Disclaimer Standard Applied

Summer Vacation (c) rain

Genre: Horror, Mystery, Gore, Romance, Friendship

Warning: blood inside, gore explicit, NaruSaku, DLDR

Chapter 1: Prolog

Van putih itu baru saja melaju melewati jalan sunyi ini. Tak ada pemandangan rumah penduduk. Hanya hamparan hutan kayu dan semak-semak belukar, sama sekali tak ada tanda-tanda kehidupan. Mobil itu melaju kencang, sehingga menerbangkan daun-daun kering yang berguguran disekitar jalanan sepi itu.

"Kau yakin di sini tempatnya, Naruto?" tanya Shikamaru, sang supir mobil van putih itu.

"Ya. Aku yakin. Aku sudah pernah kesini sebelumnya." jawab pemuda berambut pirang yang duduk di sebelah Shikamaru itu.

"Sudah hampir satu jam kita melewati jalanan sepi ini. Yang kulihat hanyalah hutan dan semak belukar bahkan tidak ada satupun rumah penduduk." kata Shikamaru lagi yang masih fokus mengendarai mobilnya.

"Tempatnya memang terpencil. Aku yakin ini jalan yang benar, kau ikuti saja jalan ini terus."

Shikamaru kembali melajukan mobilnya dengan tenang. Sebentar lagi mereka akan sampai di tempat tujuan.

Ya, liburan kali ini, Naruto mengajak teman-temannya untuk berlibur di villa milik ayahnya. Villa ini memang terletak di desa terpencil serta jarak yang jauh harus ditempuh dari kota besar. Setidaknya semuanya akan terbayar dengan suasana desa yang sedikit sepi dan tentu saja hamparan sawah dan gunung yang menjadi pemandangannya. Cukup untuk menghilangkan stress dari masa perkuliahan mereka.

Naruto hanya terdiam setelah ditanyai Shikamaru. Entah kenapa suasananya sedikit berubah dari terakhir ia kesini tahun lalu. Sepi juga menyelimuti mobil van itu. Naruto menoleh ke bangku belakang, dari tadi ia tidak mendengar suara berisik teman-temannya. Ia melihat Kiba dan Chouji yang tengah tertidur, mungkin lelah dengan perjalanan panjang ini. Di bangku belakangnya lagi, ia melihat Sakura dan Ino yang hanya sibuk dengan gadgetnya masing-masing, sesekali mereka cekikikan.

Naruto kembali menoleh kedepan. Sekelebat ia melihat bayangan hitam tepat didepan.

"Shikamaru. Awas!" teriak Naruto.

Shikamaru langsung menginjak pedal rem, akibatnya mereka semua terdorong ke depan karena rem mendadak. Dari arah depan terdengar bunyi benturan yang sangat keras. Ia juga tidak salah lihat. Sebuah benda atau mungkin saja makhluk hidup telah ditabraknya.

Mobil van putih itu berhasil berhenti. Semuanya terdiam. Chouji dan Kiba juga terbangun karena kaget dengan aksi rem mendadak tadi.

"Kau menabrak seseorang?" tanya Naruto pada Shikamaru. Ia panik, tentu saja.

Shikamaru yang telah dibanjiri keringat dingin tak sedikitpun berani beranjak keluar untuk memastikan apa yang telah ditabraknya. Jalanan ini begitu sepi, bisa saja ia hanya menabrak seekor beruang hitam yang melintas.

"Ada apa? Kau menabrak sesuatu?" tanya Chouji.

Shikamaru menoleh kebelakang, ia melihat wajah teman-temannya yang sama paniknya dengannya. Kemudian ia menoleh pada Naruto, keduanya sama-sama menelan ludah. Dengan memberanikan diri kedua pemuda itu menarik kenop pintu dan keluar, untuk memastikan apa yang baru saja terjadi.

Shikamaru melangkah ke depan untuk melihat bagian depan mobilnya. Ia menyusuri setiap bagian depan mobilnya itu, tak ada bagian yang hancur ataupun penyok. Kemudian ia menyusuri pandanganya di sekitar jalan itu. Tak ada tubuh atau bangkai yang tergeletak. Sedangkan Naruto memeriksa bagian belakang. Hasilnya sama, ia tak menemukan apapun.

