Senja bersamamu
Pairing :
Todoroki Shoto X Midoriya Izuku
Genre :
Romance, No-quirk
Warning :
Typo, Cerita gaje, Alur ambruladul
.
.
.
Hujan deras hari itu tidak mengurangi kekecewaanku. Sudah dua jam lamanya aku menunggu. Duduk bersandar pada kursi kayu dikafe milik Uraraka, ditemani secangkir kopi hitam pekat dingin yang belum juga kutandaskan.
Seharusnya dia datang dua jam lalu, kenapa?. Sudah terpikir olehku, berbagai macam alasan yang akan disampaikan oleh pemuda itu.
"Menunggu seseorang Midoriya?." Tersentak dari lamunan oleh suara Uraraka Ochako. Teman semasa bersekolah di SMA Yuuei.
"Yah...kau tahu. Seharusnya Todoroki sampai disini dua jam lalu dan mengajakku makan malam, dasar hanbun-yaro." Kesal, cowok macam apa yang tega membuat kekasihnya menunggu selama dua jam. Alis terpaut dan mata hijau emerald nya memancarkan kekecewaan.
"Sudahlah Midoriya, mungkin dia sedang kesini. Tunggulah sebentar dan akan kubawakan waffle mentega hangat hanya untukmu." Kemudian sang empunya kafe menghilang ke dapur.
FLASHBACK
Lima tahun lalu, kudapati sepucuk surat didalam loker sepatu. Meyatakan Todoroki akan menungguku sepulang sekolah diatap SMA Yuuei. Todoroki? menungguku? wajahku tanpa sadar memerah.
"Bukankah itu surat cinta ? Midoriya?. Kau populer juga rupanya." Kaget karena seorang cowok tegap berkacamata muncul disampingku. Dia Lida Tenya, tetangga sekaligus teman masa kecilku.
"Bukan apa-apa Lida." Kataku sambil menyembunyikan surat itu kedalam tas.
"Kau pembohong yang buruk Midoriya, lihat wajah merahmu." Sindir lida sambil menahan tawa.
"Bukankah kau lapar Lida, akan kutraktir yakisoba untukmu." Kataku coba mengalihkan topik pembicaraan.
"Saat kau berbohong kau akan menggaruk dagu kan?." Tak sadar dengan apa yang sedang kulakukan, aku kedapatan sedang menggaruk dagu.
"Oh baiklah, akan kuceritakan pada mu. "
Todoroki Shoto , dia adalah cinta pertamaku. Dulu saat upacara penerimaan murid baru SMA Yuuei, aku terlambat dan tertahan didepan gerbang. Niatnya sih aku ingin memanjat pagar agar tetap bisa mengikuti upacara. Tapi pagar itu terlalu tinggi.
Lalu datang seorang pemuda yang menggendongku melewati pagar. Tapi rok ku tersangkut pagar hingga robek.
"Terima kasih, kau telah menolongku." Ucapku malu, sambil menutupi bagian rok yang robek.
Tiba-tiba dia melepaskan sweater yang digunakannya diluar seragam, dan memberikannya padaku.
"Pakailah." Katanya datar.
"Hah?." Aku tidak mengerti apa yang dia maksud.
"Maaf." Kemudian dia menunduk dan mengikatkan sweaternya dipinggangku, menutupi bagian rok yang sobek.
Deg
Jantungku berpacu , kutatap dia dengan heran. Sejurus kemudian mata kami bertemu. Yang pertama menangkap fokusku adalah mata dwi-warnanya yang memukau. sebelah kanan berwarna coklat terang sedang yang kiri berwarna kebiruan. Wajah tegas ,bibir tipis, dan hidung mancung membuatnya sangat tampan. Matanya membulat, melihatku.
"Sekali lagi terima kasih." Malu, akupun mengalihkan pandanganku darinya.
"Masih sempat untuk upacara penerimaan, cepat." Dia berlari.
Meninggalkanku yang masih terpaku.
Begitulah aku jatuh cinta padanya. Kupikir itu hanya perasaanku saja, tapi pemikiran itu goyah saat kudapatkan sepucuk surat atas namanya terselip di loker sepatuku. Apa Todoroki menyukaiku juga?.
"Kalau begitu kau harus menemuinya, nyatakan perasaanmu." Ucap Lida sambil asik menyantap yakisoba miliknya. Kantin penuh sesak oleh murid yang sedang kelaparan.
