20 (You're my twenties)
by: Imeelia
warning: Out of Character. Typo.
disclaimer: Seventeen in mine! ((on my dream))
.
.
.
Choi Seungcheol hanyalah mahasiswa biasa, yang bekerja part time seperti mahasiswa biasa lainnya. Setiap hari sepulang kuliah –atau jika tidak ada jadwal kuliah- dia akan bekerja di salah satu bioskop kota yang cukup terkenal di kalangan anak muda. Sepulang shift-nya bekerja, Seungcheol akan sibuk mengerjakan tugas kuliahnya, lalu pergi tidur. Jika tidak ada kuliah dan kebetulan libur kerja, Seungcheol lebih memilih bermain basket atau tidur seharian di rumah.
Hanya itu-itu saja.
Dan semua itu berubah, ketika suatu hari bertemu dengan seseorang berambut brunette dengan senyum manisnya.
.
.
.
Seungcheol sedikit menggerutu, tentu saja. Shift-nya harus sudah selesai limabelas menit yang lalu, tapi karena hari ini bioskop sangat ramai dan kebetulan teman se-pegawai-an yang lain belum datang, Seungcheol terpaksa terjebak disini. Tidak apa-apa sih, sebenarnya, lagian Seungcheol tidak ada kerjaan lain. Tapi yang membuatnya keki, karena banyaknya pasangan yang bergandengan tangan di depan matanya.
Catat: di depan mata Seungcheol yang kebetulan belum memiliki seseorang untuk di genggam tangannya.
Tidak kok, Seungcheol tidak iri. Untuk apa? Prioritasnya saat ini hanyalah lulus dan menghasilkan uang, urusan kekasih bisa di lain waktu. Seungcheol hanya jengah melihat mereka menghabiskan uang hanya untuk menonton berdua setiap minggunya. Lebih baik ditabung, atau untuk membeli emas batangan. (Seungcheol ini agak pelit dan perhitungan, jadi biarkan saja.)
Customer terakhir di antrian Seungcheol adalah segerombolan remaja, sekitar lima sampai enam orang? Seungcheol tidak yakin. Yang dia yakini adalah, salah satu tetangganya yang berwajah emo ada di antara para remaja itu. Seungcheol tidak yakin tetangganya itu punya teman, mengingat kejutekan dan keganasannya di lingkungan rumah.
"Selamat sore, tiket untuk berapa orang?"
"A-ah, untuk enam orang ya?"
Seungcheol melihat sekilas sosok di depannya ini, dan tiba-tiba dia merasa sesak nafas. Entah mengapa, sosok dengan rambut brunette dan mata coklatnya yang cantik seperti membius Seungcheol saat itu juga. Jangan lupakan bibir tipisnya yang selalu melengkung membentuk senyuman. Duh, Seungcheol sendiri tidak menyangka akan terserang virus jatuh cinta pada pandangan pertama, di tempat kerjanya sendiri!
Setelah transaksi dia antara mereka selesai, sosok manis itu langsung menuju gerombolannya. Seungcheol sendiri buru-buru menyelesaikan kerjanya –yang beruntung teman kerjanya akan menggantikannya- lalu mengambil handphone yang sedari tadi tidak dipedulikannya.
To: Jeon Emo
Aku ingin berbicara denganmu, penting! Sepenting uang saku dari ibumu. (Send.)
.
.
.
Seungcheol mengumpat pelan sepanjang perjalanan ke kampusnya. Sebenarnya, sejak kemarin, setelah mengirim pesan resmi kepada tetangga super menyebalkannya. Seungcheol tidak paham lagi mengapa hingga saat ini, Jeon menyebalkan itu tidak membalas pesannya.
Bahkan cuma di read. Sialan.
Maka dari itu, Seungcheol hanya meletakkan kepalanya dengan lunglai di atas bangku, tidak bersemangat sama sekali. Kalau tetangganya itu tidak merespon atau bahkan tidak peduli, bagaimana kelanjutan hatinya yang baru saja menemukan pelabuhan cintanya? (drama king, mungkin sudah tertular oleh Junhui, temannya yang aktor itu.)
