CHAP 1:
PROLOG 1
"Seorang pengusaha bernama Sabaku Gaara telah tewas dengan sebuah luka tembak di kepala dan di dadanya." Seluruh warga Jepang memaku di tempat sambil melihat ke arah layar lebar yang menayangkan sebuah berita "Diduga pembunuh merupakan orang yang sama pada kejadian dua minggu lalu yang menewaskan seorang wanita yang bekerja sebagai pengusaha yang terkenal dan kejadian 4 minggu lalu yang merenggut nyawa sepasang suami istri pemilik suatu perusahaan yang membuat mobil. Polisi setempat telah berupaya mencari tahu keberadaan dan modus dari si pembunuh. Namun sampai sekarang polisi masih kesulitan mendapatkannya. Berita kedua datang dari Planet seberang, Venus. Raja Vesperos II menyatakan gencatan senjata dengan menandatangani surat ekekherifer atau surat yang menyatakan perdamaian. Raja Venus ini telah memutuskan berdamai dengan Bumi setelah satu bulan ini Venus tak menyerang bumi lagi. Demikianlah breaking news hari ini. Dari Okinawa, melaporkan." Suara dari layar LCD yang terpasang di gedung-gedung seluruh Tokyo. Seluruh warga berjalan dan melakukan aktifitas kembali setelah akhir berita.
.
.
.
"Aku pasti akan menemukan Anda. Tunggulah, Hime-sama."
WHEN YOUR LOVE is ALREADY USELESS HERE
By: dayrALD 3
Disclaimer: Naruto belongs to Masashi Kishimoto
SasuSaku
Genre: Fantasy,Romance,sci-fi(mungkin), action
(belum tahu juga... kurang lebih begini, kalau ada genre yang cocok, mohon reviewnya"masih newbie" *hehe)
Warning: typo(s), OOC, AU, alur membingungkan, cerita jelek atau kurang jelas, membosankan, mainstream, EYD berantakan, etc.
Don't Like Don't Read ^_^
Aku. Aku adalah seseorang yang saat ini paling disanjung di seluruh bagian dari Jepang. Bagaimana tidak? Aku seorang bussiness women (ya, aku seorang wanita) di bidang perhotelan dan kuliner. Sekarang, aku telah memiliki 71 cabang restoran yang tersebar di bagian Osaka dan Tokyo. Dan memiliki 49 hotel di Jepang. Selain itu, aku merupakan penulis dengan karya yang selalu membuatku mendapat penghargaan, seperti 'Best Seller', 'Best Writer', 'Best Story' , dan lain-lain. Aku juga menjadi seorang dosen bidang kesehatan di salah satu Universitas ternama di Jepang. Gelar professor baru saja aku sandang tahun lalu karena penemuanku yaitu mengubah air menjadi bahan bakar dan penemuan lainnya yang membuatku tak bernasib buruk seperti yang lain. Aku bersyukur menjadi seorang yang sukses. Tapi maaf, aku tak bermaksud untuk menyombongkan diri, ini hanya awal dari cerita. Lebih tepatnya, pengenalan.
Namaku Haruno Sakura. Saat ini, umurku telah mencapai angka 25. Seperti yang ku katakan tadi, aku adalah seorang yang sukses. Biarpun banyak orang yang mengatakan "Uang tak dapat membuat hidup bahagia" atau "lebih baik miskin tapi bahagia daripada kaya tapi sengsara" aku tetap merasa senang dengan kesuksesan yang kumiliki, acuhkan saja mereka. Hidupku bahagia. Ya, itu sebelum aku... yah, dia datang. Menyebalkan.
.
.
Suara ketikan dari laptopku menggema di ruang kerjaku yang sunyi, sepi itu. Aku sedang membaca laporan dari karyawanku mengenai keuntungan yang dialami oleh hotel dan restoran bulan ini. Tapi tak lama, aku langsung dikagetkan oleh suara email notification. Mungkin itu penting, jadi kuputuskan untuk membacanya. Tapi nyatanya, itu adalah salah satu email dari ribuan orang yang menggemari karya sastra yang kubuat.
"ya... mau tidak mau, aku harus membalasnya." Kataku dengan nada malas. Mau bagaimana lagi, aku harus menjaga citraku sebagai penulis yang ramah, meskipun aku sendiri pun muak dengan istilah itu.
Tok..
Tok
Tok
Ketukkan dari pintu utama rumahku benar-benar menggangguku, entah mengapa hari ini aku merasa sedang bad mood. "Apa lagi sekarang..?" ucapku sambil melangkah dengan kesal keluar ruang kerjaku. Mengapa dia tidak memencet bel saja. Merepotkan sekali.
