Disclaimer: Tadatoshi Fujimaki kecuali adik Midorima (OC).
Genre: Family, Humor (gagal), etc.
Warning: OOC, TYPO, Messy, etc.
ENJOY!
Keluarga Midorima. Semua keluarga di sekitarnya pasti mengenal keluarga itu. Bagaimana tidak? Anak sulung keluarga Midorima, Midorima Shintarou saja terkenal seantero Jepang dengan shoot basketnya. Adiknya? Itu belum diketahui. Yang jelas adik Shintarou duduk di bangku kelas 5 SD, mempunyai mata hijau yang sama, berambut pendek di atas bahu dan berponi sama.
Orangtua kakak-adik tersebut sedang ada tugas ke luar negeri. Shintarou dititipkan untuk menjaga adiknya. Pada hari Sabtu ini Shintarou ada janji untuk menemani adiknya jalan-jalan.
"Shin-nii, hayaku hayaku," seru sang adik yang sudah tidak sabar. Ia memakai setelan baju berwarna putih, rok selutut berwarna merah jambu, celana pendek yang ditutupi oleh rok-nya, serta sepatu sandal berwarna... tolong banyangkan sendiri.
"Iya, sabar," akhirnya Shintarou keluar dari rumah. Ia memakai kemeja putih dengan garis-garis hijau, celana panjang hitam, sepatu sandal hitam.
"Ayo cepetan, ke mobil!" ujar sang adik.
"Kita tidak akan naik mobil, nodayo." ujar Shintarou tanpa tampang berdosa.
"...eh? Nande? Shin-nii kan bisa nyetir!" protes Shiina.
"Tapi aku belum cukup umur, nodayo."
"Kalau begitu sama supir saja." Shiina pantang menyerah.
"Jangan selalu mengandalkan orang, nanodayo."
"Kalau Shin-nii belum cukup umur, kenapa belajar duluan? Kalau sudah bisa, seharusnya terus dipraktekan, jadi kita harus naik mobil. Onegai, Onii-chan," rengek Shiina dengan puppy eyes nya.
Kacamata Shintarou hampir melorot sampai hidung tapi langsung ia betulkan lagi.
"Tidak bisa, nanodayo."
"Harus."
"Kamu juga tidak terlalu suka naik mobil, 'kan? Kenapa sekarang jadi begini."
"Ah, gak apa. Nanti kalau kaki-ku tiba-tiba sakit, bagaimana? Pokoknya harus!"
"Tidak!"
"Harus!"
"Tidak!"
"Yaudah, aku bilangin ke Otou-san," ancam Shiina.
"Ba-baiklah, tapi ini bukan berarti aku mau melakukannya, tapi karena perintah Otou-san." tsunderenya kumat.
Sebenarnya Shintarou juga mau naik mobil, tapi karena ke-tsundereannya itu dia tidak mau langsung menuruti adiknya. Dan sebenarnya Shiina tidak terlalu pengen naik mobil, dia cuma mau membuat kesal kakaknya saja.
.
"Hey, rambutmu masih ada yang kusut." sahut Shintarou yang sebenarnya berbohong. Shintarou mengambil sisir yang memang disediakan di mobil dan menyisir rambut adiknya. Sebenarnya Shintarou hanya ingin menyisir rambut adiknya. Tapi karena ke-tsundereannya itulah yang membuat dia selalu gengsi.
"Shin-nii apa ini?" Shiina melirik sesuatu yang Shintarou letakkan di sampingnya saat mereka sedang dalam perjalanan.
"Seperti biasa, lucky item-ku hari ini adalah parfum." jawab Shintarou enteng.
"Hmm.." Shiina membuka penutup parfum tersebut dan menyesap aromanya.
Diam-diam Shintarou memperhatikan apa yang sedang dilakukan adiknya sampai ia tidak sadar kalau sebenarnya tadi ia hampir menabrak seseorang.
Shintarou sedang menantikan adiknya yang akan menyemprotkan parfum itu pada tubuhnya. Tapi naas, ternyata adiknya tidak berniat memakai parfum itu.
"Tsk." tanpa sadar, Shintarou ngebut yang membuat Shiina kaget.
"Shin-nii?"