"Kau menemukan sesuatu, Shikamaru?" tanya Kiba, ia ikutan keluar untuk memastikan sesuatu yang baru saja terjadi.

Shikamaru hanya menggeleng. "Aku tidak menemukan apapun. Tidak ada yang hancur ataupun penyok. Bahkan apa yang kutabrak tadi seharusnya tergeletak di sini." Ia menunjuk jalan di depan mobilnya berhenti. Jalanan itu bersih, tak ada tubuh atau bangkai yang tergeletak dan juga tidak ada darah yang berceceran.

"Apa yang kau temukan?" tanya Naruto sekembalinya memeriksa mobil bagian belakang. Shikamaru hanya menggeleng.

"Seharusnya yang ditabrak tadi pasti meninggalkan bekas. Dengan kecepatan mobil yang seperti tadi harusnya apa yang kutabrak tadi terluka parah. Bahkan ini tidak ada bercak darah sedikitpun." jelas Shikamaru. Ia mulai bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Benarkah ia menabrak sesuatu?

"Ini sungguh aneh." ucap Naruto sambil mengusap dagunya. "Aku tadi juga melihat bayangan hitam sesaat sebelum kau menabrak tadi." ucapnya kemudian.

"Apa yang terjadi?" tanya Sakura. Ia, Ino dan Chouji juga ikutan keluar untuk memastikan sendiri.

"Entahlah, ini membingungkan. Aku menabrak sesuatu dan kalian dengar sendiri kan bunyi benturan yang sangat keras?" tanya Shikamaru pada teman-temannya. Yang lain hanya mengangguk. Memang benar mereka mendengar bunyi benturan yang keras dari arah depan. "Seharusnya apa yang kutabrak tadi pasti meninggalkan bekas. Tapi kalian bisa lihat sendiri, sama sekali tidak ada tubuh yang tergelatak atau bekas darah yang berceceran." lanjut Shikamaru lagi. Ia menunjuk di sekitar jalanan itu.

Semuanya terdiam, bingung dengan keanehan yang terjadi pada mereka. Tempat itu begitu sepi, dilihat sekelilingpun memang tak ada rumah penduduk, jadi tidak mungkin ada pejalan kaki mengingat jarak tempuh ke desa terdekat masih sangat jauh.

"Sudahlah, sebaiknya kita semua kembali masuk ke mobil dan menenangkan pikiran sebentar." ajak Ino. Ia sedikit mengkhawatirkan kondisi Shikamaru. Semuanya panik, tentu saja. Ia melihat ada sedikit ketakutan pada pemuda berambut nanas itu.

Semuanya mengiyakan perkataan Ino dan kembali masuk ke dalam mobil. Mereka semua duduk ditempatnya semula. Mereka semua terdiam. Ada ketakutan dalam diri mereka. Sakura biasanya lebih peka, ia sedikit merasakan perasaan yang tidak enak atas kejadian yang aneh ini.

"Baiklah, sebaiknya kita lanjutkan saja perjalanannya. Desa tujuan kita masih sangat jauh, kira-kira satu setengah jam lagi. Apa kau masih kuat menyetir Shikamaru?" tanya Naruto, memecah keheningan di antara mereka. Ia sedikit khawatir dengan Shikamaru, bisa saja ia jadi terguncang dengan kejadin aneh ini dan Naruto bersedia menjadi supir pengganti.

"Aku tidak apa-apa. Yah, sebaiknya kita lanjutkan saja. Aku akan menyetir pelan-pelan." kata Shikamaru. Kemudian ia menyalakan mesin mobil dan melanjutkan perjalanan liburan mereka.

Mobil itu kembali melaju. Suasana kembali hening. Sejak awal, Naruto memang merasakan sesuatu yang berbeda selama perjalanan mereka menuju villa ayahnya. Entahlah, seperti perasaan tidak enak, seperti ada yang mengganjal. Tapi ditepisnya juga perasaan itu. Mungkin karena menempuh perjalanan yang jauh dia cukup khawatir kalau-kalau terjadi sesuatu seperti tadi di tengah perjalanan.

