Hikaru Izumi

The Truth about Forever

(Kebencian Membuatmu Kesepian)

WARNIG! :GS (Gender Switch),TYPO bertebaran seperti virus (?) ,if u didn't like GSjust go BACK.

Note : ini fanfic remakeg dari novel yg berjudul "The truth about forever" by Orizuka eonni.

Jadi fanfic ini tercipta karna novel tsb.Dan saya jadi tertarik untuk membuat versi HunHannya. Dan saya benar-benar tidak berniat copas,hanya membuat versinya. Jadi jangan salah paham apabila readers sudah pernah baca versi aslinya,dan versi saya memiliki perbedaan cast+gaya bahasanya Sekian bacot dari saya.

*Happy Reading*

-Chapter 1. Neighbor from Mars-

Kereta jurusan Busan-Seoul berjalan tenang di antara persawahan.

Di dalam kereta itu, seorang laki-laki berumur dua puluh tahun sedang tertidur dengan mulut separuh terbuka. Suara dentuman keras terdengar dari head phone besar yang merosot dari telinganya dan malah melingkari lehernya.

Seorang anak perempuan menatap wajah pria di depannya itu dengan cermat. Ibu dari anak itu juga sedang terkantuk-kantuk. Anak perempuan itu bangkit dan mendekati pria di depannya itu. Ia memperhatikan iPod yang berada di tangan namja itu. Lalu menjulurkan tangan bermaksud menyentuhnya.

"Jangan!"

Seru namja itu,membuat anak itu terlonjak kaget. Namun ,mata namja itu masih terpejam. Rupanya,ia hanya mengigau.

Anak perempuan itu menghela napas lega,lalu kembali menjulurkan tangannya,penasaran. Tiba-tiba,namja tadi bergerak gelisah.

"Jangan! Lepaskan aku! JANGAN!" Seru orang itu.

Anak perempuan tadi terlonjak dan akhirnya jatuh terduduk dengan wajah pucat pasi.

"Ada apa?" kata ibu dari anak itu.

Rupanya ibu itu terbangun karena teriakan keras dari namja tadi.

"Ada apa Han ju?"

Anak bernama Han Ju itu dengan segera menangis, terlebih karena kaget. Sang ibu menenangkannya, lalu melirik tajam namja tadi.

Oh Sehun, pria tadi masih terlalu kaget dengan mimpinya. Mimpi buruk yang sudah sekian tahun mengganggunya. Sehun menyeka keringat dingin yang mengalir deras di wajahnya, lalu menatap si ibu, yang masih menatapnya tajam.

"Oh,maafkan saya ahjuma."

Kata Sehun setelah melihat seorang anak kecil bernama Han Ju yang masih terisak meski dia tidak tahu persis apa kesalahannya.

Si ibu tidak terlalu peduli dengan permintaan maaf Sehun bahkan membuang muka. Sehun menggigit bibirnya merasa bersalah lalu membetulkan duduknya. Setelah memastikan si ibu tidak kembali menatapnya, Sehun membuang pandangannya ke luar jendela. Kereta masih melintasi persawahan.

Sehun sudah sampai di Seoul,kota yang dua hari lalu tidak pernah terpikirkan akan menjadi tempat tinggalnya. Saat itu, temannya memberi tahu tempat tinggal seseorang yang di carinya.

Sehun berjalan keluar stasiun lalu menatap ke sekliling. Terlihat asing banginya.

Nekat.

Itulah modalnya datang ke kota ini. Sekarang Sehun tak bisa mundur lagi. Dia sudah mendapatkan informasi penting tentang seseorang yang di carinya, dan ia tidak mau kehilangannya lagi.

Sehun tidak memiliki banyak uang. Dia memiliki simpanan tapi tidak di habiskannya untuk menyewa sebuah penginapan bertingkat yang mewah. Dia akan menyewa penginapa ndengan harga sewa semurah-murahnya.