"Ah, tidak apa-apa. Oh ya, hari ini lucky item-mu adalah boneka kelinci yang baru dibeli." Shintarou mengalihkan pembicaraan. Kali ini Shintarou tidak berbohong, tapi niat sebenarnya dia ingin membelikan boneka untuk adiknya.
"Mau sampai kapan coba, Shin-nii percaya sama begituan." celoteh Shiina sambil terkekeh kecil. Kata-kata barusan benar-benar menusuk Shintarou.
"Itu untuk keberuntungan kita, nodayo." Shintarou membela diri.
"Keberuntungan apaan, buktinya waktu penyishihan Inter-high kakak kalah sama tim-nya Kuro-nii, waktu semi-final Winter Cup aja Shin-nii juga kalah sama tim-nya Aka-nii. Selama ini Shin-nii itu cuma dikibulin sama si Aho-asa, buang-buang uang cuma buat barang gaje doang. Walaupun sebenarnya aku tidak mendoakan Shin-nii saat semi-final sih," celoteh Shiina panjang-lebar.
Kata-kata barusan lebih menusuk dari sebelumnya. Bukan hanya karena Shintarou dibilang sebagai orang yang ketipu, tapi karena adiknya mengingatkannya pada kekalahannya. Dan juga adiknya berkata seolah Shintarou adalah orang bodoh. Apalagi pada kalimat terakhirnya yang mengatakan kalau adiknya tidak mendoakannya a.k.a mendukungnya.
Sebuah pukulan sedang mendarat di kepala Shiina.
"Itte." lirihnya.
"Damare. Aku sedang menyetir, lagipula namanya bukan Aho-asa, tapi Oha-asa." Shintarou berkata dengan sedikit nada dingin.
Sadar apa yang barusan dikatakannya, Shiina merasa bersalah dan menyesal.
"Go-gomen, Shin-nii." ucapnya menyesal.
Shintarou tersenyum kecil mendengar permintaan maaf adiknya, karena Shintarou jarang melihat adiknya yang seperti itu. Shintarou mengusap-ngusap kepala adiknya.
TOKO BONEKA
Mereka sampai di mall. Sebelumnya Shintarou sengaja untuk mengajak Shiina ke tempat boneka dulu.
"Ngapain ke sini, Shin-nii?" Shiina terheran.
"Permintaan maaf-mu tadi belum cukup, sebagai gantinya kau harus ikut aku ke sini dulu." sanggah Shintarou. Shiina hanya menurut.
Sedari tadi Shintarou terus memilih mana boneka kelinci paling bagus untuk diberikan kepada Rukia- alias Shiina. (Kalau Rukia, dibeliin chappy sama Byakuya lah xD Ini bukan Bleach thor). Sedangkan Shiina sedari tadi hanya menunggu sambil duduk.
Akhirnya Shintarou sudah mendapatkan yang paling bagus dan membayarnya. (Author gak ngasih tau ciri-ciri kelinci yang dipilih Midorima, takutnya nanti jadi kepengen :v)
"Bukan berarti aku ingin melakukannya, tapi ini demi keberuntunganmu," Shintarou menyerahkan boneka tersebut kepada Shiina.
"Haha, arigatou Shin-nii," ucap Shiina dengan manisnya yang langsung membuat wajah Shintarou bersemu hijau alias merah.
"Bu-bukan berarti aku ingin melakukannya loh," tsundere Shintarou mulai agak parah.
"Tsunderenya tuh. Aku tahu kok, maksud Shin-nii yang sebenarnya." ucap Shiina girang.
BIOSKOP
Mereka menuju lantai paling atas tempat bioskop. Sesampainya di sana, Shiina langsung ngacir ngeliat film-filmnya.
"Tunggu, nodayo." Shintarou mau tidak mau harus mengejar adiknya.
Shiina berlari sambil memegang kelincinya, lalu tidak sengaja ia menabrak seseorang dengan tubuh besar dan tinggi yang sedang bersama seorang dengan mata tertutup sebelah. (Kembarannya Rogue Cheney plus Freed yang ada di Fairy Tail menurut Author).
"Itte.." ringis Shiina.
"Are? Dare.. kakaknya kenal, etto.." Atsushi kelihatan sedang berpikir keras.
Shintarou berhasil menyusul Shiina.
"Oi hati-hati."
