Child from Another World
Family/Friendship
Pairing : 6927, D18, 8059, 10051.
Warning : Shounen Ai, no M-Preg tapi pakai metode lainnya, Next!Gen, OC
Katekyo Hitman Reborn © Amano Akira | Hayate the Combat Butler(?) © Kenjiro Hata
Chapter 1, Natsuki's New World
"Memangnya ada toko seperti ini?"
Di salah satu sudut kota Tokyo, tampak seorang anak perempuan berambut cokelat tua dengan warna mata biru. Berjalan bersama seorang pemuda berambut hitam pendek yang tampak hanya diam dan menatap sekelilingnya. Kosong, di salah satu sudut gang yang tidak tertangkap oleh mata—mereka berakhir disini.
Bagaimana bisa?
Terima kasih untuk pemuda yang entah bagaimana bisa tersasar dari sekolah mereka hingga ke rumah mereka. Pemuda berambut hitam dengan mata emerald.
"Mana kutahu, lebih baik cepat masuk—hujan semakin lebat turun!" mendorong punggung gadis itu dan masuk kedalam sebuah toko antik yang lebih seperti rumah hantu untuknya. Menemukan bahwa di dalamnya tampak seperti sebuah toko buku dengan rak-rak yang berjejer disana.
"Selamat datang," penjual menyapa dan tersenyum pada mereka yang datang. Bukan hanya mereka yang berada disana, namun tampak dua orang lainnya yang berada di tempat itu sedang melihat-lihat buku yang ada disana.
"Toko buku—"
"AH!" menoleh saat gadis itu tampak berteriak, pemuda bermata emerald itu tampak terkejut tentu saja, "Apakah ini Katekyo Hitman Reborn?! Da—dan, volume 43? Kukira hanya sampai 42 volume saja!" tampak memegang sebuah manga di tangannya.
"Dasar otaku," menghela nafas, tampak pemuda itu sedikit kaget dan juga cemas segera berganti menjadi raut kesal karena gadis itu membuatnya benar-benar kaget.
"Biar saja, dan Hiro-kun aku sudah katakan kalau namaku adalah Natsuki! Kau harusnya memanggilku Natsu ataupun Tsuki!" jawab gadis berambut cokelat itu dengan pipinya yang mengembung. Pemuda itu tampak acuh tak acuh dengan itu semua, "aku ingin membelinya—pokoknya aku harus mendapatkannya!"
Natsuki's POV
Hei, namaku adalah Tsukaba Natsuki dan usiaku adalah 12 tahun. Aku adalah seorang anak yatim piatu dan aku adalah penyuka anime manga atau yang sering disebut oleh Hiro sebagai Otaku. Dan selain itu aku juga menyukai cerita-cerita berbau Yaoi ataupun Shounen-ai dan sebangsanya. Atau yang lebih sering disebut sebagai Fujoshi.
Buku yang ada di tanganku adalah Katekyo Hitman Reborn-buku yang paling aku gemari. Bahkan meskipun komik ini sudah tamat, aku selalu menyukai cerita ataupun doujinshinya. Tentu saja tidak lepas dari Yaoi yang berterbangan.
Mungkin seperti D18, 6927, 8059, 10051, XS, RyoAoba-oke lupakan yang terakhir. Tidak-tidak, Ryouhei adalah salah satu dari dua pairing straight yang kusuka selain ColoLal bersama dengan Hana.
"Kalau kau suka beli saja," suara dalam milik pemuda di sampingku membuatku menoleh. Ia adalah Tasukaba Hiro. Nah, aku dan dia tidak sama sekali bersaudara. Namun, karena saat ditemukan oleh panti asuhan kami berdua, pada akhirnya ibu panti memberikan nama keluarga yang sama dengan kami.
Pemuda berusia diatasku 1 tahun dengan rambut berwarna hitam dan mata berwarna Emerald. Tubuhnya tinggi dan proporsional, dengan tampang jauh diatas rata-rata. Tidak heran banyak yang tidak suka kalau aku selalu berada di dekatnya. Oh, dia sudah tidak berada di panti asuhan karena ia sudah diadopsi oleh pasangan suami istri saat usianya 5 tahun.