Untuk memecah keheningan Naruto mulai menyalakan radio di mobil. Ia memutar-mutar tunning untuk mencari siaran radio yang mengudara. Tapi yang terdengar hanyalah suara bising, tak ada siaran radio yang mengudara atau memang tidak ada jaringan frekuensi yang tertangkap. Mungkin tak ada stasiun radio di desa yang mereka tuju. Suasana jadi sedikit canggung.

Kemudian Naruto meraih kumpulan CD (bukan celana dalam =.=) ia mencari-cari kalau ada album band kesukaannya. Yang ia inginkan sekarang ini menenangkan dirinya dengan musik favoritnya. Ia tahu, semua teman-temannya pasti juga merasa terguncang atas kejadian aneh tadi. Ia menoleh ke belakang sebentar, memperhatikan teman-temannya. Kiba hanya melamun memperhatikan kaca jendela mobil, mungkin sedang memperhatikan pemandangan di luar. Sedangkan Chouji, pemuda bertubuh tambun itu lebih memilih menghabiskan sisa keripik kentang miliknya. Kemudian Naruto melemparkan pandangannya pada Sakura, gadis berambut pink itu hanya melamun sama seperti Kiba, seperti sedang memikirkan sesuatu. Gadis itu terlihat sedikit khawatir. Yang Naruto tahu, Sakura itu memiliki perasaan yang lebih peka terhadap hal-hal aneh seperti tadi. Mungkin ia merasakan sesuatu, dan Naruto pikir tak ada salahnya untuk berbincang dengan gadis itu.

Naruto kembali menoleh ke depan dan menemukan album band kesukaannya, Bullet For My Valentine dan ia menyalakan DVD player dan memutar kaset album bertajuk Fever itu. Alunan lembut A Place Where You Belong terdengar sedikit suram, mungkin karena liriknya yang sedih. Sambil menyandarkan kepalanya, menikmati lagu itu Naruto mengeluarkan telepon genggamnya. Ia ingin berbincang dengan Sakura melalu e-mail, hanya ingin menanyai keadaannya saja.

To: Sakura-chan

"Kau baik-baik saja?"

Send

Sakura yang tengah melamun itu dikejutkan dengan getaran yang berasal dari kantong celananya. Seketika ia mengeluarkan telepon genggamnya itu dan menemukan sebuah e-mail dari Naruto. dengan cekatan ia membalas e-mail itu.

From: Sakura-chan

"Ya. Aku hanya merasa tidak nyaman saja. Kau tahu? Semua hal aneh ini..."

Reply

Naruto mengerti perasaan gadis itu. Mereka sudah berteman sejak kecil, dan bukan kali ini saja mereka mengalami hal aneh.

To: Sakura-chan

"Aku mengerti perasaanmu. Sebaiknya kau beristirahat saja, perjalanan kita masih jauh. Kau jangan pikirkan lagi hal tadi."

Send

Mau tidak mau, gadis berambut pink itu tersenyum juga. Ia tahu, Naruto selalu mengkhawatirkan keadaanya. Terlebih lagi dalam keadaan seperti ini. Sakura sudah mengetahui kemampuannya, sejak kecil ia sudah bisa merasakan bahkan bisa melihat hal-hal aneh. Dan kejadian seperti tadi bisa saja dikaitkan dengan hal itu. Kemudian ia membalas pesan dari Naruto itu.

From: Sakura-chan

"Ya kau benar. Aku ingin tidur sebentar. Aku harap kita baik-baik saja."

Reply

Setelah membaca e-mail dari Sakura itu, Naruto langsung menoleh pada gadis itu yang duduk di belakang. Ia melemparkan sebuah senyuman agar Sakura merasa lebih baik. Gadis itupun membalas senyumannya dan kemudian mencoba untuk tidur.

Naruto kembali menoleh ke depan. Ia juga lelah dan ingin tertidur sebentar. Ia melirik Shikamaru yang masih konsentrasi menyetir. Kemudian ia mencoba memejamkan matanya. Siapa tau saat terbangun nanti mereka sudah sampai di tempat tujuan.

