We All Weren't Born to Recount
By taskebab
.
.
.
.
We All Weren't Born to Recount
.
.
Fandom | Gundam 00
Disclaimer | Sunrise dan Bandai
Main Character | Tieria
Genre | Friendship, Suspense
Pairing | None
Rating | K
Warning | Maybe OOC-ness, abal-ness, gaje-ness, abstrak-ness, dll.
.
.
Summary
'Buatan' teknologi dapat mengerti, namun tidak dapat memahami. Namun Tieria kini mulai belajar, paling tidak memahami dirinya sendiri.
Author Note
Fanfiksi ini terinspirasi dari sebuah iklan sampo (merk dirahasiakan, yang jelas udah tenar juga di Indonesia) di Thailand yang begitu menyentuh saya ='D
.
.
.
.
We All Weren't Born to Recount
.
.
.
.
Ia merenung sendirian. Rambut ungunya jatuh dengan layu.
Ia sangat ingin mengerti, namun tidak memahami. Bukan – ia tidak ingin sekedar tahu atau mengerti. Karena kalau begitu saja ; dengan intelejensinya yang seakan tak berbatas – ia mampu.
Namun seberapa kuatnya ia berusaha, ia tetaplah sebuah bio-terminal. Ya, kau boleh katakan bahwa jaman sekarang, teknologi begitu canggih dan maju daripada tiga ratus tahun yang lalu. Namun kekurangan mesin-mesin ini tetap ada. Cela yang kekal, yang menjadi inti dari pengkajian teknologi terus menerus.
.
.
'Buatan' dari teknologi bisa mengerti, namun tidak bisa memahami.
.
.
Tidak akan pernah bisa.
.
.
Terkadang ia merasa kesal dengan dirinya sendiri. Dibalik sifat superior-nya yang sepertinya sudah meresap ke dalam seluruh aspek-aspek 'kehidupan'nya, tersembunyi sebuah sifat inferior nan rendah diri. Ya, terkadang ia takut akan perbedaan, ia takut akan teknologi, ia takut akan dirinya sendiri.
.
.
Intinya satu, bahwa ia tidak ingin berbeda. Ia ingin menjadi manusia yang dapat memahami satu sama lain.
.
.
Dalam pandangan mata merahnya kini tergambar berbagai pertanyaan yang berbumbu dengan kecerdasan alamiahnya yang tinggi. Mengapa aku bukan manusia? Mengapa aku di sini? Mengapa aku ingin menjadi manusia? Mengapa aku tidak bisa memahami?
.
.
'Mengapa aku ini… 'aku'?'
.
.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari seorang manusia buatan yang seharusnya menjadi dasar hidup semua manusia di dunia ini, sepertinya butuh intelejensi yang sama tinggi, sama tingkat, sama kelas, sama level. Namun kenyataannya tidak.
.
.
"Lockon, mengapa aku berbeda dengan yang lain?"
.
.
"Tieria, mengapa kau harus jadi seperti yang lain?"
.
.
Dan sekarang Tieria mampu memahami bahwa ia adalah ia.
.
.
Dan, tidak butuh intelejensi untuk menjawabnya. Hanya butuh hati, dan perasaan memahami.
.
.
.
.
-END-
