Saat ini tahun ajaran baru , dan banyak yang menjadi siswa baru. Renjun bisa dipanggil Jun, atau apapun yang menyangkut gigi gingsulnya membuat wajahnya lebih manis , ya apalagi saat tersenyum , adalah salah satu dari sekian siswa yang baru diterima di SMA yang cukup terkenal dikotanya.

Banyak siswa yang akan ke kantin saat jam istirahat, begitu juga dengan Renjun. Sekarang dia berdiri didepan kelas , menunggu seseorang yang entah akan datang atau tidak untuk diajak ke kantin bersama. Bukan karena dia tidak dekat dengan teman sekelasnya,tapi kaena sudah lama Renjun tidak melihat siswa yang ditunggunya ini. Satu minggu ?atau hampir 2 minggu ? mereka hanya bicara lewat smartphone tanpa bertemu tak lupa saling berkomentar di akun sosial mereka tentu.

"hei ,Jeno!"

Jeno yang sedang berbicara dengan teman kelasnya tidak mendengar ada orang yang memanggilnya

"LEE JENO !" teriak Renjun lagi sambil mengangkat tangannya , dan berhasil. Jeno melihat kearahnya sambil tersenyum kemudian lari kearahnya.

"hm,maaf aku tidak dengar tadi ." ucapnya pelan ketika sudah berhadapan dengan Renjun

"ya, tak apa. Ayo ke kantin , aku sengaja menunggumu tadi. Hehehe"

Mereka kemudian bersama-sama ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah minta diisi. Jeno , Renjun dan teman Jeno duduk dibangku yang sama ditambah dengan teman teman jeno lainnya yang baru tiba dikantin setelah mereka .

Jeno memang cukup terkenal sebagai siswa baru yang tampan. Selain tampan , Jeno pernah menjuarai lomba Karate di kotanya ditambah lagi dia baik dan jadi ketua kelas. Semua itu sudah cukup menjadi alas an kenapa dia populer di sekolahnya yang baru, karena disekolahnya yang lama juga begitu.

"Hai,namaku Jaemin. Aku sekelas dengan Jeno." Sapa salah satu siswa yang duduk didepan Renjun.

"Namaku Renjun, aku dari sekolah yang sama dengan Jeno" jawab renjun menerima uluran tangan Jaemin.

"Disebelahku Sanha, lalu dia Haechan. Haechan itu teman Karate Jeno, " Ucap Jaemin lagi terlihat ramah. Sebenarnya Renjun juga orang yang ramah, tapi dia terlalu mudah malu dan khawatir , berbeda dengan Jeno maupun Jaemin yang terlihat mudah sekali mendapatkan teman.

Renjun sebenarnya sudah tau kalau Haechan teman karate Jeno. Dia sering melihat mereka pulang bersama saat SMP dulu. Tapi renjun tidak pernah tau namanya, hanya wajahnya dan suaranya karena mereka tidak pernah berkenalan.

Renjun hanya menanggapi dengan anggukan , kemudian kembali menyuap mankanan yang sudah dia pesan. Kantin disini lebih luas dari sekolahnya yang dulu, makanannya juga lebih beragam. Sejenak Renjun merasa beruntung sekolah disini.

"Nanti langsung pulang ? atau belajar dulu denganku dikelas ?" Tanya Renjun pada Jeno ketika mereka berjalan menuju kelas.

"Nanti aku akan kepabrik. Eomma minta bantuanku kemarin ,jadi aku harus kesana."

"Hm. Kapan kapan ajak aku ke pabrik rotimu ya ,aku ingin kesana juga "

"Ya, nanti kalau kau ada waktu . Lebih baik kau fokus belajar, jangan banyak main." Jawab Jeno sambil mengusak rambut Renjun. Setidaknya Jeno lebih dewasa dari Renjun. Dia bahkan lebih mengerti kondisi Renjun dibandingkan renjun sendiri.

Saat seleksi penerimaan siswa baru, Renjun masuk dalam kelas Akselerasi yang menjadikan waktu belajarnya disekolah lebih singkat dari yang lainnya. Jeno selalu mengingatkan untuk terus belajar , karena Renjun sebenarnya bukan anak yang rajin ,dan Jeno tahu itu. Dulu saat SMP Jeno mungkin masih bisa mengajak Renjun latihan untuk grup band mereka , tapi sejak mereka masuk SMA Jeno tidak pernah lagi mengajak Renjun keluar. Khawatir jika mengganggu waktu belajar Renjun 'katanya'.

"Noona … " teriak Renjun di ruang tamu rumah mereka

"Noona…." diulangnya lagi karena belum ada jawaban dari noonanya.

"Mungkin belum pulang" ucapnya pelan kemudian melangkah menuju kamarnya.

