Disclaimer: Durarara... Shizuo dan Izaya bukan punya saya tapi punyanya Om Narita. Kalau saya yang pegang hak ciptanya pasti sekarang Shizaya sudah jadi canon dan difilmkan Hollywood.
HIKAYAT SANG KUTU
INTRODUCTION
Chapter 1 : That Flea: Obsession
Di sebuah apartemen mewah di Shinjuku
"Namie...! mana kopiku...?" seorang pria berambut raven berteriak malas dari ujung ruangan. Di depannya puluhan perkamen nampak terserak dan tak terurus, bercampur dengan sobekan kertas koran, majalah, dan dokumen-dokumen berisi tabel-tabel yang nampak rumit. Tubuhnya yang kecil nan ramping terbalut sweeter hitam, berayun ke kiri dan kanan seakan berusaha mengusir kebosanan yang mendadak datang. Ya.. dialah Izaya Orihara. The Great Informant, The God from Shinjuku atau sejuta julukan lain yang diberikan orang kepadanya. Di sudut lain ruangan, seorang wanita muda berambut panjang sebahu memelototinya penuh amarah.
"Memangnya kau pikir aku siapa...? pembantumu..?" Kata wanita itu ketus. Matanya menyisir layar komputer yang berkelip tanpa henti. Ribuan.. atau mungkin jutaan data orang-orang diseantero Tokyo, terpampang disana. Sosok berbaju hitam itu mendengus pelan.
"Sejauh yang aku ketahui, dan aku memang selalu tau segalanya, sudah sewajarnya seorang sekretaris membuatkan kopi, atau minuman apapun untuk sang majikan. Atau kau memang sudah lupa siapa yang menggajimu disini, ne...? " Pria itu tersenyum licik.
"Cih... kalau begitu jadilah majikan yang baik dan kerjakan tugasmu. Sedari tadi kau menyuruhku melakukan semuanya: menyortir dokumen, membereskan ini itu.. bahkan mencari data klien yang seharusnya ini merupakan pekerjaanMU. Lalu apa yang kau lakukan..? duduk-duduk dan bermain-main seperti orang gila. Bahkan membuat kopi pun aku yang harus mengerjakannya." Namie terus menggerutu.
"Aku melakukan pekerjaanku." Kata Izaya tenang. "Sebagai bos aku telah memberimu perintah untuk menyelesaikan semua pekerjaanku."
Izaya tersenyum licik saat melihat ekspresi wajah Namie yang kebingungan. Huh... seberapa pintarpun dirimu, kau bukanlah tandingan The Great Izaya Orihara dalam permainan kata-kata.
"Ayolah Namie-chan... aku sedang boooosaannnn...!" kata Izaya sambil memutar tubuhnya diatas kursi kerjanya. Terlihat kekanak-kanakan..? Memang. Namun bagi Namie, melihat sang bos bertingkah seperti itu sudah merupakan hal biasa.
Setelah seribu satu ocehan dan lebih banyak lagi umpatan akhirnya Namie bangkit dari kursinya. Izaya tersenyum puas. Ia tau Namie akan melakukan hal itu. Ia tau meskipun mulutnya berkata tidak, toh akhirnya wanita itu akan menuruti permintaannya. Meskipun cerewet dan menyebalkan Namie hanyalah manusia biasa. Ya... manusia. Dan bagi Izaya semua manusia adalah sama.
"Sungguh menyenangkan... manusia selalu melakukan apapun tepat seperti apa yang aku inginkan." Kata Izaya senang. Matanya menyapu tumpukan dokumen yang terserak di atas meja dan seketika senyumnya menghilang. Di antara tumpukan kertas jelek itu, seorang pria menyeringai di hadapannya. Matanya yang coklat berkilat, dibawah sepasang alis yang mencuat tajam. Rambut pirang acak-acakan membingkai wajahnya yang nampak kasar. Izaya memungut foto itu dengan hati-hati, memperhatikan setiap guratan ekspresi pada wajah kecil itu. Ia merasa sakit... benar-benar sakit. Di atas dokumen yang menyertai foto itu tertulis:
SHIZUO HEIWAJIMA
Tanggal lahir : 28 Januari
Alamat : Ikebukuro
Memiliki satu orang adik yang bekerja sebagai aktor bernama Kasuka Heiwajima.
Saat ini bekerja sebagai bodyguard untuk seorang debt collector bernama Tom Tanaka.