"Are? Mido-chin? ah iya, Shii-chin!~" Atsushi baru teringat setelah melihat Shintarou datang dan langsung mengulurkan tangan untuk membantu Shiina berdiri, tapi langsung ditepis oleh Shintarou dan menarik Shiina untuk berdiri.
"Ah, Mura-nii mau nonton ya?" tanya Shiina dengan polos.
"Ah ya, kita rencananya mau nonton ini." yang menjawab Tatsuya. Tatsuya menunjuk poster yang tepat berada di depan mereka.
"Wah.. Horor ya, mau dong," Shiina tertarik.
"Tidak boleh, nanodayo." Shintarou langsung menyelanya.
"hee? Nande?"
"Itu film horor, memangnya kamu berani? Nodayo." Shintarou menakut-nakuti.
"Ya enggak lah. Dari pada gak nonton apa-apa!" protes Shiina.
"Masih banyak yang lain!"
"Gak mau, pokoknya yang ini!"
Atsushi sibuk dengan pocky nya dan Tatsuya hanya memperhatikan acara adu bacot adik-kakak tersebut. Karena Shiina ngotot, akhirnya Shintarou mengalah dengan mengatakan kalau nanti ada sesuatu tanggung sendiri.
"~Muro-chin, tolong antre sendiri ya~" mereka bertiga duduk sambil menunggu sedangkan Tatsuya mengantre untuk memesan 5 tempat duduk. Tatsuya-Makanan Atsushi-Atsushi-Shiina-Shintarou.
Setelah Tatsuya selesai membeli tiket plus makanan, mereka langsung ke dalam karena sebentar lagi akan dimulai.
Tatsuya duduk di dekat pertengahan dan seterusnya. Di samping Shintarou kosong. Film dimulai yang ternyata Insidious Chapter 3.
(WARNING: KEMUNGKINAN BANYAK SPOILER INSIDIOUS CHAPTER 3!).
DISCLAIMER: tokoh-tokoh di Insidious Chapter 3 bukan punya saya. Punya yang punya lah.
Sampai pertengahan film, Shiina hanya sesekali memejamkan mata atau berteriak karena adegan si jiwa sesat atau iblis itu memunculkan diri dengan cara mengagetkan. Atsushi hanya sibuk dengan makanannya, sementara Tatsuya fokus menguak apa yang terjadi (niatnya mau spoil ceritanya.) dan Shintarou juga fokus sambil sesekali melirik adiknya yang kadang ketakutan.
Sampai sebuah mobil menabrak seorang gadis yang sedang diincar jiwanya tersebut. Quinn Brenner.
"AAA!" seisi bioskop heboh, kecuali Tatsuya, dan Shintarou. Atsushi hanya kebingungan dengan apa yang barusan terjadi. "~Are? Douishite?"
Shintarou dengan sigap langsung berkata, "Aku tidak berteriak ataupun takut, nodayo." Sementara itu Shiina juga ikut berteriak dan dengan refleks memeluk lengan Shintarou. "Ahh.. seram." dengan tetap memejamkan mata dan memeluk lengan Shintarou. Shintarou tersenyum kecil.
"Makanya jangan nonton ini!" Shintarou puas.
"A-aku tidak takut kok," bantah Shiina lalu lanjut nonton.
Saat gadis itu dirawat, handphone seseorang berbunyi yang berasal dari handphone... Tatsuya! Rupanya Tatsuya lupa untuk mematikan handphone-nya. Shintarou ingin menegur, tetapi Tatsuya sudah mengangkatnya duluan.
"Moshi moshi," sapa Tatsuya.
"Ah Tatsuya, kau sedang dimana?" tanya orang tersebut yang ternyata adalah Kagami Taiga.
"Di bioskop, sedang nonton. Ada apa?" Tatsuya memelankan suaranya.
"Tidak. Tadinya mau berangkat sama kamu, tapi ternyata sudah duluan. Jadi aku lagi otwke mall nih." jelas Taiga.
"Shtt.. Lagi nonton, jadi gak boleh nelphone." Tatsuya mengakhiri pembicaraan tersebut.
.
"Hey Himuro, dilarang menelphone saat sedang nonton, bisa menganggu yang lain." tegur Shintarou sambil membetulkan kacamata.
