Sakura

Eyeshield 21 © Inagaki Riichiro-Murata Yuusuke

© Phantomhive

Sakura © Shimizu Shota

Eyeshield 21 FanFiction Award: Season of September

Spring

Warnings: OOC much. Abal. Gaje. Typo and misstypo(s). Semi-poem. Sedikit lyric-nya Bang Shota sama Babang-Babang dari Tohoshinki nongol.

Don't like don't read


Kimi wa eien no koibito…


Saat angin beraroma bunga sakura berhembus melewatiku, seketika itu juga aku merasakan sesak yang berlebihan di dadaku. Tenggorokanku tercekat, rasanya sakit sekali. Tidak seharusnya kamu tidak ada disini. Seharusnya kamu masih bisa menikmati indahnya bunga sakura bersamaku. Juga bersama Akaba.


Tahun ini musim semi berkunjung kembali

Dibawah pohon Sakura ini

Aku mengenangmu, mengingatmu

Sosokmu yang selalu bercanda dan tertawa…


Dibawah pohon ini, aku masih mengingat sosokmu. Tersenyum, bercanda bersama kami semua. Kau membuatkan bento untuk kami. Kau menuangkan teh pada kami. Bukankah tahun lalu kita—aku, kamu, Akaba serta anggota klub amefuto Bando—masih bisa menikmati hanami di taman ini bersama?

Dan sekarang, aku tidak bisa ber-hanami ria bersamamu lagi… Itu tidak smart, kau tahu?

Hei Julie… tahun ini, musim semi datang lagi lho. Bunga sakura juga mulai bermekaran di taman biasa. Bukankah kau suka musim semi? Bukankah kau menyukai bunga sakura? Tahun ini, sakura bermekaran dengan lebih indah lho.

Bisakah kau datang kemari dan ber-hanami bersama-sama lagi?


Aku bermaksud untuk selalu berada disampingmu

Terus tertawa bersamamu

Tapi tak pernah aku sangka

Hari seperti ini akhirnya akan datang jua…


Ingatkah kau Julie? Kita selalu bersama sejak sekolah dasar. Aku masih mengingat pertemuan pertama kita. Bukankah kita berebut ayunan? Dan kau yang menang. Akhirnya akulah yang harus mengalah. Tapi sejak saat itu, kita tak pernah terpisahkan, bukan? Sungguh smart.

Saat kau sakit demam karena kebanyakan makan semangka, aku yang pertamakali menjengukmu. Kau marah padaku karena aku membawakanmu apel, padahal kau memintaku untuk membawakan jeruk. Tapi setelah itu, kau tersenyum dan memakan lahap apel pemberianku, kan? Dasar. Aku smart bukan?

Lalu, ketika aku mendapat nilai jelek di pelajaran IPS, kau yang pertamakali mengejekku. Aku sangat sebal sekaligus senang. Entah mengapa aku juga tidak tahu. Dan kau mengajariku IPS. Walaupun aku lemot dan sulit memahami apa yang kau ajarkan, di ulangan berikutnya nilaiku membaik.

Sadarkah kau Julie? Keberadaanmu penting bagiku. Kau tak pernag absen dalam setiap detik hidupku. Kau selalu ada disaat aku membutuhkanmu. Kau juga selalu ada disaat aku tidak membutuhkanmu. Kau selalu ada saat aku bersedih. Kau yang selalu membuatku marah. Kau yang selalu sanggup membuatku tertawa lepas meski aku sedang terluka. Kau yang menerangiku saat aku berada didalam kegelapan.

Tanpa aku sadari, aku merasa memilikimu. Dan keberadaanmu seolah hal yang sewajarnya.

…Dan kau pergi. Begitu saja. Tiba-tiba kau lenyap seperti asap. Kau meninggalkanku disini, sendirian. Dan itu buruk untukku. Aku tak pernah menyangka kau akan lenyap selamanya dari hidupku.


Kalau saja aku sanggup berterimakasih padamu

Akan kukatakan sebanyak yang kau mau

Tetapi tangan kita yang berpagutan

Kini hanyalah sebatas ilusi semata…


Kau terlalu baik untuk kumiliki. Kau cantik, kau luwes. Aku tidak pernah pantas selalu berjalan disampingmu. Tapi kau tidak pernah mengeluhkan aku. Maksudku, tentang aku yang selalu berjalan di sampingmu seolah kau adalah milikku. Kau tidak memprotesnya.