Tidak perlu bagus,toh dia tidak akan lama berada di kota ini. Setelah bertemu dengan orang yang di carinya, Sehun akan segera pergi.

Setelah dua jam mencari Sehun memutuskan untuk beristirahat di sebuah kedai di pinggir jalan. Agar hemat Sehun hanya membeli ttobeoki dan satu gelas air mineral saja. Setelah menyelesaikan makan siangnya, Sehun menanyakan tempat penginapan yang murah kepada ahjushi pemilik kedai tersebut. Paman itu menyarankan untuk pergi ketempat kenalannya yang berada di sebelah gang tempatnya berjualan. Sehun pun mengikuti sarannya.

Dan di sinilah dia berada, di depan sebuah bangunan reyot yang sepertinya hanya tinggal menunggu waktu untuk rubuh. Bangunan itu bertingkat dua dan tampak menyeramkan karena semua catnya mengelupas aneh. Atap bangunan itu juga tampak seperti akan jatuh jika diterpa angin sepoi.

"Memang ada,yang mau tinggal di sini?" Sehun bergumam sangsi.

Namun,dia tetap melangkahkan kakinya masuk.

"OH,MAU MENGINAP DI SINI? TENTU SAJA,SILAHKAN!"

Seorang ahjuma berpakaian sederhana yang merupakan pemilik penginapan menyambut Sehun dengan suara stereo, membuat Sehun merasa headphone-nya akan sangat berguna untuk menghindari kerusakan telinga.

Ahjuma itu terlalu histeris. Sehun curiga jangan-jangan penginapan itu tak berpenghuni.

"Saya ingin menginap sekarang juga, ahjuma." Kata Sehun sambil duduk di sofa yang segera mengeluarkan debu.

"AAH! BENARKAH? HARI INI JUGA BOLEH,NAK!" sahut ahjuma itu lagi,matanya sekarang berbinar-binar. Bahkan nyaris berkaca-kaca.

"Saya juga ingin membayar lunas sekarang."

"OHH! TENTU SAJA TIDAK MASALAH. Astagah…" Ahjuma itu kembali menyahut. Kini dia sudah terisak menangis.

Sehun menatapnya simpati. Ahjuma itu menyeka air matanya lalu menggenggam tangan Sehun erat. Sehun tak sempat menghindar.

"Nak … siapa tadi?"

"Sehun." Jawab Sehun pendek.

"Nak Sehun, penginapan ini sudah hampir tidak ada penghuninya. Tinggal dua orang di bawah dan satu orang di atas. Kau lihat sendiri 'kan, kondisi penginapan ini, tidak ada yang mau menginap di sini." ratap ahjuma itu sedih.

"Lalu,kena… "

"Lalu, ahjuma juga tidak memiliki biaya untuk renovasi." potong si ahjuma.

"Jadi,satu persatu semua pergi sisanya bertahan karena mereka tidak mampu membayar penginapan yang lain. Saya kasihan pada mereka."

Sehun mengangguk-angguk dengan mata kosong seolah melakukannya hanya untuk formalitas. Sang ahjuma tidak memperhatikannya dan sekarang sudah kembali terisak. Sehun berfikir seperti sedang menonton sebuah drama.

"Tapi! Kau tiba-tiba datang dan menyelamatkan ku, nak. Terima kasih! Aku sangat berterima kasih, Sehun.!" Sahutnya membuat Sehun tersenyum kaku. Dia harus cepat menyelesaikan ini jika tidak mau telinganya menjadi korban.

"Kalau begitu boleh saya tahu di mana kamar saya, ahjjuma?"Tanya Sehun setelah memberi sejumlah uang kepada ahjuma pemilik penginapan itu.

Ternyata, biayanya sangat murah jauh di luar perkiraannya.

"Oh! Kamar mu ada di lantai dua. Tidak apa 'kan?"

"Tidak apa-apa,ahjuma. Memang kenapa?" Tanya Sehun curiga.