Namun toh ia tidak pernah meninggalkanku sama sekali dan hubungan kami baik-baik saja.
"Tentu, semoga saja tidak ma—"
"Yang benar saja, harganya 1 Juta Yen?!" Aku menoleh pada salah satu pembeli yang ada disana. Tampak marah dan kesal karena harga tidak masuk akal untuk sebuah buku. Memangnya itu buku apa, Da Vinci Code saja tidak semahal itu, "hei, bahkan buku ini tidak langka sama sekali!"
"Kalau kau tidak menginginkannya kau bisa meninggalkannya—" wow, apakah penjual ini benar-benar tidak bisa memberikan keringanan sama sekali. Dengan kesal pembeli itu tampak keluar dari tempat itu.
"Ah, lagi-lagi melihat orang itu memberikan harga tidak masuk akal," suara yang lain membuatku menoleh dan menemukan seorang pemuda lainnya berambut hitam yang memiliki model rambut mengingatkanku pada Dino Cavallone. Matanya berwarna cokelat dan itu sudah menunjukkan kalau pemuda itu tidak sama sekali berasal dari Jepang.
"Lagi?" Hiro menatapnya bingung.
"Aku sudah kemari sejak beberapa hari yang lalu, ia memberikan harga sembarangan pada orang-orang yang datang," anak laki-laki itu tampak tertawa pelan sebelum menoleh pada buku yang kubawa, "oh, kau membeli buku itu juga?"
Juga?
Aku menoleh untuk menemukan pemuda itu membawa buku yang sama. Heee, teman seperjuangan rupanya.
"He! Kau juga senang dengan ini rupanya!"
"Aku adalah seorang kolektor manga, melihat volume semu yang tidak pernah terbit tentu saja membuatku sangat tertarik." Ah, entah kenapa senyuman pemuda itu juga mengingatkanku akan Dino, "oh, namaku adalah Giordano Battista Ghilandaio."
Mampus!
Satu kata yang ada di dalam fikiranku saat mendengar nama pemuda itu. Kenapa tidak memiliki nama yang gampang seperti Dino Cavallone, Xanxus, Squalo, Belphegor, bahkan Lussuria sih. Kalau namanya seperti itu jadi seperti ingin memanggil Bermuda dengan nama belakangnya.
"Panggil saja Gio," jawabnya seolah bisa membaca fikiranku. Yah, untung saja-karena aku tidak mau sampai ia tersinggung karena aku tidak bisa memanggil namanya.
"Salam kenal, namaku adalah Tsukaba Natsuki dan dia Tsukaba Hiro—sebelum kau menanyakannya, tidak—kami tidak bersaudara," jawabku yang sudah ditanya beberapa kali apakah aku bersaudara atau tidak dengan Hiro. Hiro hanya bisa menggerutu pelan dan berjalan hingga langkahnya terhenti saat melihat buku di sampingnya.
Raut wajahnya tampak berubah saat melihat sebuah buku tebal yang tampak seperti ensiklopedia baseball. Ah, Hiro memang memiliki hobi yang berkaitan dengan base ball. Aku sering menggodanya, kalau saja Yamamoto Takeshi dan Gokudera Hayato menikah pasti akan menghasilkan dia.
"Maaf, apakah kau ingin mengeceknya?" Suara penjual itu tampak membuat kami berdua tersentak dan melihat antrian pembeli—yang marah—semua sudah tidak ada.
"Ah maafkan kami!" Aku dan Gio segera membawa buku itu untuk menanyakan dan mungkin membayarnya. Aku melihat penjual itu yang berambut putih bob dengan kacamata spiral ia kenakan.
Sepertinya familiar...
"Berapa harganya?" Penjual itu menoleh pada kami berdua sambil tersenyum penuh arti dan mencurigakan.
"Gratis..."