Kugenggam gagang pintu lalu membukanya. Kutemukan seorang pemuda yang usianya mungkin lebih muda dariku. Dia mengenakan jaket hitam, kemeja putih dan jeans hitam. Rambut ravennya mencuat, wajahnya dipalingkan ke samping, matanya hitam pekat, tangan kanannya dimasukan ke saku celananya dan tangan yang lainnya memegang sebuah map dan pulpen. Sepertinya, aku tahu siapa dia dan untuk apa dia datang kesini.
"eh..." pandangannya terfokus padaku ketika menyadari sang tuan rumah sudah dihadapannya "...Haruno Sakura?"
"Ya, benar. Kalau kau salah satu dari mereka, lebih baik kau pergi dari sini!" bentakku sambil berjalan menuju rumah. Tapi, langkahku terhenti, tangannya mencoba menahanku.
"salah satu dari... apa maksudmu?" tanyanya yang beriringan dengan merenggangnya genggaman tangannya.
"oh.. ayolah!" Aku memutar bola mataku " kalau dilihat dari penampilanmu, kau pasti seorang dari public service, dan itu..." Aku menunjuk map yang ia pegang. Dia langsung mengangkat map itu "... itu pasti map yang berisi kertas untuk Aku tandatangani, kan?" Lanjutku.
Aku benar-benar merasa dia adalah seorang dari public service. Yah... public service adalah organisasi yang melakukan perlindungan dari pembunuhan berantai. Sudah 2 hari berturut-turut orang yang berbeda datang ke rumahku. Tentu aku mengusir mereka, aku sama sekali tidak membutuhkan perlindungan apapun.
"tentu saja bukan."katanya dengan senyum yang sulit diartikan "aku adalah seorang penggemar novelmu. Aku ke sini ingin meminta tanda tangan sebagai fans bukan sebagai public service yang kau katakan itu." Katanya sambil menyodorkan kertas dan pulpen.
Aku sebenarnya malas untuk berdebat lagi. Toh, dia hanya seorang fans. Biarpun aku masih bingung bagaimana dia bisa menemukan rumahku, tapi apa salahnya memberinya goresan kecil yang bisa membuatnya senang. Jadi, aku langsung menarik kertas dan pulpennya lalu menandatangani kertas itu.
"Ok, makasih telah menjadi penggemarku. Aku akan menyelesaikan novel ke-7 ku ini. Jangan lupa di baca, ya!" setelah mengucapkan kalimat itu aku langsung berjalan kembali menuju rumah. Tapi, lagi-lagi pemuda ini menahanku. Refleks, aku berbalik badan dan memberi ekspresi 'ada apa?' padanya.
"kalau begitu, sekarang izinkan saya masuk." Tanpa aba-aba, dia langsung nyelonong masuk ke rumah ku. Aku hanya mematung tak jelas di depan pintu rumahku sendiri.
Setelah sadar, aku berlari masuk ke rumah mengikuti pemuda itu. "eh. eh... tunggu!" aku berusaha meraih jaket pemuda itu untuk menghentikannya tapi tak bisa. Jalannya terlalu cepat. Dia nampak mengamati sekeliling isi rumah, entah apa yang ia pikirkan.
Tak lama kemudian, ia berhenti ketika melihat sebuah sofa cokelat putih panjang di ruang tamu. Dia tak segan-segan langsung duduk di sofa itu, lalu mengambil koran yang tergeletak di meja. Sedangkan aku, mematung tak jelas di depannya seperti makhluk tak kasat mata, tak dianggap. Hufft, penggemar macam apa dia? Apakah semua penggemarku seperti ini?
"ehm, oh.. iya" Ia meletakkan korannya. Akhirnya, aku dianggap "namaku Uchiha Sasuke. Sebelumnya maaf. Aku dari public service. Aku berbohong agar anda menandatangani kertasnya."
Ekspresi apa itu. Sama sekali tidak ada rasa penyesalan atau bersalah terukir di wajahnya. Kok rasanya, aku ingin menimbunnya dengan semen dan pasir lalu ditenggelamin di laut. Hehehe.
Tapi mau bagaimana lagi... aku terlanjur menandatanganinya, aku bodoh, ya. Jadi, mau tidak mau aku harus menerimanya. marahpun percuma rasanya. Lagipula, it's free!
"oh.. ya.. mau bagaimana lagi, aku terpaksa menerimanya." kataku sambil duduk di kursi kecil putih di depannya. "Lalu, Apa benar aku akan di bunuh oleh pembunuh berantai itu sampai-sampai aku harus dilindungi seperti ini?"
