Naruto © Masashi Kishimoto.

Pairing : ShikaNaru.

Genre : Drama/Romence.

Rate : T.

Warning : OOC, AU, typo(s), Boy Love.

DON'T LIKE DON'T READ!

I Will Love You © Yanz Namiyukimi-chan

Mereka hanya sepasang remaja yang sedang buta dengan namanya cinta. Tak peduli jika cinta mereka bertepuk sebelah tangan. Mengejar dan menanti itulah yang mereka lakukan. Tapi sampai kapan hal itu terjadi? Siapa yang akan tetap mengejar dan menanti cinta terbalaskan atau mencoba mencari cinta yang baru?

..:: Prolog ::..

.

.


.

.

Suasana tempat itu begitu riuh. Begitu ramai. Begitu berisik. Wajar saja ini bukan di rumah sakit yang harus menjaga volume suaramu demi ketenangan penghuninya. Dan ini juga bukan di pemakaman yang di mana-mana orang-orang hanya bisa terdiam dalam rasa duka mereka.

Ya, tempat itu hanya sebuah bangunan sekolah yang selalu diisi oleh berbagai macam tipe manusia.

"Woi, Naruto! Kau sedang memperhatikan apa?" tegur seorang anak laki-laki berambut kecoklatan dengan tanda segitiga berwarna merah di pipinya pada seseorang.

"Ahk! Ti-tidak ada," elak seorang pemuda berambut pirang cerah itu sambil menggelengkan kepalanya.

"Ah, ah, ah, lagi-lagi ternyata kau sedang memperhatikannya ya?" godanya setelah tahu apa yang telah menarik perhatian pemuda pirang itu sedari tadi hingga mengacuhkan keadaan sekelilingnya.

Sedangkan pemuda pirang itu—Naruto—memalingkan wajahnya berusaha menutupi rona merah muda di pipinya. Kiba menunjukkan cengiran lebarnya merasa tebakannya memang tidak salah sasaran. Ia sudah tahu jika Naruto—sahabatnya dari kecil—itu memang mempunyai perasaan khusus pada sosok yang selalu mendapat perhatian lebih dari pemuda pirang itu—Uchiha Sasuke. Siswa popular di kalangan murid-murid di sekolahnya khususnya murid-murid perempuan, SMU Konoha.

Uchiha Sasuke memang mempunyai wajah tampan dan diberi postur tubuh yang gagah. Well, mana ada yang tidak akan langsung jatuh cinta pada sosok yang terlihat sempurna itu?

Kiba terus saja menggoda Naruto yang tentu saja ditanggapi dengan bantahan-bantahan dari Naruto yang tidak akan pernah mempan untuk Kiba. Rona di pipinya terlihat semakin pekat saja di kulit tannya membuat Kiba semakin gencar melayangkan godaan-godaan manis yang membuat Naruto merasa malu.

Lemparan godaan dan bantahan itu terus terjadi, hingga tanpa disadari oleh mereka ada yang merasa terganggu karenanya.

"Ck, kalian ini berisik sekali! Kalian mengganggu tidurku, dasar merepotkan!" decak kesal seorang pemuda berambut nanas yang sudah merasa terganggu oleh suara berisik Naruto dan Kiba.

"Ini bukan kamarmu yang bisa seenaknya digunakan untuk tidur dengan nyaman, Baka Shikamaru!" balas Kiba tanpa merasa bersalah telah mengganggu kesenangan orang lain sambil berkacak pinggang.

"Dan ini juga bukan pasar yang bisa memasang suara keras-keras! Mentang-mentang tidak ada guru, kau jadi primitif dan menganggap ini di hutan, Baka—Kiba," seru Shikamaru menyindir dengan nada terdengar malas karena harus meladeni makhluk keras kepala macam Kiba.

"Kau…" Kiba menatap geram Shikamaru.

Pemuda berambut nanas tadi itu bilang apa? Dia anggap dirinya itu Tarzan, hah? Yang mempunyai bahasa ibu 'uu aa' itu? Yang benar saja! Dia bukan makhluk primitif, sialan! Ia manusia yang lahir di zaman modern. Jadi jangan sampai salah membedakan!