...
Wha—?
"Buku ini kuberikan pada kalian gratis, kalian tidak perlu membayar," jawab pria itu dan kami berdua masih tidak bisa mencernanya. Kalau sampai kolektor seperti Gio mencarinya tentu saja buku itu mahal, dan ia memberikannya pada kami secara cuma-cuma, "oh—dan aku sarankan kau juga membelinya anak muda."
"Huh? Siapa—aku?" Hiro tampaknya masih tenggelam dalam dunianya sementara penjual itu mengangguk, "naah, aku tidak suka dengan hal seperti itu!"
"Kau akan menyukainya—lagipula tidak apa-apa bukan, aku memberikanmu cuma-cuma," jawab penjual itu sambil menatap Hiro dan menghela nafas berat.
"Lebih baik kau memberikan ini padaku secara cuma-cuma—" menunjuk kearah ensiklopedia yang ada di tangannya.
"Itu 100 Juta Yen untukmu," jawabnya dengan wajah datar. Kalau tidak kuhentikan mungkin toko itu akan hancur karena Hiro. Penjual toko yang aneh, bukan karena sifatnya tapi membuatku teringat akan seseorang yang entah kenapa kulupakan.
"Oh ini adalah hadiah untuk kalian bertiga," memberikan masing-masing kami seperti sebuah kantung kain jimat. Bukan hanya diberikan cuma-cuma tetapi juga diberi hadiah. Setelah itu apa, ternyata isi dalamnya adalah cincin Vongola? Ah, hanya mimpi yang tidak mungkin terwujud. Benar bukan?
"Terima kasih..."
End of Natsuki's POV
"Ah, hujan sudah berhenti," menengadahkan tangannya merasakan hujan yang mungkin masih turun, tidak ada setetespun membuat mereka bertiga berjalan menjauhi toko itu. Natsuki berada diantara Gio dan juga Hiro yang pada akhirnya membeli buku itu, "dimana rumahmu Gio-kun?"
"Dekat sini, bagaimana dengan kalian?" Menoleh pada Hiro dan juga Tsuki.
"Aku tinggal di panti asuhan mungkin di dekat sini juga," mungkin—karena tadi mereka tersesat karena ulah Hiro.
"Orang tua angkatku tidak perduli aku pulang atau tidak," jawab Hiro enteng sambil memalingkan wajahnya.
"Mau mampir di rumahku untuk meminjam telpon sekalian menginap? Hari sudah cukup malam kau tahu—" Gio menatap Hiro dan Natsuki yang tampak mengerjapkan matanya beberapa kali, "—aku mengumpulkan manga-manga yang mungkin bisa kau baca."
Dan dengan segera Natsuki mengiyakannya.
Menganga—
Tsuki hanya bisa terdiam karena apa yang ada di depan mereka. Sebuah rumah megah yang tampak bergaya Eropa berada di depan mereka. Bahkan lebih besar daripada rumah orang tua angkat Hiro yang merupakan orang kaya.
"Masuklah, aku akan meminta pelayan untuk membawakan makanan—" Gio tampak disambut oleh beberapa pelayan yang membungkuk pada mereka.
'Memangnya Hayate Combat Butler—' sweatdrop, Tsuki hanya berjalan dan mengikuti Gio yang menerangkan pada mereka tentang apa yang ada disana, hingga mereka sampai di sebuah pintu yang ada di ujung lorong.
"Ayo!" Membuka pintu, membuat Tsuki semakin membulatkan matanya saat menatap tiap-tiap rak yang berisi manga yang jumlahnya entahlah berapa. Yang pasti, itu seperti sebuah pintu harta karun untuknya, "kau bisa membaca kapanpun dan buku manapun."
Jawabnya sambil tersenyum dan duduk di salah satu kursi disana. Gio menatap kearah Tsuki yang masih sibuk dengan semua yang ada disana, tidak mengedarkan pandangan ke tempat lainnya. Tersenyum secara tidak sadar, hingga Hiro tampak berdehem dan Gio tersadar kalau Hiro berada di depannya.