"Ng… kamar yang di bawah, kecuali yang sudah di tempati,semua rusak. Hanya sisa satu di atas yang masih bisa di pakai." Kata ahjuma itu dengan mata tertuju pada beberapa lembar uang di tangannya.

"Oh- baiklah. Tidak masalah."

"Tapi,nak…"

"Masalahnya kamar yang di atas itu… Ng … bagaimana ya… itu, kamar …ngg… kamar perempuan."

Kata ahjuma itu lagi yang berhasil membuat Sehun tercengan.

"Hah! Jadi ini penginapan khusus perempuan?" Tanya Sehun yang merasa lelah karena sudah mengobrol panjang lebar.

"T-tidak. Ini penginapan campuran yang di bawah khusus pria,dan yang di atas khusus perempuan. Tapi berhubung yang di bawah sudah rusak semua kecuali yang di tempati, jadi yang tersisa hanya kamar di lantai atas."

Ahjuma itu tersenyum bersalah.

"Eung… tapi tidak apa-apa,Sehun. Penghuninya sangat baik!"

Sehun lagi-lagi tercengan. Sebenarnya, yang harus merasa terancam itu siapa?

"Ahjuma,bukannya saya tidak mau tapi, apa yeoja itu mau?"Tanya Sehun lagi.

"Oh! Kau tenang saja! Dia pasti mau 'kok! Pasti mau! Percayalah! Karena dia adalah keponakan ku!" sahut sang ahjuma membuat Sehun tercengang untuk kesekian kalinya. Orang macam apa yang membiarkan orang asing tinggal di sebelah keponakannya sendiri?

"Tapi,ahjuma…"

"Sudah,sekarang kau naik saja ke lantai dua. Kamar mu nomor 11. Kalau kau butuh apa-apa tinggal cari aku saja, ya?" Kata ahjuma itu tidak sabar.

Sehun mengangguk lalu bangkit sambil melirik ahjuma yang sudah sibuk menghitung uang. Ia menghela napas memanggul ranselnya dan beranjak ke kamarnya.

ooO*Ooo

"Kyaaa~!Apa yang terjadi dengan ku!"

Sebuah teriakan cempreng terdengar dari dalam kamar nomor sepuluh. Penghuninya –Luhan, sedang tergeletak di lantai sambil menjambaki rambutnya dengan frutasi.

Tak lama, dia bangun dan menatap komputer di komputer itu terdapat tulisan-tulisan yang masih menunggu untuk di selesaikan. Luhan memelototi tulisan itu berharap untuk meneruskannya.

"Oh! Inspirasi! Datanglah!"

Serunya mengatupkan kedua tangannya dan mengarahkannya kelangit-langit seperti sedang menjampi-jampi orang.

Luhan kembali menatap layar komputernya tetapi tak ada inspirasi apa pun yang datang. Perempuan itu menghela napas, meraih gelas di sebelahnya, dan meminum isinya : Kopi. Cairan hitam yang akhir-akhir ini selalu di minumnya.

Luhan melirik papan target yang ada di sebelah komputernya. Di sana tertulis :be theauthor of the best-seller. Luhan mendesah.

Jangankan Best seller ,menjadi penulis saja belum tentu.

"AKKHH~!MENYEBALKAAAN!" Seru Luhan, membuat Sehun yang sedang lewat di depan kamarnya terlonjak kaget.

"Ada apa?"Gumam sehun. Dia bergerak menuju sebuah kamar yang pintunya sudah penuh di tempeli stiker.

Sehun menengadah untuk melihat nomor kamar itu. Sebelas.

Ini berarti kamarnya.

Sehun melirik kamar di sebelahnya.

Pintu kamar itu di tempeli hiasan nama pemilikya : Luhan.

Sehun memasukkan kunci di tangannya kelubang kunci. Sebelum pintu kamarnya terbuka, pintu kamar sebelahnya sudah terbuka lebih dulu.

