Disclaimer © Om MK-Sensei

Written © Ghiena

Story © Ghiena

Warning : AU, OCC, Abal, Gaje, Typo bertebaran dimana-mana, Alur Loncat-loncat tak beraturan, Diksi bikin sakit mata, Etc…

Don't Like Don't Read…

Abnormal?

By © Ghiena

Enjoy it…

.

.

.

"Kau tidak pernah diharapkan untuk terlahir ke dunia ini."

Aku tercekat. Dadaku seakan baru saja diremas.

"Kau tidak berguna sama sekali."

"Kau membawa kesialan."

Tubuhku bergetar karena terlalu terguncang.

"Ketidakpastian dalam hidup ini, seharusnya aku tau.."

Matanya dingin menatapku. Penuh dengan kebencian.

"Seharusnya aku membunuhmu saja waktu itu."

Aku merasa sangat lemas. Tak berdaya. Karena kata-kata yang diucapkannya bagaikan pisau tajam yang menyayat-nyayat seluruh tubuhku. Rasanya aku baru saja kehilangan kewarasanku.

.

.

Shikamaru merasa aneh. Seorang gadis berambut blonde terus saja menatap kearahnya. Dengan mata tajamnya yang sewarna dengan batu emerald itu, ia memandangi Shikamaru dengan pandangan yang sulit untuk diterjemahkan oleh Shikamaru maksudnya apa. Makan siang Shikamaru tiba-tiba berubah menjadi terasa hambar diindra pengecapnya. Ia tidak dapat berfokus untuk mengunyah dan menelan makanannya. Terasa sedikit sulit.

Ck, seperti orang tolol saja. Sungutnya.

Ia pun menjadi malas untuk menghabiskannya. Dengan tatapan mata dari seorang gadis yang seolah terus mengawasi gerak-geriknya membuat Shikamaru merasa jengah dan tidak nyaman. Karena tidak ingin terlalu lama menjadi objek pemandangan gadis itu ia pun bersiap-siap untuk segera beranjak dari tempat itu. Melalui ekor mata sipitnya, Shikamaru sempat menangkap ekspresi keterkejutan yang menghiasi wajah cantiknya, Saat Shikamaru berdiri dan menyampirkan tasnya kemudian berlalu. Shikamaru pun hanya tersenyum tipis saat dirasanya gadis itu seperti mengikutinya.

.

Diujung koridor yang tampak sepi. Shikamaru dengan tiba-tiba menarik tangan gadis itu dan menyudutkan tubuhnya kedinding. Ia berada dalam desakan tubuh Shikamaru. Kedua bahu gadis itu dicengkramnya cukup kuat. Tapi sepertinya gadis itu tak berniat untuk berontak.

"Apa maumu?" Tepat didepan hidung gadis itu ia bergumam. Shikamaru bukanlah orang yang suka berbasa-basi. Ia ingin segera mengetahui motif gadis itu menguntitnya seharian ini. Gadis itu sedikit menundukkan pandangannya. Tak mau bertukar pandang dengannya. "Kau tahu, tingkahmu itu menggangguku." Bisiknya lagi.

Gadis itu masih bungkam. Dadanya terlihat naik-turun. Mungkin kegugupan dan ketakutan menyerangnya. Tapi pelan-pelan ia mulai berani untuk menatap Shikamaru. Shikamaru sedikit kaget. Dengan jarak sedekat ini membuat Shikamaru sedikit gelisah. Ia benci keadaan yang tidak begitu menguntungkannya ini. Aroma rose yang menguar dari tubuh gadis itu mengusik sesuatu yang ada didalam dirinya.

"Maaf." Bibir tipis itu berujar pendek. Shikamaru pun dengan sabar mencoba menunggu kata-kata selanjutnya. Tapi, tampaknya sudah tidak ada lagi. Gadis itu kembali menundukkan wajahnya. Memilih diam. Membuat Shikamaru sedikit jengkel. Ia menyia-nyiakan waktunya hanya demi mendengarkan kata maaf ? Astaga, sebenarnya ada apa dengan gadis ini? Ia tidak mengerti. Merepotkan sekali.