"Shikamaru… bersiaplah kau menemui AJALMU!"

Sepertinya tidak ada guru memang membuat murid-muridnya bertindak bebas, ya?

.

.


.

.

Langit telah berganti warna. Lembayung senja yang menghiasi cakrawala kini menjadi salah satu panorama alam yang tidak boleh dilewatkan begitu saja.

Terlihat tiga remaja laki-laki itu berjalan bersama. Akh! Sepertinya tidak bisa dikatakan seperti itu juga. Ya, yang terlihat hanya seorang lelaki berambut kecoklatan yang merangkul bahu sahabatnya dengan posesif dan membiarkan seorang pemuda berambut nanas berjalan sendirian di depan mereka.

Oke! Kiba seperti terlihat masih kesal dengan kelakuan Shikamaru waktu di kelas tadi. Dan akhirnya menahan pemuda pirang agar berjalan bersisian dengannya.

Naruto menghela napas melihat sifat temannya itu. Sedangkan Shikamaru cuek-cuek saja diperlakukan seperti itu oleh Kiba. Hah… ia tidak mau repot nantinya.

"Kiba, tidak biasanya kau ikut pulang bersama kami," seru Naruto entah maksudnya apa. Sekedar bertanya saja atau mencoba lepas dari suasana hening di antara mereka yang berkesan tidak nyaman itu. Atau… ya, memenuhi rasa penasarannya yang tiba-tiba saja Kiba ingin pulang bersama mereka. Ya, biasanya Naruto 'kan pulang berdua saja hanya dengan Shikamaru.

"Shino tidak bisa pulang bersamaku. Katanya ada kerja kelompok," jawab Kiba dengan nada kesal. Sepertinya mood-nya memang sedang buruk hari ini.

"Oh…" tanggap singkat Naruto.

Kembali mereka berjalan dalam keheningan di acara pulang bersama mereka.

"Ngh… Kiba?" panggil Naruto dengan ragu.

"Hm?"

"Menurutmu… bagaimana kalau aku menulis surat cinta untuk Sasuke?" ucap Naruto mengeluarkan apa yang sedari tadi mengganggu pikirannya. Pantas saja sejak tadi pemuda pirang itu diam terus tidak banyak bicara.

"A-apa!" seru Kiba kaget dengan apa yang diungkapkan Naruto padanya.

Tak hanya Kiba saja yang merasa kaget dengan ungkapan si blonde itu. Tapi si pemuda berambut nanas yang sedari tadi berjalan diam di depan mereka ikut merasa terkejut hingga menghentikan langkah kakinya. Entah kenapa tiba-tiba kakinya terasa beku saat itu juga.

"Hu—um," Naruto menganggukkan kepalanya sambil menggaruk pelan sebelah pipinya mencoba mengatasi perasaannya yang tiba-tiba merasa gugup.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Naruto sambil menatap lawan bicaranya penuh harapan.

"Emm… bagaimana ya? Tapi, apa… kau yakin, Naruto?" Kiba mengerlingkan matanya ke arah lain tak berani menatap langsung pada bola mata berwarna biru itu. Sebelah tangannya ikut gelisah menggaruk-garuk kepala bagian belakangnya.

Tanpa disadari oleh mereka semua, jika masalah ini sudah mengambil alih perhatian mereka dari acara perjalanan pulang mereka tadi. Sejenak mereka hanya bisa terdiam di tengah langit senja yang semakin pekat.

"Aku tidak setuju!" seru Shikamaru tiba-tiba mengeluarkan suaranya membuat Naruto maupun Kiba merasa terkejut.

"Memangnya kenapa?" tanya Naruto tidak mengerti. Bukankah Shikamaru selalu mendukungnya apa pun itu. Tapi kenapa sekarang pemuda itu terang-terangan melakukan sebuah penolakkan?