Luhan keluar sambil menguap lebar dan melakukan pergerakan kecil untuk melemaskan otonya. Belum menyadari kalau ada seseorang di seblahnya yang sedang menatapnya heran. Luhan menggerakkan otot leher dengan menoleh ke kiri dan ke kanan dan pada saat itulah dia mendapati seorang pria sedang menatapnya.

Luhan mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali dengan mulut yang terbentuk huruf 'O' .

"K-kau…kau…" Ucapnya sambil menunjuk nunjuk kearah Sehun.

"K-kau…kau…s-siapa?"

"Aku yang akan menginap di sini."Jawab Sehun pendek.

"Oh…"

Luhan hanya mengangguk-anggukan kepalanya kecil kemudian melanjutkan acara bersenam-senam-nya.

Sehun memanfaatkan kesempatan ini untuk masuk kekamarnya. Sesaat kemudian, Luhan tersentak.

"HEEEH?KAU INGIN MENGINAP DI SINI?!YAAA!"

Luhan segera mendatangi Sehun, tetapi pintu kamar Sehun sudah terbanting tepat saat Luhan hendak bicara.

Luhan tercengan sejenak lalu menggedor-gedor pintu itu.

Namun tak ada jawaban.

Luhan memandang pintu itu geram lalu segera tahu siapa biang keladinya.

Dia langsung berderap ke bawah.

"YURI AHJUMAAAA~!" Teriak Luhan stelah sampai di hadapan ahjuma-nya yang tak lain adalah pemilik penginapan itu yang sedang bersantai menghitung uang di teras belakang.

Yuri -Sang ahjuma- hanya berdehem sebagai jawabnnya.

"Kenapa ada seorang laki-laki yang tinggal di sebelah kamar ku?"

"Tidak apa-apa 'kan?" Yuri hanya berkata santai sambil menghitung uang yang telah ia hitung untuk kesekian kalinya.

"dia anak yang baik,Lu."

Luhan hanya menatapnya tak percaya.

"Ahjuma tau dari mana kalau dia anak baik-baik? Memangnya ahjuma mengenalnya?"

"Tidak."Jawabnya.

Sikapnya masih sesantai yang sudah-sudah membuat mulut Luhan terbuka lebar.

"Tidak?Lalu, kenapa ahjuma membiarkan dia tinggal di sebelah kamarku?"

"Kau 'kan tahu sendiri Lu, di bawah kamarnya sudah tidak ada yang layak pakai. Hanya tinggal kamar di sebalahmu saja yang masih layak." Terang Yuri-sang ahjuma- pada Luhan.

"Benar, tapi itu penginapan khusus perempuan! Dan yang tadi itu 'kan… Laki-laki!" Luhan masih berusaha memprotes.

"Tapi dia sudah membayar lunas,Lu." Jawab ahjuma-nya yang membuat Luhan menganga semakin lebar.

"Ahjuma!"Pekik Luhan lagi hingga membuat pehatian Yuri itu akhirnya teralihkan.

"Luhan,kau tahu 'kan, ahjuma sedang kesulitan uang. Yang lain juga belum ada yang membayar tagihan. Sekarang ada orang yang mau menginap di sini dan membayarnya lunas tentu saja ahjumatidak bisa menolak." Jelas ahjuma-nya dengan ekspresi memelas.

"Iya,ahjuma tapi,apa orang itu bisa di percaya? Jika dia berbuat macam-macam pada ku bagaimana?" tanya Luhan. Intonasi suaranya sudah menurun.

"Jika dia berbuat macam-macam padamu malah lebih baik,kan? Lagi pula dia juga anak yang tampan."

Ujar Yuri santai dengan senyum genit di saja Luhan langsung melotot mendengar jawaban itu. Yuri yang di tatap seperti itu segera meralat uacpannya.

"Iya,iya. Jika ada apa-apa kau tinggal berteriak saja. Dan jangan lupa selalu kunci pintu."

Yuri cepat-cepat melanjutkan omongannya.