Setiap kali aku menanyakannya, apakah kau risih denganku, kau hanya memberengut dan memukulku pelan. Kemudian kau tertawa terbahak-bahak, menertawakan pertanyaan bodohku tentang kebersamaan blah-blah itu. Katamu, aku konyol. Bagimu, aku bukanlah seorang parasit.

Dan aku lega mendengarnya. Dan juga berterimakasih karena kau tidak menganggapku parasit. Smart!

Aku selalu lupa berterimakasih padamu untuk setiap kebaikan yang kau sodorkan padaku, kau tahu? Tiba-tiba aku ingin mengucapkannya, sebanyak yang ingin kau dengar. Dan aku tidak akan mengeluh.

Tetapi, apakah kau sanggup mendengarnya dari sana? Apakah hal yang sia-sisa saja jika aku meneriakkan kata terimakasih yang tiada taranya itu padamu? Akankah kau mendengarnya?

Julie. Dirimu kini hanyalah sebatas ilusi dan kenangan yang tersimpan indah didalam lokus-lokus otakku. Keberadaanmu hanyalah seberkas nama yang terukir dalam-dalam di lubuk sukmaku.

Kau kini tak bisa kugapai. Aku tak bisa meraihmu.

Julie, dimana dirimu berada?


Saat aku ingin menangis, aku tak sanggup

Padahal rasa sukaku begitu besar, hingga menusukku


Kau menghapus keragu-raguanku dikala aku harus melangkah maju. Kau memberiku semangat—dengan mencaci—dan menepuk punggungku. Momen saat kau tersenyum padaku sambil menceramahiku adalah yang terbaik dalam hidupku.

Dan kau tersenyum sambil bertepuk tangan saat aku mengambil gulungan kelulusan SMP. Kau menyebut namaku dan berteriak histeris ketika aku sanggup memasukkan satu goal kick. Kau memekik ketika kami menjadi juara dua di Prefektur Tokyo.

Saat itu aku merasa seperti superman. Smart, bukan? Aku merasa seluruh bintang gemintang berpihak padaku. Seolah aku ini dewa dari Mitologi Yunani.

Konyol bukan? Tapi bukankah itu sangat smart? Bukankah kau juga menganggapku sedikit smart disaat seperti itu? Dan kau tertawa sambil menitikkan sebutir air mata.

Aku tak sanggup apa-apa ketika aku mendapatimu sedang menangis untuk kami. Dadaku terlalu sesak oleh perasaan senang yang membuncah. Senang karena kita menang. Senang karena aku menang. Senang karena… kau tetap ada disisiku sampai detik itu. Smart!

Lalu sekarang kau menghilang. Seenakmu saja menghilang, tanpa mengatakan apapun padaku… Rasanya kosong. Tak ada lagi yang mengisi hariku.

Tahukah Julie, saat ini aku ingin menangis? Tapi aku tak bisa. Barang satu air matapun tak keluar dari bola mataku.

Padahal aku begitu menyukaimu. Aku begitu menyayangimu… Kenapa dengan kehilangan dirimu justru aku tak bisa menangis?


Orang yang kurindukan seperti Sakura

Orang yang selalu membungkusku dengan kehangatannya

Aku selalu berada disampingnya hingga bosan

Dirimu satu-satunya kekasih hatiku…


Perasaan ini salah. Tak seharusnya aku merindukan orang yang bahkan tak sanggup aku gapai. Kau tentu lebih bahagia disana ketimbang disini. Habis disana kan tidak ada orang seperti aku kan? Kau pasti bahagia karena tidak ada manusia aneh seperti aku yang selalu mengekormu.

Hei Julie… Tapi setidaknya kau harus tahu kalau kami semua merasa kehilanganmu. Kau yang biasanya membawakan minuman dan handuk basah untuk kami sudah menghilang. Kau yang selalu mengawasi latihan kami dengan sabar sudah diambil.

Kami sedih. Aku apalagi.