Shikamaru pun mundur perlahan. Menjauh. Melepaskan cengkraman tangannya dari kedua bahu gadis itu. Ia mengusap tengkuknya. Dan melirik kearah lain.

"Hei Sabaku," Panggil Shikamaru. Lalu mata mereka berdua bertemu."Berhentilah mengikutiku." Setelah mengucapkan kalimat itu Shikamaru segera berjalan menjauhi Temari. Tapi belum sempat Shikamaru melangkah jauh. Gadis itu berteriak.

"Shikamaru," Shikamaru merasa heran, ia pun memelankan langkah kakinya. Namun tanpa ada niat untuk berpaling kebelakang. "Aku menyukaimu!"

DEG!

.

.

Shikamaru tidak pernah tahu isi pemikiran gadis yang ada dihadapannya ini. Menurutnya gadis ini gila, dan ia sama sekali tidak mau berurusan dengan gadis gila.

"Maaf mengganggu waktumu." Ucap gadis itu sekenanya lalu ia menunduk sedikit dan tersenyum tipis. Shikamaru hanya bisa menghela napas bosan lalu berujar : "Kalau begitu cepatlah pergi dari sini."

"Shika, aku membawakan makanan kesukaanmu." Ujarnya sambil mengangkat kotak makan yang dibawanya kehadapan Shikamaru.

Shikamaru menghela napas untuk yang kesekian kalinya. "Aku tidak pernah menyuruhmu melakukan hal semacam ini."

Gadis dihadapanya ini tersenyum tipis. "Aku yang menginginkannya. Sudahlah, cepat minggir izinkan aku masuk." Nada gadis itu berubah meninggi. Lalu dengan seenaknya masuk ke apartemen Shikamaru. Shikamaru pun hanya bisa berujar 'merepotkan' dengan kelakuan gadis yang bernama Temari itu.

Sejak sebulan kejadian itu, entah siapa yang memulainya. Setiap hari Temari selalu datang ke apartemennya. Dengan alasan apapun menurut gadis itu. Dan Shikamaru pun tidak mau terlalu ambil pusing mengenai itu. Baginya asal gadis itu tak mengganggu saat-saat santainya dan tidurnya atau membuat hal-hal yang merepotkan dirinya, baginya itu bukan masalah. Awalnya ia memang merasa agak risih dengan segala sikap gadis itu terhadap dirinya. Bahkan pernah sekali ia mengusir gadis itu dari apartemennya. Hidup sendirian selama empat belas tahun membuat ia belajar mandiri. Melakukan semua hal sendiri. Ia sudah sangat terbiasa dengan keadaan seperti itu.

Selain itu, Shikamaru juga sudah bersikap dingin dan acuh tak acuh pada gadis itu. Namun, sepertinya ia sama sekali tak terlalu memperdulikan sikap Shikamaru yang satu itu. Ia tetap nyaman berada disekitaran Shikamaru yang pemalas. Shikamaru benar-benar sudah kehilangan akal untuk mengusir gadis itu. Jadi dibiarkannya saja.

"Shika, hari minggu nanti aku tidak bisa mengunjungimu." Suara Temari menggema dari arah dapur. Shikamaru yang tengah rebahan di sofa tampak tak sama sekali menggubris dengan ucapan Temari. Namun, sekali lagi Temari tak peduli. Ia letakkan makarel yang ia buat saat di rumah keatas meja ruang tamu tempat Shikamaru uring-uringan setelah menaruhnya dipiring.

"Ayahku memaksaku untuk ikut kepertemuan rekan-rekan bisnisnya. Sebenarnya acara itu sangat membosankan, tapi mau bagaimana lagi," Temari terus berujar sambil tetap menyiapkan makan siang untuk dirinya dan juga untuk Shikamaru. Lalu ia kembali ke dapur bermaksud untuk mengambil gelas. "Oya, Shikamaru aku belum mengatakannya kepadamu. Seminggu yang lalu saat aku ikut Ayahku kepertemuan itu aku bertemu dengan seseorang yang sangat menarik," Temari sudah kembali dari dapur dan menuangkan air kedalam gelas. "Aku yakin kau juga akan tertarik setelah mendengar namanya," setelah selesai menuangkan air Temari menegakkan punggungnya dan menatap Shikamaru. "Namanya Nara Shikaku."