Luhan menghela napas, ia tak tahu harus berkata apa lagi. Sepertinya mulai sekarang ia harus terbiasa dengan mahkluk asing yang tinggal di sebelahnya.

ooO*Ooo

Luhan naik ke kamarnya dengan tubuh lunglai. Sebenarnya Luhan merasa ngeri harus tinggal bersebelahan dengan pria asing itu tetapi berhubung Luhan tinggal di sini secara geratis dia tidak bisa protes lebih jauh. Memang benar, ahjuma-nya sedang meengalami kesulitan keuangan jadi Luhan harus maklum kalau dia harus menerima siapa saja yang membayar untuk menginap di tempat sebobrok ini.

Setelah sampai di lantai dua Luhan menatap pintu di sebelah kamarnya dengan sebal. Diantara dua puluh kamar kenapa harus kamar itu yang masih bisa di pakai?

Luhan berdecak sebal lalu memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Masih banyak yang harus di kerjakan dari pada memikirkan mahkluk tidak jelas di sebelah kamarnya itu. Menjadi penulis best-seller, misalnya.

Saat Luhan baru akan masuk ke kamarnya tiba-tiba pintu di sebelahnya terbuka.

Sehun keluar dengan handuk melingkar di lehernya. Luhan dan Sehun saling tatap seolah mempunyai pertanyaan kepada satu sama lain.

"Kau…"

"Kamar mandinya dimana?" Tanya sehun sebelum Luhan sempat menyelesaikan kalimatnya.

"Hah? Oh, di sana." Luhan menunjukkan pintu di ujung ruangan membuat Sehun segera bergegas ke sana.

Luhan tiba-tiba tersadar.

"Eh? Hei! Heeeiii! Jangan gunakan kamar mandi itu!"
Sehun berhenti dan menolah ke arah Luhan.

"Kenapa?" tanya-nya singkat.

"Itu kamar mandi khusus perempuan. Kamar mandi untuk laki-laki, ada di bawah!"
Luhan menunjuk pintu reyot di lantai bawah. Sehun hanya meliriknya tanpa minat.

"Kamar ku,kan di lantai ini. Itu berarti kamar mandinya juga di lantai ini." Balas Sehun.

"Hah? Tapi itu, kan… kamar mandi perempuan!"

Luhan masih bersikeras meski sudah tidak memiliki alasan lain.

"Memang apa bedanya? Sama-sama kamar mandi 'kan?" sehun bertanya tidak sabar.

"Iya tapi itu...menjijikan!" Sahut Luhan sambil membayangkan hal-hal apa saja yang bisa di lakukan pria itu di kamar mandi.

Kamar mandi yang sudah beberapa bulan terakhir ini menjadi kamar mandi pribadinya.

"Oh…"

Gumam Sehun, membuat Luhan lega karena sepertinya dia mengerti. Namun, perkiraannya salah karena setelah itu Sehun malah melengos dan tetap bergerak menuju kamar mandi di depannya.

"Yaa!Hei!" teriak Luhan, tetapi Sehun sudah terlebih dahulu masuk dan menutup pintunya. Dengan segera Luhan merasakan firasat buruk tentang kehidupannya ke depan bersama orang aneh itu.

Baru beberapa detik Sehun keluar dari kamar mandi. Luhan menatapnya heran sementara Sehun melambai-lambaikan tangan memanggilnya.

"Ada apa?" tanya Luhan sebal.

"Tolong bereskan peralatan baju perang mu di dalam."Ujar Sehun dengan wajah datarnya.

Luhan mengernyit tak mengerti. Namun beberapa detik berikutnya Luhan langsung teringat akan pakaian dalamnya yang sejak mandi tadi pagi belum di ambil.

"KYAAAAAAAHH!"

Luhan berseru histeris dan segera berderap menuju kamar mandi untuk mengamankan pakaian dalamnya yang tergantung di balik pintu. Luhan melangkah keluar sambil menatap curiga pada Sehun yang tampak malas.

"Terima kasih, nona."Kata Sehun pendek, lalu segera masuk ke kamar mandi, meninggalkan Luhan yang terheran.