Tatsuya mengangguk. "Dan tidak boleh berisik juga." balasnya. Namun yang bersangkutan tidak menghiraukannya.
Kembali ke alur film-nya. Quinn sudah pulang dari rumah sakit. Kakinya cidera parah. Ia sedang beristirahat di kamarnya. Ia melihat tulisan yang Hector tulis pada perban tebal di kakinya. Quinn tersenyum.
Quinn mengetuk-ngetuk tembok yang langsung bersebelahan dengan Hector. Lalu dibalas, begitu selanjutnya. Saling ketuk mengetuk.
Lalu Quinn men-chat Hector, dan chat yang berikunya,
Apa aku membangunkanmu?
Tidak. Aku sedang tidak ada di rumah, aku sedang dirumah nenek.
Membaca kata-kata Hector barusan, Quinn langsung tengok kanan kiri lalu memutuskan untuk tidur. Saat ia mencoba tidur, tangan iblis itu menyentuhnya dan Quinn berteriak.
"AAA!"
Teriakan di atas adalah teriakan Shiina. Mungkin yang berteriak hanya Quinn dan Shiina.
.
Quinn sedang mengobrol dengan Maggie lewat laptop. Saat Maggie berkata bahwa ada adik Quinn di sebelahnya. Shiina mulai sedikit memejamkan matanya.
Sampai iblis itu datang. Iblis itu mematikan lampu, menjatuhkan Quinn dari ranjang, dan hampir membunuh Quinn dengan cara mencekiknya dari atas.
Shiina hanya berteriak sambil memukul-mukul lengan Shintarou yang ditanggapi dengan, kan sudah kubilang jangan nonton ini.
.
Lanjut adegan Quinn dibawa oleh iblis tersebut ke lantai atas. Iblis tersebut menjatuhkan Quinn dari kursi rodanya.
Setengah jiwa Quinn datang, Quinn mengetuk-ngetuk lantai untuk meminta pertolongan kepada ayah dan orang lain yang ada di lantai bawahnya, karena di lantai tersebut tidak ada yang menghuni.
"Baka baka baka! Aku gak mau lanjut nonton lagi!" Shiina melanjutkan adegan yang ia lakukan seperti sebelumnya dan direspon dengan respon yang sama oleh Shintarou.
Dari adegan itu, setiap ada kejadian yang tegang-tegangnya Shiina selalu melakukan hal yang sama sambil mengulurkan kata-kata yang biasa orang ucapkan saat sedang greget (Anak meme pasti langsung inget Mad Dog :v) dan mengeluh tidak ingin melanjutkan film.
Sampai adegan klimaks nya, yaitu saat Elise sedang ke dunia gelap itu untuk menyelamatkan Quinn.
"Ayo cepat, cepat. Keburu dianya ngejar. Cepat, cepat!" Shiina greget sendiri.
"Jangan berisik." tegur Shintarou.
"Lagian lama banget, sih!"
"Gak usah berisik juga kali, ganggu yang lain! Nodayo."
Saat iblis itu berhasil mendapatkan seluruh jiwa Quinn, "Tuh kan, dianya jadi berhasil!" kesal Shiina.
Shintarou hanya diam.
Setelah kesal-kesalnya, akhirnya tampak senyuman di bibir Shiina, karena mereka berhasil menghadapi sosok iblis tersebut.
Shintarou melihatnya langsung bersemu lalu menatap lurus kembali.
Dan tidak lupa kejutan dari film dan teriakan terakhir Shiina. Saat Elise bersiap-siap tidur lalu muncul iblis itu lagi dengan tiba-tiba.
"AAA!" lagi-lagi teriakan yang familiar bagi Shintarou terdengar lagi.
Dan entah bagaimana Shiina langsung meloncat ke arah pangkuan Shintarou dan menjatuhkan bonekanya. Shiina langsung memeluk erat Shintarou.
"H-hey, sudah-sudah. Lagipula film nya sudah selesai kok," Shintarou menenangkan adiknya. Shiina melepas pelukannya pada Shintarou, Shintarou sebenarnya ingin tetap begitu.
Lampu-lampu sudah menyala dan Shiina berdiri untuk keluar bersama yang lain.
"Kau menjatuhkan bonekanya, nanodayo." Shintarou memungut boneka pemberiannya.
