[Untuk kau yang tertidur demi aku …

Hari ini, siapakah yang datang berkunjung ke mimpimu?]

.

.

.


The Apocalypse 13th

Boku no Hero Academia (c) Kohei Horikoshi

The Apocalypse 13th (Vocaloid song) (c) HitoshizukuxYama with Kagamine Rin & Len

TodoMomo

Fantasy AU

Cerita diadaptasi dari lagu The Apocalypse 13th dengan beberapa perubahan sehingga tidak persis dengan isi lagunya

Saya tidak mengambil keuntungan apapun dari fic ini. Ini hanya diperuntukkan sebagai hobi semata.

Selamat membaca~

.

.

.


Chapter 1

Lucid dream


.

.

.

"Haah … haah …"

Uap dingin keluar dari mulutnya, seiring dengan keringat yang melewati pipi. Wanita itu berjalan tertatih-tatih, menyusuri kegelapan hutan di bawah bulan tertutup awan.

Tubuhnya menjerit 'tuk beristirahat, tetapi hatinya menjerit ketakutan. Ia merasa masih belum terlalu jauh berlari. Ia takut kalau ia berhenti di sini, nyawanya akan berakhir.

Di manakah ia dapat berlindung?

Memang sudah tak terdengar lagi derap langkah pasukan di belakangnya, juga teriakan atau aduan pedang. Seharusnya ia berhenti melangkah dan beristirahat sejenak. Lagipula, luka di pinggang kanan yang sedari tadi ia tahan dengan tangan sepertinya makin memburuk. Ah, ia meringis. Sakit. Jenderal wanita seperti dirinya pun akan tetap menangis terkena sabetan pedang seperti ini.

Gluduk gluduk.

Suara guntur bak menjadi simfoni pengumum hujan, terbukti baru tiga langkah wanita itu berjalan, hujan turun. Deras. Ia ingin berlari mencari tempat berteduh, tetapi tak ada tenaga tersisa. Kepalanya berdenyut. Pandangannya memburam.

Gelap.

Bruk. Tubuhnya yang mengharapkan istirahat, akhirnya terkabul, tak peduli walau mungkin akhirnya mati diguyur hujan.

Dan dalam awal mimpinya, ia disambut oleh harum mawar.

Taman mawar di dalam lucid dream.

.

.

.

Todoroki Shouto menoleh cepat, menatap satu titik hutan yang menyembunyikan taman mawar tempat ia berada.

Ada yang datang, katanya dalam hati. Ia memasang sikap defensif, waspada. Hari ini, siapakah yang akan datang?

Ibunya sudah, ayahnya sudah, kakak-kakaknya sudah, sahabatnya, pelayan pribadinya, calon tunangannya, bahkan musuhnya, semua yang telah meninggalkannya pernah hadir satu per satu kemari. Mereka pergi, kemudian hadir, lalu tak pernah kembali lagi. Shouto tak dapat mengingat siapa saja yang pernah ia temui sebelum ia terjebak di sini. Shouto pun sudah lama tak menghitung berapa orang yang datang kemari, setelah mereka meninggal di dunia nyata.

Hari ini, siapakah yang akan datang ke dalam dunia mimpi Shouto?

[Ada yang mengusik lucid dream ini, Shouto.]

Shouto mengabaikan suara itu. Ia yang tengah duduk di dekat semak, memetik setangkai mawar merah dari sana. Ia memutuskan menghitung waktu dengan kelopak mawar yang ia cabuti satu per satu. Ia menunggu seseorang itu muncul. Barangkali orang itu takut-takut menampakkan diri karena merasa aneh berada di dunia ini. Lagipula, seberapa berbahaya pun orang itu, Shouto akan selalu baik-baik saja. Ini hanyalah mimpi, tak akan berdampak apapun.

Sepasang kaki menyibak semak. Seseorang menampakkan dirinya dari hutan. Shouto menoleh untuk memastikan sosok itu.

Sepasang iris heterokomnya mengecil.

.

.

.

[Wahai, Pangeran.

Kau yang lama terjebak oleh waktu, tak pernah lagi mencecap perjalanan hidup.

Hari ini, siapakah yang datang mengunjungimu?

Mungkinkah sosok yang melintasi waktu?]

.

.

.


Bersambung


Saya Aia dan terima kasih telah membaca dan mohon dukungannya untuk menyelesaikan fic ini.