Dan detik berikutnya Luhan tersadar.

"Hei!Apa kau tadi melihatnya? Haah?" pertanyaan yang konyol, Luhan mengedor-gedor pintu tetapi yang terdengar hanya suara air yang di siramkan.

ooO*Ooo

Luhan semakin tidak bisa berkonsentrasi pada karya tulisnya setelah kejadian aneh tadi sore. Tetangga barunya tiba-tiba datang memakai kamar mandinya dan melihat pakaian dalam-nya. Sambil berbaring di lantai yang beralaskan karpet berwarna biru muda-nya Luhan menghela nafas putus asa.

"Kenapa saat aku membutuhkan konsentrasi pria aneh itu datang tiba-tiba" gumamnya kesal.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di luar. Menurut Luhan itu pasti langkah pria aneh itu. Tadi selepas pukul enam dia memang keluar. Iseng, Luhan membuka pintunya dan melongok ke kiri.

Sehun tampak sedang mencari-cari kunci kamarnya. Di tangannya terdapat kantong plastik berisi bebagai macam mie cup dan air mineral.

"Kau bisa makan di rumah Yuri ahjuma." Kata Luhan membuat Sehun menolehkan kepalanya ke arah Luhan.

"Yang lain juga makan di sana."

"Tidak usah." Tolak Sehun, masih sambil mencari-cari kunci di seluruh kantongnya.

Luhan menganguk-anguk pelan.

"Soal minum bisa mahal kalau membeli satu literan. Kau bisa langganan pada Yuri ahjuma." Tawar Luhan lagi.

"Tidak usah. Aku tidak akan lama di sini." Kali ini Sehun sudah mulai berkeringat dingin karena tak kunjung menemukan kuncinya.

"oh,begitu." Luhan jadi penasaran.

"Kalau tidak akan lama, kenapa harus menginap di sini dan membayarnya lunas?

Sehun menghela napas dan menatap Luhan.

"Aku mempunyai alasan-alasan tertentu yang tidak harus aku beri tahukan pada semua orang."Jawab Sehun membuat Luhan cemberut.

"Baik,baiklah. Dasar aneh." Ujar Luhan keki.

Sementara itu Sehun kembali mencari Kunci-nya.

"Lalu kau asalnya dari mana?" tanya Luhan.

Sehun iseng membuka pintunya. Ternyata pintu itu tidak terkunci dan kuncinya masih tergantung di dalam.

Sehun menghela nafas lelah. Dia menoleh pada Luhan yang tampak masih menunggu jawaban.

"Dari sana."

Kata Sehun singkat sambil menunjuk atas. Luhan mengikuti arah jari Sehun sambil menatap langit-langit

Wajahnya mengisyaratkan keheranan.

"Hah, dari mana?" tanya Luhan kebingungan.

"Ohh~ aku tahu. Dari Daegu?" katanya asal.

"Bukan." Kata Sehun, hampir mendengus.

"Oh… kalau begitu, kau pasti dari Jeju. Benarkan?" tebak Luhan lagi yang semakin ngelantur.

"Bukan. Aku dari sana." Sehun menunjuk ke atas lagi.

"Dari Mars." Lanjut Sehun.

"Hah,?" Luhan bingung, tetapi Sehun sudah masuk ke kamarnya sebelum Luhan bertanya lagi.

Luhan menggeleng-geleng simpati.

"Hah, sudah ku duga. Orang itu pasti mempunyai kelainan jiwa."
gumam Luhan sebelum masuk melangkah ke kamarnya.

Note: ini aku repost :D dan alurnya emang nggak aku ubah, karena aku emang pengen baca versi HunHan-nya dan ternyata lebih nge-feel dan lebih ngeremes/? Hati ku :D #eyakkk

Thanks buat Liyya eonni, ini aku repost karena diri mu~ XOXOXOHHH/?

Dan mungkin ada yg pengen baca versi HunHan nya ;)