Hobi : Marah-marah, melempar vending machine, mengejar Izaya Orihara
Hal yang paling dibenci : Izaya Orihara
Tinggi/ Berat badan : Tidak diketahui, yang pasti lebih tinggi dan lebih berat daripada Izaya Orihara
Kelemahan : Tidak diketahui
Hanya itu. Tidak ada keterangan lain menyangkut diri Shizuo yang berhasil diketahui oleh Izaya. Tentu saja Izaya merasa sangat sakit hati. Musuh satu-satunya yang paling Ia benci, yang sangat ingin ia bunuh selama bertahun-tahun malah menjadi sosok yang paling asing bagi dirinya. Dia bisa mengintip segala informasi tentang orang lain, bahkan tentang hal paling pribadi, aib yang ditutupi, sampai menebak masa depan seseorang dengan sangat mudah. Tapi untuk Shizuo semuanya nol besar. Monster itu... Ya, bagi Izaya Shizuo adalah monster karena Izaya mencintai semua manusia dan ia tidak ingin menyebut Shizuo sebagai bagian dari apa yang ia cintai... Sangat tidak bisa diprediksi. Bila manusia biasa menggunakan 60% logika dan 40% insting, maka Shizuo adalah kebalikannya. Ahh... bukan kebalikan karena dia tidak pernah menggunakan otaknya untuk berfikir.
"Atau jangan-jangan tidak ada otak dalam rongga kepalanya yang besar itu...?" Izaya berfikir keras. Hasrat ini,... Hasrat untuk mengetahui segalanya tentang Shizuo telah mengakar di dalam hatinya sejak bertahun-tahun lalu. Izaya tidak pernah menyangkal kalau ia begitu sangat terobsesi pada musuh besarnya itu.
"Aku tidak menyangka kalau Memandangi-Potret-Heiwajima-Shizuo-Disaat-Kau-Seha rusnya-Melakukan-Hal-Lain benar-benar telah menjadi hobi barumu." Suara menyebalkan Namie mengagetkan Izaya. Dengan tenang Izaya melirik kebelakang bahunya dan mendapati Namie berdiri dibelakangnya dengan kopi di tangan. Wajahnya nampak bosan seperti biasanya.
"Paling tidak hobiku masih lebih bermanfaat daripada hobi 'Memandangi-Potret-Adik-Kecil-Yang-Sangat-Ingin-Ku nikahi'. Itu jauh lebih menjijikkan lagi karena ada anagram 'incest' di dalamnya." Wajah Namie memerah. Rasanya ingin sekali ia menampar Izaya dan menghapus seringai itu dari wajahnya. Dengan kasar ia menyerahkan cangkir kopi kepada Izaya dan berlalu kembali ke meja kerjanya.
"Paling tidak... objek obsesiku benar-benar menyukaiku, dan dia bukanlah monster blonde yang berteriak-teriak mencoba membunuhku dengan vending machine." Izaya tertawa mendengar kata-kata Namie. Ayolah... kenapa semua orang mengira ia jatuh cinta pada Shizuo Heiwajima...? Tidak bisakah mereka membedakan antara hasrat untuk menghancurkan dan hasrat untuk dicintai...? Yah... mungkin otak semua orang telah terpeluntir sampai-sampai pembantaian dan perang dianggap sebagai sebuah ekspresi cinta.
"Terserah apa katamu... Aku harus pergi sekarang. Ada klien yang harus kutemui." Kata Izaya sambil memungut jaket kesayangannya. Namie sama sekali tidak menjawab. Dengan pelan dan santai Izaya menyusuri jalan-jalan ramai kota Shinjuku. Dia sebenarnya berbohong ketika mengatakan akan keluar untuk bertemu klien. Yang ada di pikirannya sekarang hanya satu, mencari Shizuo Heiwajima dan bersenang-senang bersamanya.
"Lets play, Shizu-chan...!" Izaya menyeringai senang.
Penghancuran Ikebukuro akan segera dimulai.
#############
Hallo... ini fic Durarara pertama saya. Saya tau saya gak jago nulis dan pastinya banyak banget typo, salah eja atau error-error lainnya dalam tulisan saya. Mohon maaf dan please jangan ngebakar saya cuma karena saya kurang jago nulis bahasa Indonesia. Hehehe... ^_^
Fic ini relatif pendek karena baru perkenalan. Saya janji akan menuliskan sesuatu yang lebih panjang di chapter depan. Btw, terima kasih karena sudah menyempatkan mampir disini. Satu komentar dari kalian akan sangat berarti.
