarinya. Jari-jari lentiknya tak henti untuk menyusuri setiap deretan buku-buku yang tersusun rapi.

Gotcha! Ketemu!

Dengan senyum tipis yang tercetak di bibir merah mudanya, ia bergegas untuk menghampiri Sehun yang kini tengah berdiri menunggunya di dekat meja penjaga perpustakaan.

Deg.

Tak ada hujan, tak ada badai. Lay tiba-tiba saja menghentikan langkahnya ketika ia tiba di salah satu lorong yang tercipta diantara dua rak buku yang sejajar. Matanya menangkap sesosok makhluk yang kini tengah membaca-baca sebuah buku. Memang sih bukan makhluk halus atau pun semacamnya, tapi...

Oh astaga!

Siapapun tolong sekarang juga bawa Lay ke tepian jurang!

Ia mengenal sosok itu.

...Sangat-sangat mengenalnya.

Postur badannya...

Helaian rambutnya yang berwarna abu-abu gelap dan sedikit pirang...

Wajahnya...

BRUUKK

Buku yang sedari tadi berada digenggaman Lay jatuh tanpa hambatan dan mendarat di lantai.

Kesalahan besar.

Karena detik selanjutnya sosok tersebut menoleh ke arahnya.

Deg.

Pandangan dua makhluk yang bergender sama itu pun bertemu selama beberapa detik.

Oh Demi Dewa.. Seketika Lay lupa cara bernafas.

Sekuat tenaga ia mencoba melangkahkan kakinya untuk berlari secepat kilat dari tempat itu.

Berhasil!

Ia berlari keluar dari perpustakaan. Tak menghiraukan Sehun yang berteriak memanggil namanya dan bertanya apa yang terjadi.

Persetan! Ia tak peduli dengan apapun! Ia hanya butuh berlari sekarang.

Bahkan ia pun tak peduli dengan setetes air mata yang berhasil lolos keluar dari matanya.

.

.

.

.

.

.

.

"Kim Joon Myeon sunbae... mengapa aku harus bertemu dengan mu lagi?"

Dan kini perasaan yang terasa 'salah' dan 'ganjil' itu muncul kembali di permukaan hatinya.

Di satu sisi, Sehun yang masih berada di perpustakaan mencari ke sana kemari kira-kira apakah yang menjadi sumbernya hingga sahabatnya berlari ketakutan seperti sedang di kejar oleh sosok hantu dari film The Conjuring 2.

Hingga ia pun berhenti di salah satu lorong rak buku. Ditemukannya seseorang –yang ia tebak pasti kakak kelasnya, tengah tersenyum miring sambil menggumamkan sesuatu.

"Kau pasti sangat bahagia bisa bertemu denganku lagi, Zhang Yi Xing.."

Dan di hari itu juga, Lay merasa bahwa ia mengalami sebuah insiden yang sayangnya adalah baru sebuah 'awal'.