"Tolong pegang dulu, Shin-nii."
Mereka berempat keluar. Atsushi meninggalkan semua bungkus makanannya di kursi tersebut. Biar petugas yang akan membuang dan membersihkannya, pikir Atsushi.
Dan tidak lupa saat mereka berempat berdiri, orang-orang menatapnya sinis. Mereka menatap mereka dengan sinis karena mereka terlalu berisik dan paling berisik selama film itu diputar, dan mereka jadi tidak bisa menikmati film tersebut.
Tatsuya berisik karena soal menelphone tadi dan memberitahu adegan selanjutnya yang ia dapatkan dari trailer dan berpikir sendiri, tapi anehnya dia itu ngomong sendiri.
Atsushi berisik karena kunyahan dari popcorn dan makanan lainnya.
Shiina berisik karena berteriak-teriak sendiri.
Shintarou tentu saja berisik karena meladeni ocehan Shiina.
.
"Ayo kita makan dulu," ajak Tatsuya sambil melirik arlojinya yang menunjukkan hampir jam makan siang.
Shintarou cuma mau jalan-jalan berdua adiknya saja, jadi ia menolak.
"Murasakibara dan Himuro duluan saja,"
"Begitu, yaudah bye, Mido-chin dan Shii-chin,"
Mereka berlalu.
"Shin-nii kenapa gak ikut?"
"Nanti saja, nodayo."
"Yaudah, kalau begitu kita ke situ dulu." Shiina menunjuk ke sebuah Timezone.
Shiina menggandeng tangan Shintarou yang tidak terlalu jauh dari jangkauannya. Shintarou hanya diam.
TIMEZONE
"Ini kan harus pakai koin atau kartu, nanodayo." ujar Shintarou sesampainya di dalam Timezone.
"Tenang." Shiina mengeluarkan sebuah kartu dari sakunya. "Pulsanya juga masih banyak kok," lanjutnya.
"Sejak kapan kamu suka main ke sini?" tanya Shintarou terkejut. Ia menyentil kening Shiina.
"It-itte." ringis Shiina. "Sudah dari dua bulan yang lalu. Dari kemarin-kemarin aku ajak Shin-nii, Shin-nii bilang sibuk belajar sama latihan. Waktu hari libur Shin-nii bilang lelah. Yaudah gak jadi-jadi." jelas Shiina dengan raut wajah yang tiba-tiba menjadi cemberut.
"Baka! Aku pasti bisa kalau kau bilang dengan jelas!" tsunderenya kumat. Ada nada senang karena adiknya ingin berjalan-jalan dengan Shintarou dari dulu, ada juga nada penyesalan karena tidak bisa menghabiskan waktu bersama sang adik yang dikarenakan permintaan dengan kata-kata tidak jelas dari adiknya.
Saat Shiina ingin membalasnya, ada sebuah suara yang memanggil mereka, "Are? Ada Midorimacchi dan Shii-chan ssu! seru Ryouta sambil menghampiri mereka berdua.
"Kise/Kise-nii?"
"Yo!" sapa Ryouta yang sudah berada di dekat kakak-adik Midorima tersebut.
"Sedang apa kau ke sini?" tanya Shintarou dengan nada tsundere plus sewot.
"Tentu saja mau main sekalian jalan-jalan, ssu!" jawab Ryouta enteng.
"Shii-chan, poni-mu agak memanjang ya," Ryouta beralih kepada Shiina lalu mengibaskan poninya.
"Ah.. sepertinya begitu," Shiina tersenyum manis.
"Shii-chan juga tambah manis, ssu." kagum Ryouta mencubit gemas pipi Shiina dan langsung memeluknya.
Melihat adegan di depannya, Shintarou tidak terima dan langsung menarik kerah belakang Ryouta. "Apa yang kau lakukan, nodayo?" Shintarou cemburu.
"Nandayo, Midorimacchi? Itu cuma salam saja, ssu." Ryouta jengkel. "Kalau begitu, aku ke permainan di sana dulu ya, Shii-chan!" Ryouta langsung menuju permainan yang ada di pojok.
"Shin-nii kita ke situ yuk!" Shiina menunjuk sebuah permainan Street Basketball, permainan untuk melatih shoot three-point.