"Enteng sekali kau Lida. Itu bukan sesuatu yang gampang kau tahu."
"Todoroki itu populer , kemari aku melihatnya mendapatkan pengakuan dari kakak kelas." Dengan wajah setampan itu mustahil dia tidak populer.
"Kenapa dia menyuruhku ke atap sekolah sih?."
"Kau bodoh atau tidak peka sih, dasar Midoriya. aku heran kenapa dia sampai menyukaimu." Sindir Lida, masih berkutat dengan yakisoba.
"Lida sialan, bayar sendiri makananmu." Kataku sambil berlalu meninggalkan kantin menuju kelas.
"Tummnggu, bayar dulu midoriya." bicara kala mulut sedang penuh yakisoba.
Jam pelajaran sudah dimulai tapi yang ada dipikiranku hanya Todoroki. Hingga bel pulang pun berdentang.
"Ceritakan lebih jelas padaku nanti." Tangan Lida menepuk bahuku.
Aku berjalan menusuri koridor menuju atap, jantungku semakin berdegum seraya hampir sampai diatap. Langkah kaki berat menapaki tangga satu persatu. Kuharap tangga ini cepat berlalu. Kemudian disanalah aku, diatas atap SMA Yuuei. Berdiri memunggungiku, Todoroki Shoto. rambutnya diterpa angin sore yang sejuk, melambai tak karuan. Cahaya senja menerpa sosok tinggi itu. Hingga suara pintu menutup terkena angin memberi tahunya untuk berbalik.
"Kau datang juga, Midoriya." Ucapnya
"Mmm, ada apa Todoroki?." Relax, aku harus tetap relax. Jaga bicaramu midoria, jangan terlihat tegang.
"Aku suka..." Suaranya tersamar tiupan angin.
"SUKA??!!!!!!." Kaget, meski aku tak me dengar semua yang dikatakannya. Refleks kututup mulutku dengan kedua tangan tanda tak percaya dengan apa yang barusan aku dengar.
"Bukankah indah, pemandangan dari atap ini?, ini tempat favoritku di SMA Yuuei." Tanya Todoroki dengan wajah sumringah.
Apa? aku jauh-jauh disini hanya untuk mendengar pertanyaan itu?.
"Iya." Jawabku tanpa antusias, berusaha menyembunyikan rasa kecewa.
Todoroki-kun berjalan mendekatiku.
"Boleh ku tau apa warna favoritmu, Midoriya." Ucapnya sambil memandang matahari senja yang kian tenggelam di barat.
"Kau memintaku kesini hanya untuk menanyakan apa warna kesukaanku?." Aku sudah tidak bisa menyembunyikan rasa kecewaku.
Seringai tipis terukir diwajah Todoroki. "Jadi kau mengharapkan pertanyaan lain ya?" Dengan nada sedikit mengejek.
"Te--tentu saja bukan, dasar." Oh tidak, apakah dia menyadari perasaanku?. Malu bercampur kecewa menyeruak di benak ku. Air mata mulai merembes menghalangi pandangan. Wajahku memerah.
"Begitu, lalu kenapa wajahmu merah, apa kau demam?." Tanya Todoroki sambil menjulurkan tangan berusaha memegang dahiku, namun kutepis tangan itu dan berbalik memunggungi nya.
"Hah?. ini hanya pantulan cahaya senja asal kau tau saja." Balasku. Perasaan ku campur aduk "Cepat katakan, apa maksudmu memanggilku kemari?."
"Jawab dulu pertanyaanku, Midoriya. Apa warna favoritmu?."
"Hijau." Jawabku singkat.
"Apa kau tak penasaran dengan warna favoritku?."
Sudah cukup dengan semua ini. Kau hanya ingin mempermainkanku bukan? pernyataan cinta? omong kosong apa ini? aku sudah tidak bisa menahannya lagi.
"Sudah cukup Todoroki, ini keterlaluan. Aku pulang." Rasa kecewa yang selama ini kupendam meledak, bulir air mata mulai merembes turun. Langkah kaki goyah mulai berjalan meninggalkan Todoroki.
Hingga tangan hangat menahan langkahku pergi. Tangan itu menggengam pergalangan tangan kiriku. Dan kusadari itu adalah tangan Todoroki.
"Tunggu."
Ohayou Minna-san? Ini ff pertama , jadi masih banyak kekurangan sana sini. Ditunggu komen dan review nya.
Next?
Yay or Nay?
뽀뽀