"Kau tidak mengambil buku?"
"Tidak—aku tidak suka dengan buku-buku seperti ini," jawab Hiro sambil menghela nafas. Pelayan tampak membawakan minuman dan makanan kehadapan mereka dan Gio tampak berterima kasih.
"Nee, nee Gio-kun—apakah aku benar-benar boleh membaca buku manapun?" Menoleh saat Tsuki kembali padanya dengan mata berbinar-binar. Gio tampak terdiam sejenak sebelum tersenyum dan mengangguk, "aw~ kau benar-benar teman yang baik Gio-kun, berbeda dengan seseorang!"
Dan 'seseorang' tampak mendeathglarenya dengan tajam yang tidak digubris olehnya sama sekali.
"Teman?"
"Begitulah, kau sudah sangat baik dan tampaknya menyenangkan—jadi aku ingin berteman denganmu," jawab Tsuki tampak tersenyum dan memiringkan kepalanya, "tidak mau?"
"N—nah, tidak apa-apa aku mau tentu saja!"
"Ngomong-ngomong—" mereka bertiga tampak sedang menikmati makanan kecil yang disiapkan oleh Gio sambil duduk di kursi yang melingkari meja kecil berbentuk bundar, "—apakah kau tidak merasa kalau penjual itu mirip dengan seseorang?"
"Eh, ternyata kau menyadarinya juga Gio-kun! Aku benar-benar merasa pernah melihat orang itu," Tsuki tampak terkejut mendengar Gio yang juga merasakannya. Berarti itu bukan sebuah kebetulan, "dan ngomong-ngomong apa isi kantung kain ini ya?" Melihat dengan seksama, begitu juga dengan Hiro dan juga Gio.
...
"Mau buka?" Hiro menatap kedua lainnya yang mengangguk sambil membuka sedikit dan mengintip kedalamnya. Sebuah—
*#^!?%
Hiro dan Gio menutup telinga mereka saat mendengar Tsuki berteriak—sangat keras. Bahkan membuat telinga mereka masih berdengung.
"Ada apa Tsuki?!"
"I—ini!" Mengeluarkan benda di dalam kantung kain, dua buah cincin yang tidak terlihat asing untuknya, "Oozora dan Kiri Vongola Ring!" Menatap pada cincin di telapak tangannya. Berbeda dengan Vongola Gear, tetapi simbol di tengah cincin itu sama dengan yang ada di Vongola Gear itu.
Gio tampak mengeluarkan benda di dalam kantungnya, dua buah cincin juga yang tampak sama dengan Tsuki. Ah, tidak sama—lambangnya.
"Kumo Vongola Ring dan—" menatap cincin satunya yang tampak tidak memiliki lambang Vongola, "—kukira ini Chiavorrone Ring..." Jawabnya sedikit sweatdrop. Kenapa Cavallone Ring ada di tangannya begitu juga dengan Kumo Vongola Ring? Gio dan Tsuki menoleh pada Hiro yang sudah mengeluarkan dua cincin lainnya.
...
"Kurasa—Ame dan Arashi Vongola Ring," jawabnya yang hafal secara alamiah karena Tsuki membicarakannya setiap hari dengannya. Suasana hening seketika saat itu, sebelum Tsuki yang pertama kali bergerak dan memasang dua cincin itu di jari tengah dan telunjuknya.
'Aneh, aku seperti mengenali cincin ini sebelumnya…'
"Seperti asli," jawabnya sambil menatap kilauan di cincin itu. Tidak ada yang terjadi saat itu, tentu saja-tetapi entah kenapa ia merasa ada sesuatu yang terjadi kalau ia memasang cincin itu di jarinya. Namun ternyata tidak ada yang terjadi—jadi, sudahlah.
"Ah, lebih baik aku membaca buku yang kudapatkan tadi~" menyadari buku yang ia dapatkan tadi, buku yang tidak diterbitkan—kata Gio. Membuka buku itu, tampak halaman yang—
Kosong?