Orangtuanya jarang ada dirumah saat pagi dan siang. Saat sore, mamanya akan pulang setelah menjaga toko sedangkan papanya baru pulang saat malam. Sebenarnya Renjun tidak begitu dekat dengan Noonanya, dia lebih sering curhat dengan Jeno karena mereka sama-sama laki-laki,mungkin itu alasannya. Tapi akhir-akhir ini dia ingin lebih dekat dengan kakaknya itu , karena Yi yang –kakaknya akan lulus tahun depan dan kemungkinan akan kuliah diluar kota. Mungkin intensitas bertemu mereka tidak akan sesering ini nantinya.

Renjun meletakkan tas dimeja belajar, kemudian melepas kaos kakinya dan dia lemparkan sembarangan. Tak apa , nanti paginya juga pasti masih ditempat yang sama. Hal berikutnya yang dia lakukan , yaitu melihat smartphonenya, barangkali ada pesan dari Jeno. Menurut Renjun , Jeno adalah sahabat pertamanya, yaaah untuk seseorang yang pemalu sepertinya sangat susah untuk menunjukkan sifat aslinya bahkan rahasia atau masalah pribadinya pada teman-temannya .Dan selamat , karena Jeno berhasil mengambil kepercayaan Renjun saat kelas 3 SMP.

Jika tidak ada pesan , renjun akan tidur hingga sore. Bangun untuk mandi dan makan malam ,lalu membuka laptop untuk browsing setelah itu akan tidur jika tidak ada PR. "Tidur saja selagi bisa" itu moto hidupnya sebagai pelajar. Yak arena memang saat menjadi pelajar , ada saat dimana tugas sekolah menumpuk hingga tidur tengah malam dan ada saat dimana tidak ada PR , dan saat-saat seperti itu lebih baik digunakan untuk tidur.

Tidak ada yang istimewa atau berbeda dari hari-hari Renjun. Dia salah satu manusia yang diciptakan untuk punya kepribadian malas bergerak, jadi tidak mungkin dia ikut ekstrakulikuler atau les atau belajar bersama (kecuali dengan Jeno) seperti pelajar lainnya.

Hari-hari Renjun saat sekolah hanya diisi dengan masuk kelas, berdoa , lalu mendengarkan penjelasan guru, pura-pura menulis kemudian makan dikantin bersama teman sekelas atau bersama Jeno , kemudian masuk kelas , mendengarkan penjelasan guru lagi kemudian piket dan pulang.

Ada kegiatan lain lagi yang dilakukan Renjun , menemani Jeno latihan. Berawal dari Renjun yang mengirimkan pesan pada Jeno "Sedang apa ? aku bosan" kemudian dijawab dengan "kesekolah saja , aku sedang latihan karate . Bawakan aku air, aku lupa beli tadi" ,menemani Jeno latihan menjadi jadwal tambahannya. Renjun suka perasaan itu. Ketika teman-teman Jeno melihat mereka seperti sahabat sejati yang rela menunggu sahabatnya latihan meskipun bisa saja dia mati bosan. Dia juga ingin Jeno menganggap renjun sebagai seeorang yang selalu ada untuknya karena dia juga beranggapan Jeno selalu ada untuknya.

"Ayo nonton film , kita belum pernah nonton film bersama" Ajak Jeno yang baru saja selesai latihan .

"Film apa ? aku tidak suka melihat film, itu palsu" jawab Renjun

"Horror mungkin , sekali saja. Kita benar-benar belum pernah melakukannya" Jeno terus membujuk Renjun untuk melihat film bersama. Menurutnya alasan Renjun menolak ajakannya melihat film itu tidak masuk akal. Ya Jeno juga tau kalau film itu hanya 'buatan' dan tidak nyata, ya mungkin ada alurnya yang memang berasal dari kisah nyata.

"Aku sangat alergi film horror , jadi lihat sendiri saja"

"Aku juga takut , kita sama-sama takut . Jadi ayo nonton bersama, dikamarku pakai laptopku"

Kata-kata Jeno sedikitpun tidak membuat Renjun mencoba berani melihat film horror ,

"Ya , ayo"

Tapi entah kenapa Renjun menyetujui ajakannya. Mungkin pikirnya itu lebih baik dari pada sendirian dikamarnya kalau dia langsung pulang.

Bukan hanya sekali Jeno berbohong .Mulai dari dia mengaku hanya lari dan karate yang dia bisa kemudian dia dapat nilai tertinggi saat renang, kemudian dia bilang aka nada pertandingan karate ternyata dia bersekongkol dengan teman sekelasnya untuk memberi kejutan untuk Renjun saat ulang tahunnya dan kebohongan lainnya yang selalu renjun percaya. Termasuk juga ucapan "kita sama-sama takut" yang jeno katakana tidak sampai sejam yang lalu. Karena sekarang yang terlihat Renjun terus bersembunyi dibelakang punggung Jeno hingga film hampir habis. Awalnya mereka duduk bersebelahan dengan laptop diatas meja belajar Jeno , kemudian dimenit-menit berikutnya Jeno hanya diam dan Renjun terus mengganti posisinya hingga dibelakang Jeno.