"Aku tidak berniat, kau saja." Shintarou pura-pura menolaknya.
"Aahhh... Ayolah Shin-nii," Shiina terus memohon.
"Baik. Tapi aku melakukannya bukan berarti aku ingin, loh. Ini karena kau memaksa." lagi-lagi tsundere.
"Iya, iya." Shintarou menyerahkan boneka yang dipegangnya.
Shiina menggesek kartunya. Shintarou mulai menembakkan shoot three-point dan mengalahkan top score dengan jarak yang lebar.
"Sughee..." kagum Shiina. Shintarou hanya mendelik.
"Shin-nii, aku juga mau coba dong!" pinta Shiina.
"Baiklah. Tapi karena kau adik dari shooting guard terhebat seantero Jepang, kau tidak boleh memalukan." Shintarou membanggakan diri.
"Sombong banget sih. Aku juga bisa shoot kali," Shiina jadi jengkel. Shiina melempar boneka itu ke arah Shintarou.
"Hm. Coba saja." tantang Shintarou.
Tak ada angin tak ada badai, yang ada udara. Score-nya satu point di bawah Shintarou!
Kaca pada kacamata Shintarou melorot hingga jatuh ke lantai. Walaupun tidak sama atau di atasnya, kalau anak kelas 5 SD bisa mencapai score The Best Shooter, itu sungguh mengagumkan.
"Bagaimana, hah?" Shiina menyeringai. Shintarou mencoba untuk tidak terlihat terkejut.
"Biasa." responnya. "Itu pasti karena kau punya lucky item hari ini." sanggah Shintarou.
"Ish, ngeles aja sih." Shiina jengkel lagi.
Mereka menuju permainan Hockey Table.
Shintarou menggesek kartunya.
TAS! TAS! TAS! TAS!
Sudah sekitar 30 detik mereka bermain, belum ada satupun yang mencetak angka.
"Aku pasti yang menang!" Shiina bersemangat.
"Tidak bisa. Aku yang menang, nanodayo." Shintarou menyelanya.
TAS! TAS! TAS! TAS!
Begitu terus sampai akhirnya... 3-1 dimenangkan oleh Midorima...
Shintarou!
"Ish!" kesal Shiina.
Mereka melanjutkan permainan menuju Time Crisis.
Sekarang mereka bermain dalam tim. Shiina menempati Player 1 dan Shintarou Player 2.
Kadang mereka kompak, kadang juga enggak. Saat mereka sedang tidak kompak, mereka jadi paling berisik dan menjadi pusat perhatian.
"Ke kanan, nodayo."
"Bukan. Harusnya ke kiri!"
"Kalau ke kiri, ada jebakan!"
"Tidak! Jebakannya itu ada di sebelah kanan!"
"Kiri!"
"Kanan!"
"Kiri. Hey, ayo cepat tembak bersama, nodayo!"
"Sebentar dulu, kita harus menepatkan tembakan dulu!"
"Perhitunganku sudah tepat. Ayo, keburu musuhnya mendekat!"
"Ish!"
Mereka melanjutkan permainan menuju Maximum Tune, game balapan.
Mereka mengambil tempat bersebelahan. "Nee, Shin-nii kita lomba banyak-banyakan yuk," ajak Shiina dengan girang.
"Siapa yang takut, nodayo."
Mereka kebut-kebutan sampai akhirnya dimenangkan oleh Shiina.
"Yes!" serunya girang.
Shintarou tidak sepenuhnya kesal. Karena ia bisa melihat kegirangan adiknya.
"Jangan senang dulu, tadi itu aku hanya mengalah, nodayo." Shintarou ngeles lagi.
"Alah, gak usah bohong deh, orang tadi raut muka Shin-nii serius banget. Haha," Shiina terkekeh.
Empat tanda siku-siku muncul di pinggiran jidat Shintarou.
"Ih, biarin."
Mereka memilih-milih permainan yang lain. Sementara itu Shiina bertanya sesuatu yang cukup aneh atau absurd.
"Shin-nii, ngomong-ngomong soal zone-zone gitu, memangnya friendzone, brother-sisterzone dan ojekzone itu maksudnya apa sih?" tanya Shiina dengan polos.
Shintarou berhenti melangkah, sontak Shiina juga mengikutinya.