"Eh?" Saat akan membalik halaman, tampak sebuah flame yang seolah keluar dan membakar buku di tangannya begitu juga dengan tubuhnya, "AAAAH!"
"Tsuki!" Dua pemuda itu tampak menatap horror saat api berwarna kuning itu seolah membakarnya dan membuatnya menghilang tanpa bekas dari hadapan mereka bersama dengan buku dan juga api itu.
…
"A—apa yang sebenarnya terjadi?"
Di sebuah tempat yang sangat luas dan juga sangat besar itu tampak seseorang sedang berlari dengan kaki kecilnya. Anak laki-laki berambut kuning dengan mata cokelat itu tampak tersenyum sambil mencoba mencari-cari sesuatu di tempat itu.
"Mama!" berlari kearah salah satu pintu dan membukanya dengan segera tampak mencari sosok pemilik tempat itu yang tampaknya berada di kursinya yang tampak membelakangi pintu depan. Mendengar teriakan dan juga suara pintu yang terbuka, kursi itu berputar dan tampak pemuda berambut cokelat dengan mata berwarna madu.
Melihat sosok itu membuat anak laki-laki itu tertawa pelan dan segera bergerak cepat menuju kesana.
"Hei Bambino, apa yang kau lakukan disini? Dan bukankah sudah tou-san katakan untuk tidak memanggil tou-san dengan sebutan mama?" menghela nafas, menatap pada anak laki-laki itu dengan senyuman lembut.
"Papa mengatakan untuk memanggil mama dengan sebutan itu," jawabnya sambil mengingat apa yang dikatakan oleh papanya. Pria berusia 30-an tahun itu hanya menunduk lemas, tahu kalau yang melakukan itu semua adalah 'suaminya'.
"Ada kalanya kau tidak menuruti apa yang dikatakan oleh papamu Giotto…"
"Tetapi papa lucu, papa baru saja menceritakan bagaimana cara mendapatkan bayi saat Gio bertanya tentang caranya," tampak empat persimpangan berkedut di atas kepala pemuda itu mendengar hal itu. Oke, apakah pria itu tidak tahu kalau Giotto anak keduanya itu masih berusia 5 tahun? Dengan segera tampak berdiri dari tempatnya.
"Kau bisa menunggu tou-san disini bukan? Tou-san akan mengajak papamu kemari—" jawab pria itu dengan senyuman manis walaupun empat persimpangan tampak benar-benar berkedut kesal dengan informasi yang didapatkannya saat itu.
"Baiklah tou-san!"
"Anak baik—" menepuk kepala pelan dan segera keluar dari ruangannya saat itu. Beberapa saat, anak laki-laki itu hanya bermain dengan bola yang ia keluarkan dengan ilusinya. Sawada Giotto adalah anak kedua dari pasangan Tsunayoshi Sawada dan juga Rokudo Mukuro.
Tentu saja mereka tidak membuat anak dengan cara biasa—menggunakan teknologi Vongola yang menggabungkan DNA dari Tsuna dan juga Mukuro, dan menggunakan teknik yang hampir sama dengan Kloning membuat sosok anak laki-laki itu yang diberi nama dari nama Vongola Primo atau kakek buyut dari sang Neo Vongola Primo.
Berusia 5 tahun sangat mirip dengan Giotto dengan mata yang didapatkan dari Tsuna. Hanya flame dan juga kemampuannya yang berasal dari DNA Mukuro.
Saat ia sedang bermain, tampak sebuah flame yang berwarna kuning yang membuatnya sedikit terkejut dan berbalik untuk melihat siapa yang ada disana. Biasanya, yang memiliki flame seperti itu hanyalah ayahnya atau pamannya yang bernama Dino.
Tetapi saat ini, yang ia temukan adalah seorang perempuan berambut cokelat panjang yang diikat ke belakang, tampak muncul dan tidak sadarkan diri. Berusia 12 tahun dan tampak benar-benar seperti muncul begitu saja dari udara kosong.