"kau bilang tadi takut film horror"

"Menurutku itu tidak horror , jadi aku tidak takut." Jawab Jeno santai. Sejujurnya Renjun ingin memukul kepala Jeno dengan barang apapun yang ada , tapi Renjun ingat ini kamar Jeno dan semua barang yang ada disini juga milik jeno, jadi tidak mungkin dia melakukan hal itu.

"Dddrrrttt… drrrtttt"

"Hapemu bunyi" Jeno segera mengambil smartphone ditasnya yang dia letakkan di dekat renjun.

"Siapa ?" Renjun penasaran dengan siapa yang mengirim pesan pada Jeno. Well, tidak apa-apa kan selaku sahabat untuk ingin tau , meskipun itu sepertinya rahasia.

"Orang yang kusuka,hahaha"

Terlihat raut wajah bahagia saat Jeno mejawabnya. Sepertinya dia sangat senang orang yang dia suka mengirimnya pesan .

"Siapa namanya ?sekolah dimana ?" Tanya Renjun lagi. Ketika tahu Jeno menyukai seseorang , hal itu segera meningkatkan rasa penasarannya . Apa mungkin Renjun tau orangnya ?apa dia secantin Yoona SNSD bias Jeno yang sering diagung-agungkan Jeno sejak dulu ?.

"Yeri ,kakak kelas kita. Kau pasti tidak tahu,"

"Ya aku memang tidak tahu. Kapan-kapan kenalkan aku padanya, setuju ?" Bujuk Renjun, daripada dia penasaran dengan kakak kelas yang disukai Jeno dan menjadi stalker lebih baik minta dikenalkan saja, lebih praktis dan tanpa resiko .

"Yoi, tapi jangan sampai kamu naksir juga"

"hm.."Renjun memutar bola matanya malas. Sebenarnya dia punya standar tipe ideal yang tinggi , jadi menurutnya sangat kecil kemungkinan menyukai kakak kelas itu juga. Orang yang masuk dalam tipe ideal Renjun harus pintar , tinggi, putih , mata yang indah, dan punya tubuh yang bagus juga .Harus dilingkari perihal "pintar" itu ,karena bukan Cuma Renjun tapi mama dan papanya juga ingin renjun mencari yang pintar-pintar.

"Renjun, pacarmu didepan kelas" teriak temannya dari luar kelasnya .

"Apasih " jawabnya pelan. Sudah bisa ditebak itu Jeno. Satu-satunya temannya dari kelas lain dan satu-satunya siswa yang akan mencarinya saat pulang atau saat istirahat. Sebenarnya Jeno tidak setiap hari akan mencarinya , mungkin seminggu dua kali atau sekali , mungkin Jeno merindukannya karena mereka benar-benar jarang bertemu setelah sekolah kecuali saat Jeno latihan karate. Renjun memang berharap Jeno merindukannya , tapi entah bagaimana sebenarnya karena saat jeno mencarinya setelahnya dia akan menceritakan apa saja kejadian terakhir yang menimpanya termasuk cerita tentang kakak kelas yang disukainya itu. Sedikit tidak suka saat Jeno terus menceritakan Yeri .Pasalnya , Renjun sudah sering menjawab dengan "Kau kan suka dia , ya coba nyatakan saja. Kalau kamu begini terus dia mana mungkin tahu" ,kemudian Jeno jawab dengan "iya nanti tunggu waktu yang pas", tapi sampai sekarang dia hanya dengar curhatan Jeno seperti "Yeri noona kemarin mengirimku pesan begini… begitu …. Aku sempat bingung harus jawab apa blab la blabla" tidak pernah ada kemajuan dihubungan mereka . Dalam kondisi yang begini tidak mungkin Renjun jawab dengan "Aku bosan kamu terus cerita tentang Yeri noona " karena bisa jadi Jeno menganggap Renjun satu-satunya yang bisa dia ajak bicara tentang kakak kelas itu. Perihal janji untuk dikenalkan , Renjun sudah melupakan itu karena setiap kali mereka bertiga bertemu Jeno tidak pernah mencoba memperkenalkan mereka sekalipun Renjun memberi kode. Entah apa maksud Jeno melakukan itu dia tidak terlalu peduli karena setidaknya Renjun sudah tau wajah 'kakak tingkat yang disukai sahabatnya'.

"Sabtu malam nanti kau mau kemana ?" Tanya Jeno saat mereka berhenti didepan gerbang sekolah

"Tidak kemana-mana , kamu?"