"Wah wah, semalam kau ke club malam? Sampai selemas itu."
Suara salah satu temannya menyadarkan Seungcheol dari lamunan pesimisnya –dan juga bayangan untuk mencekik Jeon menyebalkan di detik pertama mereka bertemu nanti.
"Sial, Jeonghan, aku tidak semesum kau." Umpat Seungcheol kepada cowok berambut panjang yang sekarang ada di depannya. Jeonghan hanya tertawa saja melihat ekspresi Seungcheol yang tertanggu.
"Kenapa sih? Kayak baru patah hati aja, padahal kan gebetan aja nggak punya!" sahut Jeonghan lagi. Jeonghan ini kadang-kadang juga sedikit menyebalkan, padahal teman yang baik untuk curhat dan untuk di contek tugasnya. Seungcheol sampai berkata sabar dalam hati, kalau kelewat batas bisa-bisa tugasnya tidak selesai besok.
"Hampir punya, omong-omong. Tapi belum tahu namanya," jawab Seungcheol lesu. Jeonghan hanya tergelak.
"Ketemu dimana?"
"Di bioskop kemarin."
Jeonghan tertawa, sampai air matanya hampir keluar. Memangnya selucu itu ya? pikir Seungcheol keki.
"Aduduh, love at first sight ya? Lagi? Dulu juga sama gadis model bermarga Kim kan? Ah, sama Jang Doyoon juga bukan sih? Lalu pernah juga jatuh cinta sama aku kan, sampai menulis namaku di belakang notesmu? Sekarang ada lagi?" Jeonghan tanpa sadar membeber aib Seungcheol yang, entah diketahuinya dari siapa. Otomatis muka Seungcheol memerah, buru-buru di bekap mulut Jeonghan sebelum keluar yang aneh-aneh lagi.
"T-tahu darimana?" desis Seungcheol bingung "Doyoon dan Kim Sowon itu pas sma, jangan-jangan tahu dari Junhui? Iya kah?" tanyanya tanpa melepas tangannya dari mulut Jeonghan.
Sebuah tangan mengeplak belakang kepalanya keras, membuat Seungcheol mengaduh kesakitan dan melepaskan Jeonghan –yang langsung saja tertawa melihat betapa malunya Seungcheol. Itu adalah Wen Junhui, teman aktornya yang famous dan tampan. (Bukan Seungcheol yang bilang ini, serius.)
"Jahat, aku tidak suka membeberkan rahasia teman, tau." Kata Junhui dengan muka sebalnya, lalu duduk di samping Seungcheol.
"Lalu siapa? Kau kan temanku sejak polos sampai punya koleksi majalah porno." Kata Seungcheol.
"Dih, kamu aja yg punya koleksi. Aku sih enggak. Cuma numpang baca di kamarmu."
"Hey!"
"Ini kenapa jadi bahas majalah porno sih?" tanya Jeonghan bingung. "Kita kan bahas gebetan barunya Seungcheol sekarang."
Junhui mengangkat sebelah alisnya, belum paham. "Gebetan baru? Bukannya Jeonghan ya?"
Ingatkan Seungcheol untuk tidak mencakar muka Junhui saat ini. Junhui yang malang, dia baru datang sudah di fitnah dan hampir di bantai Seungcheol karena ucapannya. Jeonghan sendiri kembali tergelak, dan tertawa terpingkal-pingkal.
Seungcheol hampir saja cerita soal gebetan ter-up-to-date-nya kalau saja dosen mereka yang terkenal galak tidak masuk kelas.
.
.
.
Seungcheol pulang dalam keadaan galau. Bukan galau karena Jeonghan akhirnya tahu perasaannya dulu –dan tetap ditolak, miris- tapi karena perkataan Wen Junhui masuk ke dalam pikirannya.
"Ah, berani bilang di belakang aja. Ungkapin dong, sekali-kali." Kata Junhui sambil mengibaskan poninya. Dikira ganteng gitu ya?