"hn, kira-kira begitu" jawabnya singkat tanpa memandangku.
"Bagaimana kau bisa tahu kalau akulah korban selanjutnya. Memangnya, bisa di lacak begitu?" tanya ku lagi.
"Yah.. itu karena.." tiba-tiba ia tak melanjutkan kata-katanya. Sasuke seperti mencoba mengingat sesuatu. Aku sendiri dibuat bingung olehnya. " A-ano... Haruno-san."
.
.
Seorang wanita tengah berjalan dengan anggun sambil memperbaiki rambutnya yang di kepang di sebelah kiri. Gaun biru pudarnya terhempas ketika wanita itu mempercepat larinya. Wanita itu mengenakan kalung dengan liontin kecil berbentuk bulat berwarna biru terang, hiasan kepala dari perak melingkari kepalanya, surai indigonya di kepang disebelah kiri, gaun biru pudar ia pakai dengan panjang sampai menutup sepatu hak biru gelapnya, sarung tangan biru gelap dengan garis hitam dipinggir sampai sikunya.
Akhirnya, ia berhenti berlari ketika menemukan seorang pelayan didepannya denngan nafas terengah-engah karena berlari tadi. Dia mengatur nafasnya dan memperbaiki penampilannya yang acak acakan itu.
"Apakah kau melihat yang mulia Raja? Aku tak menemukannya di ruang tidur maupun di singgasananya." kata sang putri kepada pelayannya.
Putri itu bernama Hyuuga Hinata, berusia hampir 27 tahun. Ia adalah seorang Putri Vesperos III penerus Kerajaan di Venus. Dia, bisa dibilang putri yang baik untuk rakyatnya. Dia sangat manis, ramah, dan murah senyum. Tapi, ada saatnya dia bisa berubah menjadi seseorang yang kuat dan petarung yang hebat. Dia dilatih dari kecil, dengan alasan agar dia bisa menjadi penerus yang hebat nantinya.
"Yang mulia Raja Hyuuga-sama sedang berada di taman istana, yang mulia." ucap si pelayan sambil menundukkan kepalanya.
"oh, baiklah. Arigatou gozaimasu." kata Hinata kemudian kembali berlari. Pastinya, menuju ke taman istana untuk menemui sang raja.
.
.
.
"ada apa, Hinata? Ingin menemui Ayah?" ya, itu adalah ayah Hinata, Raja Vesperos II. Ia sedang duduk di bangku taman sambil memegang sebuah buku besar, melihati putrinya yang sedang terengah-engah.
Hinata mencoba mengatur nafasnya dan menumpu tangannya di tembok dekat pintu keluar yang menuju langsung ke taman istana. Lalu ia keluar menghampiri ayahnya. Hinata berhenti setelah menyisakan jarak 30 cm antara dirinya dan ayahnya.
"Ayah... apa yang Ayah lakukan?" Tanya Hinata dengan menautkan kadua alisnya. Hinata menatap ayahnya dengan penuh tanda tanya.
"a-apa yang ayah lakukan?" bukannya menjawab dia malah berbalik menanyai hinata dan membalas tatapan penerusnya itu.
"m-maksudku meng-ngapa ayah menghentikan peperangan ini?" hinata serentak menundukkan kepalanya ke samping kanannya. Ayahnya semakin keheranan mendengar pertanyaan dari anaknya.
"Loh... tentu karena Ayah menginginkan perdamaian. Kau tak ingin itu?" Ayah hinata ini meletakkan bukunya di sampingnya lalu menghela nafas panjang.
"tentu aku ingin, malahan aku menyukainya. T-tapi... apa yang membuat ayah berubah pikiran?" kata hinata sambil memainkan kain gaunnya dengan jarinya.
"ya... ayah mempunyai tujuan lain." gumam sang Raja dengan sangat pelan.
"tujuan? tujuan ap..." hinata tak melanjutkan kata-katanya melihat ayahnya berdiri lalu memegangi buku besarnya itu.
"Hinata... berangkatlah ke bumi dan bawalah Hanabi bersamamu." perintah Hiashi kemudian.
"eh? untuk apa?" Hinata mengernyitkan dahinya.
"untuk mengumumkan perdamaian kita. Lalu, bawalah surat Ekekherifer untuk ditandatangani." Raja Hiashi pun berlalu dari pandangan Hinata. Meskipun Hinata masih ingin menanyakan banyak hal kepada ayahnya, tetapi itu merupakan tindakan percuma. Hinata yakin, ayahnya itu tak akan memberikan pernyataan yang jelas untuknya.