"Aku belajar bersama dengan Yeri Noona , tidak keluar dengan temanmu ?"

"Temanku selain disekolah kan cuma kamu" jawab Renjun

"Oke ,kalau aku pulang dulu. " pamit Jeno sambil melambaikan telapak tangannya. Rumah Jeno dekat dengan sekolahnya ,sedangkan Renjun harus naik bus terlebih dahulu untuk sampai dirumahnya.

Tepat seperti apa yang dia katakan pada Jeno , saat sabtu malam dia hanya terus browsing dengan laptopnya dia meja belajar. Tidak tau akan melakukan apa lagi dan Renjun juga tidak pernah bosan melakukannya. Entah melakukan game online , melihat video , mendengarkan musik atau membaca artikel tentang planet yang dia sukai.

Kemudian Renjun beranjak menuju kamar Noonanya , mungkin Yi yang bisa mengajaknya melakukan hal lain sebelum renjun punya kelainan mata karena melihat layar laptop terlalu sering.

"Noona,kau sedang apa ?"Tanya Renjun setelah menutup pintu kamar Noonanya. Dia dan Yi yang tidak biasa mengetuk pintu terlebih dahulu saat masuk kamar.

"Nonton film , mau nonton bersama ?" tawar Yi yang

"Ya , aku juga bingung mau melakukan apa dikamar" renjun setuju untuk nonton film bersama kakaknya malam minggu itu. Meskipun renjun tidak tahu genre film apa yang diputar kakaknya .

Dilihatnya dilayar ada dua orang yang sedang menangis bersama dibawah hujan. Romance,tipikal wanita yang mendamba keromantisan , dan Renjun agak menyesal untuk menyetujui ajakan Noonanya.

"Dia punya lesung pipi ! kau lihat ?" Ucap Yi yang agak histeris ketika melihat lesung pipi pada salah satu orang yang terlihat di layar.

"aku tidak lihat . Yang laki-laki atau yang perempuan ?" jawab Renjun mencoba memfokuskan matanya pada layar untuk mencari bentukan lesung pipi disana ,dan nihil.

"Renjun,dua-duanya perempuan."

"HAH? Tapi…. Tapi mereka .. tadi ciuman di scene sebelumnya.." mata Renjun membulat , kaget karena entah dia yang bodoh atau apa , dia tidak sadar kalau mereka sama-sama perempuan.

"Ya memang kenapa , kan sekarang banyak yang suka sama sesama bilang kamu belum tau !"

"Aku memang belum tau. Tapi bisa saja yang mereka yang suka dengan sesame hanya salah mengartikan perasaan mereka. Maksudku , kan perasaan cinta itu ada banyak , bisa jadi mereka mengira itu perasaan cinta pada pasangan padahal sebenarnya itu perasaan cinta pada sahabat atau teman tidak lebih" Renjun memang sering melihat dua orang sesama jenis yang dekat , jalan beriringan, berpelukan , berpegangan tangan sebelumnya dan menurutnya itu biasa saja karena dia dan Jeno juga sering melakukannya.

"Apa mungkin gara-gara itu , teman-teman dikelasku sering menyebut Jeno pacarku" Tanya Renjun pelan pada Noonanya . Dia sudah sering menceritakan Jeno dan teman-temannya yang menyebalkan pada Yi yang , jadi kakaknya pasti mengerti maksudnya.

"Bagaimana kalau terbalik. Beberapa orang mungkin salah mengartikan perasaan mereka. Bisa jadi sebenarnya kamu suka Jeno sebagai pasangan bukan sebagai sahabat tapi kamu belum sadar karena kamu memang belum tau hal itu ada. Dan ya, bisa jadi teman-temanmu melihat kalian seperti itu" jawab Yi yang , yang membuat Renjun diam sejenak. Terlihat berpikir , kemudian menggelengkan kepalanya.

"Tidak mungkin begitu, " Renjun mencoba memastikan dirinya tidak begitu . Meskipun dia juga tidak yakin.

"Ya Noona juga berharap tidak begitu. Setahuku juga kau belum pernah suka siapa siapa. Tapi 2 minggu lalu kamu bilang suka menemani Jeno latihan karena tidak mau dia kehausan, suka senyumannya waktu minum air dari kamu, jeno kelihatan keren saat latihan , dan alasan lain yang mungkin noona sudah lupa apa saja. " Ada sedikit jeda setelahnya

"Jadi, kenapa tidak coba kamu pikirkan saja. Mungkin itu bisa jadi alasanmu tidak suka Yeri dan teman-teman Jeno lainnya atau selalu menunggu pesannya saat pulang sekolah bahkan bisa jadi itu alasan kamu menutup diri dari orang lain. "

TBC