…
"Dia siapa?" berjongkok dan tidak melakukan apapun hanya menatap gadis yang ada di depannya saat ini.
"Sudah kukatakan untuk tidak mengajarkannya yang aneh-aneh Mukuro!" Tsuna tampak berjalan di koridor kembali ke ruangannya bersama dengan Mist Guardiannya Rokudo Mukuro yang sekarang tampak memegangi pipinya yang merah karena—pertengkaran suami istri.
"Aku hanya menceritakannya sedikit Tsunayoshi, tenang saja—" berkufufufu ria sambil menatap Tsuna yang menatapnya tajam membuatnya sweatdrop, "maaf."
"Ngomong-ngomong, besok adalah ulang tahunnya ya—" Tsuna tampak menghela nafas dan menatap kearah koridor yang ada di depannya. Mukuro tahu siapa yang dimaksud dengan 'nya'. Giotto adalah anak kedua mereka, dan anak pertama mereka menghilang 7 tahun yang lalu saat usianya 5 tahun karena malfunction dari percobaan pembuatan mesin waktu.
"Aku tahu kau tidak bisa melupakannya Tsunayoshi, tetapi kau bisa tidak menunjukkan wajah itu di depan Giotto-kun bukan?" Mukuro tampak merangkul tangannya dan mendorong pelipis Tsuna untuk mengecup pelipis pada sisi lainnya, "kalau Giotto-kun tidak cukup kita bisa membuatnya lagi—tetapi bagaimana dengan metode yang lainnya?"
"Metode lainnya?"
"Seperti sex?"
…
BLUSH!
"M—Mukuro, aku adalah laki-laki bagian mana darimu yang tidak bisa mengerti itu, aku tidak bisa melahirkan anak seperti perempuan," jawab Tsuna sedikit gugup dengan apa yang dikatakan oleh Mukuro. Berkufufufu ria sambil menatap Tsuna.
"Kau benar-benar manis kalau sedang gugup Tsunayoshi~"
"Be—berhentilah menggodaku," tampak membuka pintu ruangannya kembali untuk menemukan Giotto yang sedang duduk di dekat seseorang. Seorang gadis berambut cokelat panjang yang tampak tidak sadarkan diri. Tentu saja sang Don Vongola dan juga kekasihnya tampak terkejut. Mukuro tampak mendekati Giotto dan mengamankannya sementara Tsuna tampak mencoba memeriksa gadis itu.
"Apakah kau tidak apa-apa Giotto?"
"Uhm papa! Tadi nee-san ini muncul saat api yang sama seperti tou-san dan paman Dino muncul begitu saja," jawab Giotto sambil mengangguk di gendongan Mukuro. Tsuna sendiri tampak mengangkat tubuh anak berusia 12 tahun itu.
"Mau kau bawa kemana gadis itu Tsunayoshi?"
"Kita tidak bisa bertanya dulu sebelum ia bangun," jawab Tsuna sambil mengangkat bahunya dan berjalan menuju keluar dan masuk ke ruangan sebelahnya untuk meletakkan gadis itu di tempat tidur, "sebaiknya kupanggilkan nii-san dan juga Reborn…"
"Tsunayoshi—" Mukuro memotong pembicaraan Tsuna dan menunjuk pada dua buah cincin yang ada di tangan gadis itu. Cincin yang tidak akan pernah dilupakan oleh Tsuna dan juga Mukuro semenjak 7 tahun yang lalu.
Cincin yang mereka berikan pada anak pertama mereka…
"Papa, mama!" suara anak perempuan itu tampak terdengar sambil pintu pertemuan itu terbuka. Gadis berambut cokelat panjang dengan mata heterochrome itu tampak mengintip dari sela pintu menemukan kedua orang tuanya disana.