Hinata berjalan perlahan meninggalkan area taman istana. Ia menundukkan pandanganya "tujuan? tapi tujuan apa? firasatku sedang tidak baik hari ini." pikir Hinata.
"Lepaskan! Cepat lepaskan! Baka! Baka! Lepaskan!" Hinata sontak kaget dan mencari asal teriakan tersebut. Hinata melihat ke sekelilingnya. Ternyata asal suara itu berasal dari belakangnya.
Hinata melihat orang itu. Tangannya diikat oleh para prajurit tapi kakinya dibiarkan tak terikat. Ada bekas luka di pipi dan tangan kanannya. Surai pirangnya yang panjang acak-acakan. Kantong matanya terlihat jelas dan pakaian yang ia kenakan terlihat kotor dan robek sana-sini. Darah yang mengering menghiasi kaki, wajah dan tangan putihnya. Kemarahan sangat jelas dimatanya. Dari semua itu, Hinata hanya memperhatikan rambut pirang dari perempuan itu.
"aku selalu suka warna rambut yang cerah." Hinata tertawa kecil. Hinata terus memandangi perempuan itu. "dia pasti bukan orang Venus"
"lepaskan! Lepaskan! lepa-hmpp..." salah satu prajurit menutup mulut perempuan itu agar tak bisa mengeluarkan suara. Kemudian, kedua prajurit yang membawa perempuan itu menyeretnya dengan paksa. Perempuan itu akhirnya menyerah dan membiarkan dirinya terseret-seret seperti itu.
"cantik. Apa kesalahan perempuan itu sehingga diperlakukan buruk oleh... huh ayahku?" Hinata tersenyum kecil, lalu beranjak pergi dari tempat itu.
.
.
.
"yang mulia, kami telah menangkapnya." kata salah satu prajurit sambil menundukkan pandangannya.
"hn, ikut aku!" perintah sang Raja yang bukan lain adalah Raja Hyuuga Hiashi. Hiashi berjalan dan diikuti oleh kedua prajurit yang sedang menahan seorang perempuan pirang. Mereka memasuki sebuah lift transparan. Lift itu bergerak kebawah dengan sangat cepat.
Lift itu akhirnya berhenti dan mereka berjalan keluar dari lift tersebut. Kemudian, Hiashi berhenti serentak dengan kedua prajurit dibelakangnya. "sampai disini saja. Pergilah dan biarkan aku membawanya." perintah sang Raja lagi.
Kedua prajurit itupun meninggalkan Raja mereka dan perempuan pirang itu berdua.
Melihat prajuritnya telah pergi, Hiashi berjalan sedikit lalu menghadap ke tembok titanium itu. Perempuan pirang yang duduk bersandar di tembok mengernyitkan dahinya. "chairys activate!" Hiashi menekan suatu tombol di tembok itu. Aura biru menjalar dari lengan ke jari telunjuknya dan seketika nampak ukiran-ukiran aneh, ukiran itu perlahan berwarna biru dari atas ke bawah lalu kembali ke tombol tadi. Perempuan itu nampaknya tak terlalu kaget melihat aura dari sang raja.
Tembok yang awalnya putih kini berubah menjadi sebuah pintu besi. Ukiran biru tadi menghilang lalu pintu perlahan terbuka ke atas dan setengah kebawah. Hiashi kemudian menatap sinis perempuan itu. "berdiri dan masuklah!" Ucap hiashi dengan suara tinggi. Perempuan itu mengikuti titah Raja dan berjalan mengekor dibelakangnya. Pintu pun kembali tertutup.
Ruangan yang mereka masuki sangat gelap. Namun, semakin lama semakin terang seiring dengan langkah kaki Raja. Ditengah-tengah ruangan yang cukup luas itu ada sebuah kursi putih yang melawan grafitasi. Hiashi duduk di kursi itu lalu menghela nafas pelan.
"apa yang kau lakukan disana?" Perempuan itu tiba-tiba terseret dengan sendirinya mengikuti gerakan jari dari Hiashi. "duduklah" Hiashi kembali menggerakkan jarinya, seketika kursi putih muncul dari bawah keatas. Perempuan itu langsung duduk di kursi itu.
"Katakan semua yang kau ketahui!" Bentak Hiashi ke perempuan itu. Tapi, nampaknya perempuan ini tak mempehatikannya, ia langsung memalingkan wajahnya ke kanan.
"oh, aku lupa." Dengan gesture jarinya, Hiashi membuka penutup mulut dan rantai yang mengikat tangan perempuan itu.