"Darimana kau tahu kata-kata itu?" tanya Shintarou sambil menatap Shiina tajam.
"..eh? Dari teman."
"Oke, jangan berteman lagi dengannya, nodayo." ucap Shintarou seenak jidatnya. Shintarou lanjut jalan.
"Ih... Nande? Dia 'kan temanku!" Shiina tidak terima.
"Kau bisa menjadi tidak benar jika kau berteman dengannya."
"Kenapa? Lagipula Shin-nii belum menjawab pertanyaanku tadi!" Shiina mulai jengkel dengan kakaknya.
"Lupakan kata-kata yang tadi." perintah Shintarou sambil menatap tajam ke arah Shiina.
Karena Shiina takut dengan tatapan horornya barusan, ia mengangguk dan menyusul Shintarou. Shintarou mengusap-ngusap puncak kepala Shiina.
Sebenarnya Shintarou menyuruh Shiina berhenti berteman dan melupakan kata-kata barusan karena Shintarou tidak mau jika adiknya memasukkan seorang laki-laki ke dalam friendzone. Bagaimana pun juga Shintarou 'kan juga lelaki. Itu alasan pertama.
Alasan kedua adalah brother-sisterzone, Shintarou tidak mau Shiina menganggap orang lain sebagai kakak atau adiknya, karena takut Shiina akan lebih sayang terhadap kakak atau adik angkatnya tersebut.
Alasan ketiga adalah ojekzone, Shintarou tidak mau Shiina hanya memanfaatkan orang lain secara tidak langsung. Walaupun mungkin nanti Shiina tidak sadar.
"Oh ya Shiina, kalau ada lelaki yang ngajak kenal kamu, anter-jemput kamu saat SMP atau SMA nanti, jangan mau. Kamu harus bilang-bilang padaku dulu!" perintah Shintarou.
"Iya."
Mereka melewati Dance-Dance Revolution. Begitu melihatnya Shiina langsung tertarik.
"Shin-nii coba yang ini," suruh Shiina.
"Baka! Tidak mungkin aku melakukannya," Kali ini Shintarou benar-benar menolaknya.
Ryouta melihat mereka, langsung menghampiri mereka lagi.
"Shii-chan kau mau mencoba itu?" tanya Ryouta dengan nada merayunya itu.
"Enggak. Aku maunya Shin-nii yang melakukannya, tapi dia gak mau." adu Shiina.
"Kalau begitu aku saja yang menggantikannya," Ryouta mengedipkan sebelah matanya. Wajah Shiina kembali ceria.
"Memangnya kau bisa, Kise?" tanya Shintarou.
"Oh ya, dulu kan Midorimacchi tidak melihatnya!" Ryouta agak kesal.
(Kalau mau lebih lanjut baca Light Novel nya!)
Ryouta menggesek kartunya. Ia mulai menari, ia juga memakai perfect copy nya. Meniru kelincahan Daiki dan memakai emperor eye Seijuurou.
Well, tidak memakai perfect copy juga bisa, hanya saja itu untuk gadis kecil yang manis.
Shintarou melirik sinis ke arah Ryouta. Shiina terlihat girang.
Wokeh. Ryouta mencetak top score!
"Sughe.. Kise-nii!"
"Arigatou Shii-chan!" Ryouta mengacungkan jempol.
Shintarou tampak kesal.
Mereka menuju mesin boneka. Permainan yang bisa membuat pemainnya menjadi darah tinggi, bokek berkepanjangan dan hal-hal merugikan lainnya.
"Ahh.. Gk bisa!" Shiina memukul-mukul mesin boneka tersebut. Ini sudah kesekian kalinya ia mencoba.
"Sini, biar aku yang mendapatkannya." Shintarou mengambil alih. "Wah, sankyu Shin-nii!" Shiina tersenyum lagi. "Ta-tapi aku melakukannya bukan karena aku ingin, tetapi karena kau terus mengoceh," biasa lah tsunderenya.
"Shii-chan tsunderenya Midorimacchi kumat tuh," Ryouta berisik kepada Shiina.
"Memang." balasnya singkat.
Shintarou mulai menjadi mesin-jadi mesin-jadi mesin :v. Apakah Shintarou berhasil mendapatkan boneka?
To be continued...