"Natsuki, sudah kukatakan untuk tidak memanggil tou-san dengan sebutan mama," pemuda berambut cokelat itu tampak menghela nafas dan menatap kearah Mukuro dengan tatapan tajam, "jangan menirukan sifat buruk ayahmu ini…"
"Tehe—tou-san, apakah Tsuki boleh memegang cincin tou-san lagi?" anak perempuan itu tampak menatap cincin yang ada di tangan Tsuna dengan mata berbinar-binar. Tsuna tertawa dan menggendong anak perempuan itu, sebelum memberikan sebuah cincin dari kantungnya, "apa ini tou-san?"
"Lihat lambang cincin yang ada di tengahnya," anak itu tampak menganalisanya dan tampak membulatkan matanya.
"Sama seperti milik tou-san! Apakah ini untuk Tsuki?!"
"Ya, begitu juga dengan cincin ini—" jawab Mukuro sambil memberikan cincin yang sama dengan Tsuna namun memiliki lambang kiri dan juga Vongola di tengahnya. Anak perempuan itu benar-benar tampak menatap dengan mata berbinar.
"Grazia tou-chan, papa!" memeluk leher Tsuna dan juga Mukuro, tampak sangat senang dengan cincin itu, "Tsuki akan benar-benar menjaga cincin ini!"
'Tou-chan, papa!'
Giotto, Tsuna, dan juga Mukuro tampak berada di kamar Tsuna bersama dengan gadis yang sudah terbaring dan belum sadarkan diri itu. Giotto tampak tidak bisa lepas menatap gadis itu dan mencoba untuk menganalisanya. Sementara Tsuna dan Mukuro tampak memikirkan dua cincin yang ada di tangan gadis itu.
Benar-benar membuat kenangan buruk yang terbayang kembali—saat anak mereka tampak menghilang begitu saja dari hadapan mereka, didepan mata mereka sendiri.
"Papa, papa! Rambut nee-san ini mirip dengan tou-san," jawab Giotto dengan nada innocent dan membuat kedua orang tuanya menoleh. Melihat rambut itu, mengingatkan Tsuna dan Mukuro akan anak pertama mereka—perempuan yang berambut panjang seperti ini.
"Bukankah dia mirip dengan Tsuki-nee?" Giotto hanya pernah melihat kakak perempuannya itu di foto yang disimpan oleh kedua orang tuanya. Tsuna dan Mukuro juga beranggapan seperti itu saat melihat gadis ini—dan yang membedakan—mungkin membedakan—gadis ini dengan anak mereka adalah warna matanya.
"Dimana nii-san dan juga Reborn?"
"Sudah kuhubungi, tetapi sepertinya sedang sibuk—"
"Hmm," suara itu tampak membuat ketiganya menoleh dan menemukan gadis itu yang tampak duduk begitu saja sambil merenggangkan tangannya. Membuka mata, menemukan mata biru tua yang menghiasi kedua iris mata gadis itu.
Natsuki's POV
Apa yang sebenarnya terjadi, sepertinya yang kutahu adalah aku memakai cincin yang sama dengan Cincin Oozora dan juga Kiri Vongola. Lalu saat kubuka lembaran komik itu, sebuah api yang mirip dengan Sky Flame langsung mengelilingiku.
Dan setelah itu—
"Nee-san tidak apa-apa?"
Nee-san? Sejak kapan Gio ataupun Hiro memanggilku dengan sebutan—nee-san?
End of POV
Gadis itu menoleh pada Giotto yang tampak tersenyum dan memiringkan kepalanya. Tampak bingung sebelum menatap sekeliling dan semakin bingung dengan apa yang ada di sekelilingnya. Tsuna dan juga Mukuro mengerutkan dahinya.
"Kau tidak apa-apa Bambina?" suara itu membuatnya memfokuskan iris biru tua yang mengingatkan Tsuna akan mata Mukuro itu pada Tsuna, "bagaimana perasaanmu?"
…
"Apakah kau—Sawada Tsunayoshi?" menatap dengan tatapan kosong dan bingung, Tsuna tampak mengangguk sementara Mukuro tampak waspada dengan gadis itu, "d—dan kau adalah Rokudo Mukuro?" dan kali ini Mukuro yang bingung namun mengangguk.