.

.

Namanya Nara Shikaku, aneh ya, dia mirip denganmu. Dia juga sangat cerdas sepertinya IQ-nya juga tinggi sama sepertimu. Dan yang lebih lucunya lagi rambutnya juga dikuncir mirip nanas sepertimu, ha ha ha.

Shikamaru tak dapat melupakan kalimat yang diucapkan Temari. Nara Shikaku. Ck, pria brengsek itu. Shikamaru tidak akan pernah bisa melupakan nama si keparat itu. Benar, dirinya tidak akan pernah lupa bagaimana orang itu berlaku kejam terhadapnya. Membuat hidupnya seperti ini.

.

.

Temari merasa aneh dan terkejut setengah mati saat mengetahui kekasihnya telah menungu diluar hotel tempat pertemuan Ayahnya dengan rekan-rekan bisnisnya. Ia tak habis pikir bagaimana bisa kekasih pemalasnya berada dihadapannya sekarang. Setelah untuk pertama kalinya menerima telepon dari Shikamaru. Ia benar-benar syok.

"Shi..Shika?" Temari kebingungan sendiri dengan keadaannya sekarang. "Ap..sebenarnya ada apa? Kenapa tiba-tiba menelepon?"

Shikamaru hanya mengangkat bahu. Dan tersenyum tipis, amat tipis. "Mungkin merindukanmu." Saat mengatakan hal itu Shikamaru menatap langit malam yang gelap tanpa bintang-bintang. Seakan menerawang.

Temari hanya bisa melongo mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut Shikamaru. Ia sudah banyak terkejut malam ini dengan segala kelakuan aneh kekasihnya.

Tatapan malas Shikamaru kini beralih memandang kearah Temari. Temari yang baru saja mendengar pengakuan Shikamaru tak dapat menyembunyikan pipinya yang bersemu. Lalu tatapan Shikamaru beralih kebelakang Temari tepatnya kepintu tempat berlangsungnya acara pertemuan. Tatapan malasnya berubah menjadi datar.

"Apa aku mengganggumu? Sepertinya acaranya belum selesai." Shikamaru lekas beralih menatap Temari kembali. Temari menggangguk.

" Ya, tapi sebentar lagi akan selesai, kok." Temari kembali menundukkan pandangan matanya.

Shikamaru yang melihat merasa heran. " Ada apa?" Tanyanya.

" Ah, tidak, tidak. Ee, jadi bagaimana? Emmhh, aku harus kembali kedalam, Ayahku mungkin akan.."

"Masuklah." Potong Shikamaru.

" Kau sendiri? Kau akan pulang?" Temari bertanya dengan cepat.

Shikamaru hanya menganguk. "Yeah, melihatmu saja sudah cukup bagiku. Masuklah, diluar sini AC-nya cukup dingin."

Temari hanya bisa tersenyum sambil mengangguk. Shikamaru sedikit memiringkan kepalanya. "Kau terlihat sangat cantik malam ini." Lalu menyentuh poni Temari lembut. Dan tersenyum tipis, sangat tipis.

"Terima kasih, kau juga hati-hati dijalan." Temari yang masih bersemu merah wajahnya melangkahkan kakinya masuk kembali ketempat pertemuan.

Dan Shikamaru masih berdiri mematung menatap pintu pertemuan itu menutup. Ia pun berbalik keluar. Berjalan sambil memasukkan kedua tangannya kesaku celananya. Shikamaru mendecih. Lalu tersenyum tipis, sangat tipis. Ah, tidak mungkin menyeringai.

TBC

Hulaaaaaaa semua..ghiena kembali dengan fanfic baru…dengan tema baru juga wekekekeekeke… sebagai hadiah ulang tahun buat ghiena sendiri yang hari senin besok ultah..hahahaha

Ghiena tua..ghiena udah tua… hahaha… ya sudahlah dari pada banyak bacot Ghiena minta kesediaan review para readers okaaayyyy

RnR plieeessssssss