Mungkin baru beberapa menit Naruto akan melayang ke alam mimpi. Tiba-tiba Shikamaru menginjak pedal rem kembali. Naruto yang kaget langsung terbangun. Ia melihat Shikamaru yang buru-buru keluar. Karena khawatir Naruto ikut keluar dan melihat keadaan temannya itu.

"Ada apa Shikamaru?" tanya Naruto panik. Ia melihat teman berambut nanasnya itu tengah terbatuk-batuk, baru saja memuntahkan sarapan paginya. "Kau kenapa?" tanyanya lagi dan menggosok punggung temannya itu.

"Kau baik-baik saja Shikamaru?" tanya Ino, ia dan yang lainnya juga ikut keluar melihat keadaan Shikamaru yang tiba-tiba saja menghentikan mobil dan ia tengah memuntahkan isi perutnya.

"Aku merasa mual." Jawab Shikamaru dan ia kembali muntah.

"Kau mabuk kendaraan?" tanya Chouji polos.

"Hei mana ada supir yang mabuk kendaraan." kata Kiba, sweetdrop dengan kepolosan teman tambunnya itu.

Setelah beberapa menit, mereka semua masuk kembali ke dalam mobil dan mealnjutkan perjalanan.

"Apa kau masuk angin?" tanya Ino yang duduk di samping Shikamaru sambil mengelap keringat dingin yang diakibatkan saat acara muntah tadi.

Kali ini Naruto mengambil posisi sebagai supir, dengan pelan ia melajukan mobil. Ia makin merasa aneh, tapi mungkin saja Shikamaru memang masuk angin. Ia melirik Sakura yang kini duduk di bangku sebelahnya. Gadis itu juga menampilkan raut kekhawatiran.

"Naruto, aku semakin merasa aneh." ucap Sakura.

"Sudahlah. Semuanya akan baik-baik saja. Desa tujuan kita sudah hampir dekat. Nanti kita belikan saja obat untuk Shikamaru, mungkin dia sedang tidak enak badan dan memaksakan diri untuk ikut." kata Naruto menenangkan Sakura. Ia tahu gadis itu akan merasa khawatir yang berlebihan.

Sakura akhirnya terdiam. Ia memang merasa ada yang aneh selama perjalanan ini. Hatinya berkata untuk mereka kembali pulang saja. Tapi mereka sudah jauh-jauh dan sebentar lagi akan sampai.

Mobil van putih itu kembali diselimuti kesunyian. Shikamaru tengah mencoba untuk tidur. Tubuhnya terasa lemas. Seingatnya, sebelum berangkat ia sama sekali tidak salah makan apa-apa dan merasa baik-baik saja. Tidak seperti biasanya ia bisa merasa pusing dan mual saat mengendarai mobil.

Sekitar setengah jam lagi mereka akan sampai di desa tujuan mereka. Pemandangan hutan telah berganti dengan hamparan sawah yang bewarna hijau. Tak ada penduduk yang terlihat, mungkin teriknya matahari menyebabkan para petani menyudahi pekerjaan mereka dengan cepat.

Van putih itu baru saja memasuki gerbang desa. Seingat Naruto, villa milik ayahnya berada di ujung desa. Mereka melewati desa yang sepi itu. Suasana terasa suram, entahlah mungkin hanya perasaannya saja, Sakura merasakan ada yang tidak beres dengan desa itu.

To Be Continued

Author Note:

Wahahahahaha aku balik lagi~~ bukannya ngelanjutin fict yg lain malah publish yang baru. Maaf buat yang nungguin fict My Fake Boyfriend (emang ada yg nungguin?) itu fict mau aku hapus udah gak mood lagi ngelanjutinnya #plak

Okay..penpik kali ini, aku mau nulis di genre horror. Menurutku genre ini sedikit susah karena aku gak penakut amat (?) jadi aku takutnya gak dapet feel horrornya. Yah, ini jadi sebuah tantangan juga buat aku. Jadi mohon bantuannya yang ahli dalam bidang horror.

Ini horrornya masih belum terasa ya? Gorenya juga ditungguin aja chapter selanjutnya. Lagian juga ini masih prolog. Oh ya buat yang gak suka gore atau adegan berdarah saranku sebaiknya jangan lanjutin bacanya.

Yosh, minta saran dan kritiknya ya...

Sign

rain