"HIEEE!" suara teriakan yang lagi-lagi mengingatkan Mukuro akan Tsuna, 'Ke—kenapa ada Tsuna dan juga Mukuro?! Bukankah mereka hanya ada di manga KHR saja, lalu dimana—sejak kapan aku ada disini!'
"A—apakah ini adalah Namimori?"
"Bukan, ini adalah Italia—lebih tepatnya markas Vongola," jawab Mukuro mencoba untuk menakuti gadis itu. Semakin kosong dan mulut menganga, gadis itu tampak benar-benar shock entah karena apa, "sekarang, sepertinya kau mengenali kami berdua. Siapa kau?"
"Ts—Tsukaba… Natsuki…" jawab Natsu masih bingung dengan apa yang ada disekelilingnya. Beberapa detik yang lalu ia berada di dunia nyata, dan sekarang ia bertemu dengan tokoh-tokoh anime seperti mereka.
"Natsuki?" Mukuro dan Tsuna tampak berbicara bebarengan dan Tsuki hanya mengangguk.
Natsuki's POV
Oke, apa yang sebenarnya terjadi—kenapa ada Tsuna dan juga Mukuro disini dan kenapa aku ada disini. Yang pasti ini bukan rumah Gio-kun dan yang pasti ini adalah sebuah mimpi. Ah sial, kenapa Tsuna benar-benar hot saat dewasa sih, Mukuro juga begitu.
Dan lebih parah, sepertinya settingnya TYL atau bahkan lebih lama! Markas Vongola—mafia terbesar, kalau aku tidak meyakinkan kalau aku tidak berbahaya aku bisa mati disini!
Kenapa Tsuna dan juga Mukuro tampaknya kaget mendengar namaku, kukira tidak ada nama Natsuki dalam cerita KHR versi Manga ataupun Anime. Ataukah ini berbeda, aku juga tidak mengerti.
Aku mencoba mencubit pipiku dan mendapatkan hasil kalau pipiku sangat sakit—berarti ini mimpi. Apakah karena cincin itu dan buku itu yang membawaku kemari? Lalu bagaimana caranya untukku bisa pulang—oke, yang sekarang adalah, bagaimana cara meyakinkan mereka kalau aku tidak berbahaya.
.
.
.
Mukuro menunjukkan dua buah benda di kepalan tangannya.
"Dan kenapa kedua cincin ini ada ditanganmu?"
Oh sial.
To be Continue
Maunya awalnya OCnya itu dari Indonesia, tapi kayaknya ga sreg aja kalau rambut cokelat kok orang indon XD
Jadilah seperti ini.
Oh, ini bukan Mpreg tapi lebih seperti 'menciptakan manusia' seperti teknik cloning yang menggabungkan dua DNA. Jadi Tsuna atau Mukuro ga hamil =.=a
Dan yep, sepertinya sudah ketahuan kalau Tsuki itu memang anaknya 6927, dan tentu saja itu artinya Hiro dan bahkan Gio ada kaitannya juga XD
Next Chapter
"Namaku benar-benar Natsuki, untuk apa aku berbohong!"
.
"Mau mencoba kemungkinan yang akan terjadi?" Hiro menoleh pada Giordano yang tampak sudah memakai kedua cincin itu di tangannya, mengangguk kearahnya, "kalau begitu baiklah…"
.
"Kau bukan Tsukaba Natsuki bukan?!"
.
"Namaku adalah Tsukaba Natsuki, yah minimal itu nama yang diberikan oleh panti asuhan tempatku tinggal setelah aku ditemukan 7 tahun yang lalu saat usiaku 5 tahun. Hanya tahu nama dan juga tanggal lahirku…"
.
"Besok adalah ulang tahunku juga!"
.
"Mungkinkah dia adalah Sawada Natsuki, Shodaime?"
.
"Tetapi—"
.
"Hiro-kun, Gio-kun, kenapa kalian ada disini?!"