Iya juga sih, selama ini Seungcheol hanya berani bilang suka di belakang buku notesnya, atau bilang ke Junhui. Kadang-kadang bilang juga sama ikan mas peliharaan tetangganya. Tapi, Seungcheol tidak pernah benar-benar bilang suka di depan gebetannya. Tidak ada waktu yang tepat, itu pikirnya dulu.
"Coy!"
Kepala Seungcheol refleks menoleh ke arah suara yang amat sangat di kenalnya. Suara tetangganya yang datar, Jeon 'emo' Wonwoo. Suara yang ditunggunya sejak kemarin. Eaa. Maksudnya, untuk di mintai pertanggung jawaban atas pesannya kemarin yang hanya di read.
"Woy, kenapa nggak balas? Sok kecakepan emang!" Teriak Seungcheol, padahal jarak mereka hanya dipisahkan pagar tanaman sebatas dada. Wonwoo, sebagai tetangga yang terkenal super cueknya, hanya mengibaskan tangan tak peduli.
"Sibuk." Jawabnya. "Lagipula apa sih yang lebih penting dari uang saku?"
"Baca bisa, tapi tidak di balas? Apa-apaan! Ini penting, menyangkut kelangsungan statusku di masa depan!"
"Bukan urusanku, bye." Wonwoo berbalik badan.
Seungcheol naik darah, hampir saja dia akan melompati pagar tanaman di antara mereka lalu menjambak rambut si emo, jika tiba-tiba ada suara lain yang menginterupsi.
(Bukan suara makhluk halus kok, walaupun suara sosok ini halus sekali. Aw.)
"Wonwoo? Sedang apa?" tanya seseorang yang sekarang di samping Wonwoo. Seungcheol merasa jantungnya tidak berdetak dengan normal sekarang. Selain suaranya yang halus, wajahnya juga manis. Matanya yang cantik, bibirnya yang tipis, tubuhnya yang ramping –tunggu, Seungcheol seperti pernah melihatnya.
Oh.
Shit.
Dia kan pelabuhan cinta Seungcheol, yang sudah di resmikan kemarin sore? Kenapa secara ajaib dia ada di sini, berjarak lima meter dari tempatnya berdiri? Tuhan, ini bukan mimpi kan?
"Bukan apa-apa. Tetanggaku ini memang butuh perhatian saja, jangan di hiraukan." Kata Wonwoo, membuat Seungcheol benar-benar ingin membantingnya. (Kalau saja Seungcheol tidak jaga image di depan si pencuri hatinya, duh.)
"Oh, begitu?"
Seungcheol mendadak membatu di tempat, ketika si gebetan melihatnya langsung dan tersenyum manis. Seungcheol tidak tahu harus merespon apa. Pikirannya kosong seketika.
"Salam kenal, aku Hong Jisoo, teman Jeon Wonwoo. Mohon bantuannya." Diakhiri senyum manis (lagi).
Sampai Wonwoo menarik masuk si senyum manis masuk rumah, sampai tukang bakso langganan ibunya lewat, sampai kucing liar masuk dan mencuri ikan di rumah Seungcheol, mahasiswa yang sedang terkena virus jatuh cinta itu belum bergerak se-senti pun. Wow.
.
.
.
Mel's note:
Well, halo.
Saya sedang di mabuk Seventeen, especially Seungcheol x Jisoo. Oh, atau bahkan SVT x Jisoo. Setelah EXO, baru kali ini tertarik buat bikin ff dengan cast 13 cowok yang sedang me-manse-kan ceweknya itu. Entahlah, saya dapat feelnya hehe
Iya, saya berusaha produktif lagi setelah sekian lama. Tulisan ini aja kacau (walaupun tulisan saya selalu kacau,lol). Sepertinya ada yang berbeda dibandingkan fanfic saya yang lain. Tapi tetap,seperti biasa,fanfic ini akan berisi fluff penuh bunga-bunga. Tolong beri banyak cinta~
Regards,
calon fans seorang Hong Jisoo