Perempuan itu mengatur nafasnya sambil memegangi tangannya yang mulai berdarah karena rantai tadi. Perempuan itu menatap sinis kepada sang raja. "Isyiros activate!" Tangan perempuan itu mengeluarkan aura berwarna kuning, namun lama kelamaan aura tersebut menghilang.
"heh? Apa yang terjadi?" tanya perempuan itu pada dirinya sendiri.
Hiashi berusaha menahan tawanya "hahahahaha, bodoh!" Hiashi melepas tawanya lalu menghela nafas panjang. "tempat ini di buat agar semua fuineath dari luar planet tidak bekerja sama sekali dan jangan berharap kau akan keluar dari sini. Chairys activate." Aura biru menjalar ke lantai dan seakan mengunci pergerakan dari perempuan itu.
"Apa yang kau inginkan!" teriak perempuan itu dengan tatapan sinisnya.
"Kau tak dengar? Katakan semuanya."
"Tch... tidak semudah itu." ucap perempuan itu dengan seringai kecilnya.
Tangan Hiashi mengepal, itu membuat fuineath Raja mengunci perempuan itu lebih keras dan keras. Perempuan itu terlihat sesak, sedangkan Hiashi terus mengekangnya dengan senyum sinis.
"t-tidak! S-sampai ak-ku mati p-pun, takkan.. huh.. k-kubiarkan ka-kau m-mengeta-tahui...huh...nya" Ucap perempuan itu. Sepertinya, ia bersikeras tak ingin memberitahukan apapun kepada Hiashi.
Hiashi pun melonggarkan fuineath yang mengunci tubuh perempuan ini. "Aku takkan membunuhmu. Kau sangat berharga biarpun fuineath-mu lebih lemah dari ku." Hiashi tersenyum sinis kembali. Perempuan itu pun mengatur nafasnya "uhuk...uhuk.. huh...huh.." lalu mendelik tajam ke arah sang raja.
"A-ano... Haruno-san"
"ada apa?" tanyaku dengan tatapan penuh antusias. Aku lumayan penasaran apa yang membuat Public Service ini mengetahui korban selanjutnya.
"sebenarnya, aku lupa." jawabnya enteng. Dia kembali mengambil koran itu lalu membacanya.
"heh?" Aku benar-benar bingung, mengapa harus ada laki-laki yang menyebalkan seperti dia. Menyebalkan.
"Tapi..." sasuke meletakkan korannya lalu menatapku dengan tatapan serius. "... temani aku ke suatu tempat."
"kemana? untuk apa?"
"untuk mengingat tentang yang tadi. Tempatnya, nanti saja kau lihat." Sasuke dengan cepat langsung menarik tanganku.
"eh,eh.. tunggu. Siapa yang menjaga rumahku?" Sasuke berhenti lalu mendecih ga jelas.
"tenang, saya ada disini." kata salah seseorang dari belakang. Oh, benar. Aku mempunyai pembantu. Tapi, sejak kapan dia ada disana? Sudahlah.
Sasuke kembali menarikku menuju luar rumah. Langkah kaki nya sangat cepat membuatku kepayahan karena tak bisa mengimbanginya. Sesampai diluar, Sasuke meraba saku jaketnya dan mengeluarkan bola kecil berukuran seperti bola ping-pong. Dia melemparkan itu ke tanah, bola itu berubah menjadi kotak hitam dan perlahan kotak itu berubah menjadi sebuah motor hitam tanpa roda. Aku terkesima. Aku akui motornya keren.
"Wow.. kau pasti yang menciptakannya, bukan?" kataku sambil memperhatikan motor keren itu.
"tentu, hidupku terancam jika tak menciptakan sesuatu"
"kukira peraturan itu telah dihapuskan."
"aku membuatnya sebelum peraturan itu dihapus" Sasuke mendesah pelan.
Aku hanya bisa manggut-manggut mengerti mendengar pernyataan sasuke. "ehm.. bagaimana caranya itu bisa mengambang diudara?" tanyaku lagi sambil menunjuk motor sasuke.
"Aku meletakkan alat yang bersifat magnetis dibawahnya yang membuat motor itu melawan daya tarik bumi. Hey... ayo! kita harus segera kesana sebelum aku melupakan diriku sendiri." sasuke menaiki motor itu. "jangan dipertanyakan." kata Sasuke lagi.
Aku pun menaiki motor sasuke. Apa maksudnya melupakan diri sendiri? Aneh. Motor Sasuke kemudian bergerak dengan sangat cepat. Aku refleks, memegangi jaket sasuke sambil berteriak sangat keras.
"tetaplah diam sepanjang perjalanan." ucap Sasuke.
"hufft.." kataku sambil memutar bola mataku.
TBC...
Thank's for reading!
Review?