Karena aku tahu, hanya dirimulah satu-satunya kekasih hatiku. Yang selalu membekas di jantungku sampai kapanpun…


Julie, tahun ini musim semi juga datang berkunjung. Bunga Sakura juga sudah bermekaran. Sebentar lagi, aku juga harus pergi. Masih banyak hal yang harus aku lakukan. Hidupku masih panjang, Julie. Dan sepanjang hidupku itu pula, kau akan hidup. Di hatiku.


Tahun ini, musim semi datang berkunjung lagi

Dibawah pohon Sakura kenangan ini

Aku menutup mataku, dan aku menemukanmu

Aku sanggup kembali ke masa itu…


Angin sepoi kembali berhembus melewatiku. Bau bunga sakura menusuk-nusuk hidungku. Lagi-lagi dadaku terasa sesak—seolah dihujani oleh ribuan belati. Sakit sekali. Tapi aku mencoba merasakannya. Aku akan mencoba merasakan kehadiranmu bersama angin musim semi yang perlahan menghilang.

Julie. Saat aku menutup mata, aku pasti akan menemuimu. Di setiap tidurku, aku akan mengunjungimu. Jadi jangan khawatir kau akan merindukanku. Kau tak perlu mengunjungiku. Akulah yang justru akan datang kesana. Smart bukan?

Tapi, sebelum aku pergi meninggalkanmu, izinkan aku mengatakannya. Untuk yang terakhir kali saja. Mungkin kau sudah bosan mendengarkannya, ya. Tapi aku ingin mengatakannya. Tolong, kali ini saja dengarkan apa yang aku katakan. Karena aku tidak akan mengatakannya lagi, lho.

"Julie, aku menyayangimu…"


Normal POV

Kotaro Sasaki berdiri didepan peti Julie Sawai. Tangannya menggenggam bunga lili putih. Matanya memandang sendu kearah mayat Julie yang tergeletak lemah dan tanpa daya didalam peti mati. Sudah tak ada rona kehidupan disana. Julie telah benar-benar pergi.

Kotaro menggigit bibirnya sejenak, kemudian meletakkan bunga lili digenggamannya ke dalam peti mati. Ia tersenyum getir, kemudian memandangi wajah Julie—yang sudah pucat dan biru—untuk terakhir kalinya.

Angin berhembus kembali, menyadarkan Kotaro dari lamunannya. Pemuda itu mengacak rambutnya dan menyingkir dari peti mati Julie.

Tak ada ekspresi penyesalan dan kesedihan dari wajah pemuda itu. Hanya… kekosongan.

'Selamat tinggal Julie. Aku tidak akan membunuhmu didalan hatiku, kok…'


Wanita yang cantik seperti helaian bunga Sakura

Wanita yang takkan pernah aku lupakan

Perasaan ini tidak akan berubah

Dirimu adalah kekasihku satu-satunya…


-FIN-

Dengan tidak elitnya


Author's Note: Unyu. Ini fic kedua saya di festi ini. Au. Saya niat banget yah. Padahal yang satunya jelek abal kayak gitu. Yang ini tambah abalan lagi. -_-'' Kotaro OOC banget banget banget. *jedotin kepala ke tembok*

Sedikit fakta: saya lupa memasukkan kata smart waktu pertama bikin. Terus setelah saya baca ulang dua kali, kok kayaknya ada yang kurang dari seorang Kotaro… Dan akhirnya saya ingat kalau dirinya suka bilang smart… Makanya kata smart-nya kayak sempilan. Cuma nongol doang. Orang dasarnya Kotaro itu idiot yang ngaku-ngaku smart juga… #dibuang ke Antartika

Yep. Leave a review, pal. :) :) Kalau bisa yang signed review yah. Anonymous boleh sih. Cuman kalau signed saya lebih enak soalnya kalau mau bales ripyu gampang. :P *alibi*

Review shite, ne? ^^

P.S: Eien no koibito itu artinya, kurang lebih "Dirimu adalah kekasih abadi." :) Diambil dari lagu'Sakura'-nya Bang Shimizu Shota. :D Keren deh. Sampai sekarang saya nggak tahu tempat donlotnya dimana. Kalau ada yang tahu kasih tau saya yah! :DD ( nggak ada. Ngek).