"Aku takut akhirnya kau yang akan kecewa," seru Shikamaru memasang wajah serius. Ia tidak mungkin mengabaikan masalah ini. Naruto bisa terluka jika ia berbuat hal nekat semacam itu.

"Maksudmu penolakkan Sasuke?" ucap Naruto mengerti apa maksud Shikamaru yang ingin disampaikan padanya. Naruto menundukkan kepalanya mencoba menyembunyikan raut wajahnya di balik poni pirangnya.

Shikamaru hanya bisa terdiam.

Tangan itu terkepal erat di sisi tubuhnya.

"Aku… sudah menyiapkan diri untuk itu," lanjut Naruto dengan lirih.

Shikamaru menatap Naruto dengan wajah datarnya, "Bahkan dia tidak mengenalmu. Kau hanya akan dianggap salah satu fansnya."

"Ya, aku juga tahu itu. Tapi aku ingin Sasuke tahu akan perasaanku ini padanya," jawab Naruto sambil menyunggingkan senyum miris.

Hening

Hening

Hening

Kembali mereka tenggelam dalam pikiran mereka. Mencoba mencari jalan keluar dari masalah ini. Namun seperti bertemu jalan buntu mereka tidak bisa memikirkan jalan keluar itu. Mereka terjebak. Seolah seperti sedang berada dalam lingkaran yang menyesatkan mereka tidak bisa bertindak gegabah.

"AKH!" Shikamaru mengacak-ngacak rambut ravennya. "Terserah kau saja! Aku tidak akan mau ambil peduli pada masalah ini!" serunya sedikit nada kesal. Kemudian Shikamaru melenggang pergi begitu saja meninggalkan Naruto dan Kiba.

"Hiiieeeeee! Jadi kau tidak akan menghiburku jika nanti aku patah hati?" protes Naruto sambil mengambil langkah lebar untuk menyusul Shikamaru.

"Bukankah sudah kubilang, aku tidak akan ambil peduli!"

"Akh! Itu 'kan namanya bukan teman yang baik! Masa ada temannya yang sedih tidak mau peduli?"

"I don't care!"

"Shikamaruuuu!"

Kiba menghela napas berat. Sebenarnya ia juga tidak setuju tentang niatan Naruto yang ingin menulis surat cinta untuk Sasuke. Ia juga takut pada akhirnya Naruto hanya akan menelan kekecewaan. Walaupun Naruto sendiri tahu itu, tapi bagaimanapun pasti pemuda pirang itu menaruh harapan besar pada Sasuke yang akan menerima perasaannya. Tapi rasanya tidak mungkin. Apalagi mengingat sifat sang Uchiha Sasuke.

Semua tahu jika sang Uchiha itu banyak idolanya. Dan tentu saja sifat dingin dan sedikit tak berperasaannya—dalam menghadapi fansnya—itu sudah menjadi rahasia umum.

Ya, tapi itu semua terserah pada Naruto. Tapi Kiba yakin, apa pun yang terjadi itulah yang terbaik. Meskipun itu adalah sesuatu yang menyakitkan sekali pun.

.

TBC

.


Yahahahaha… fic baru di tengah tagihan fic lainnya XD Gomen bukannya update fic lain dulu tapi Yan malah bikin fic baru. Tapi sungguh ide ini sungguh mengganggu! Dan juga ada satu fic lagi yang benar mengganggu pikiran Yan akhir-akhir ini. Ck, emang merepotkan, tapi karena itu otak Yan jadi terhalau buat bikin chapter 12 'One Heart'-nya tersendat –hiks

Fic satu lagi yang mengganggu itu "Re:Pray" buat SasuNaru yang bertemakan Angst. Sejujurnya Yan gak suka sama genre-genre macam ini tapi entah kenapa fic-fic Yan lebih menjurus ke genre satu ini. Khehekhe tapi tak apalah. Dan tenang aja buat "Re:Pray" Yan akan buat Oneshoot atau Minichapter jadi tak usah khawatir! :D

Oke sekarang Yan minta reviewnya buat fic ShikaNaru yang ini ya, ya, ya, ya? *puppy eyes*