Summary: Naruto direkrut menjadi anggota Tracker and Protector of Power Spheras (TAPOPS) untuk melindungi sfera kuasa dari penyalahgunaan sesuai undang-undang yang berlaku. Sasuke dan Sakura adalah anggota timnya, beserta Shisui sebagai kapten. Ini adalah kisah pengembaraan mereka berempat menjelajah angkasa. BoBoiBoyGalaxy!AU, sci-fi. Non-pairings.
.
.
Naruto milik Masashi Kishimoto
AU BoBoiBoy milik Animonsta Studios
Saya tak ambil keuntungan material apapun dari karangan ini.
.
Chapter I: Bintang Jatuh
.
.
Lokasi – Kepulauan Amami, Jepang, Planet Bumi
Waktu – 08.12 p.m waktu setempat
Ia tinggal di pesisir pantai. Baginya, tak ada yang lebih menyenangkan daripada berlayar membawa perahu layarnya saat cuaca cerah lalu menangkap ikan dan cumi-cumi, membakar hasil tangkapannya dan memakannya bersama mi instan. Dia bangga telah lahir dan besar di pesisir pantai dan hidup dari komoditas maritim di Amami, bagian dari Kepulauan Ryukyu Prefektur Kagoshima. Amami berdekatan dengan Okinawa dan Amami memiliki cuaca yang hangat dan musim salju yang tak sedingin Tokyo—bagi Naruto lebih bagus demikian, ia benci salju dan cuaca mendung. Hidup di Amami yang panas bersama ibunya, Kushina, sangat menyenangkan.
Naruto berumur 15 tahun—ia tak meneruskan sekolah usai tamat SMP, langsung bekerja menjadi nelayan karena masalah ekonomi. Kushina berkata ia masih bisa menghidupi keluarga kecil mereka dengan kerajinan anyaman, tapi Naruto tak mau terus-terusan membebani ibunya. Ia kasihan melihat Kushina selalu tidur jam 1 malam dan harus bangun jam 4 pagi, kantung mata ibunya mulai membengkak dan menghitam. Hanya Kushina saja tumpuan hidupnya—ayah Naruto sudah tiada dekade yang lalu meninggalkan Kushina dan Naruto yang baru berumur 3 tahun.
Walaupun begitu, Naruto tidak merasakan duka lagi. Ia senang tinggal di Amami bersama teman-teman dan ibunya. Kehidupannya begitu lengkap dan tidak kekurangan suatu apapun meski ia tidak sekolah dan tidak banyak harta—Naruto pikir, kebahagiaan itu tak begitu sulit dicapai selama ia mensyukuri apa yang dimiliki sekarang. Yang penting ia terus bertingkah baik pada sesiapapun.
Sayangnya pada hari itu kehidupan tenangnya di Amami akan tergerus oleh hal yang tak diduga-duga.
Malam itu, seperti biasa Naruto berdiri di dekat pantai. Ia melihat dari atas batu karang, matanya memicing ke horizon untuk memperkirakan cuaca dan angin. Malam ini seperti malam-malam lainnya ia harus pergi mencari ikan, dan jika beruntung ia akan mendapat lobster besar di teluk seperti tempo hari. Harganya sangat mahal kalau dijual, cukup menghidupi ia dan ibunya selama sebulan. Tapi lobster agak sulit dicari, mereka kerap sembunyi di antara batu-batuan, lumpur dan pasir. Meski begitu, Naruto malah bersemangat memburu hewan pemalu tersebut, Ibu pasti takjub melihat lobster besar seberat 4 kg! Pikir Naruto.
Menepis pikiran antusiasnya itu, Naruto mencengkram tali kapal yang menambatkan perahunya sambil terus menatap jauh ke kaki langit. Agak lama ia memperhatikan horizon malam dan kemudian ia tiba-tiba tersenyum lebar.
"Cukup cerah," katanya. "Takkan ada badai malam ini!"
Nasib baik angin darat bergerak ke arah yang diharapkan para nelayan—saatnya mendorong perahu ke air dan ia akan berlayar menjala hewan laut. Angin saat malam mengarah ke tengah laut akibat perubahan suhu, karena itu perahunya takkan melawan arus ombak dan akan berlayar lancar dibantu dorongan angin. Dari kejauhan, Naruto melihat beberapa nelayan juga sibuk melonggarkan simpul ikatan pada kapal-kapal mereka, lampu-lampu minyak dinyalakan dan dari jauh seperti lampion-lampion. Ia pun segera bersiap.
Tiba-tiba ada suara orang-orang berseru membuyarkan konsentrasi Naruto ketika membuka simpul tali.
"Lihat ke langit!"
"Astaga, apa itu?"
"Ya ampun!"
Mendengar riuhnya seru-seruan nelayan, Naruto ikut menatap ke langit. Dari ufuk Timur, muncul sebuah komet berekor sangat panjang tengah melintasi langit malam Amami. Komet itu terang, meninggalkan jejak bercahaya di langit gelap. Naruto merasa takjub melihatnya—para nelayan yang bersiap berlayar semuanya terkesima melihat cahaya dari "bintang jatuh" tersebut. Naruto pernah mendengar mitos orang berdoa saat "bintang jatuh" melintas akan dikabulkan—dan ketika Naruto bertanya pada ibunya, Kushina langsung tertawa saat mendengar itu. Naruto pikir ibunya ternyata bisa tertawa sarkatis juga. Semenjak itu Naruto menganggap agak konyol ide meminta kepada benda langit.
Tapi Naruto akui, komet itu indah juga. Cahayanya melebihi terangnya konstelasi bintang saat cuaca cerah, seperti suluh raksasa. Orang-orang di desa juga terdengar ribut dan berseru-seru melihat kejadian alam tersebut. Seperti kembang api! Kata mereka, takjub.
"Hanya bintang jatuh saja ribut," gerutu seorang nelayan tua. Dia tengah berdiri di dekat Naruto, sibuk membuka simpul tali tambatan. Perahunya bersebelahan dengan perahu Naruto dan Naruto kenal nelayan itu yang sering memberinya tips bagaimana mengelola ikan-ikan hasil tangkapan yang tak habis dijual.
Nelayan itu kembali mengoceh sambil mengunyah tembakau, giginya sudah berwarna cokelat semua.
"Saat aku masih seusia kau, aku melihatnya juga. Langit seperti subuh rasanya. Orang kota bilang itu adalah komet yang hanya lewat saja. Tapi aku mendengar bunyi ledakan besar setelah benda itu melintas di langit. Mungkin itu meteor, bukan komet."
"Wah, benarkah?" tanya Naruto, tampak tertarik. "Ini pertama kalinya aku melihat ini."
"Tak ada yang istimewa," ujar si nelayan. "Lebih baik kau cepat berlayar sana, keburu tengah malam."
Nelayan tua itu kemudian melempar tali kapal ke dek dan mendorong kapalnya ke air dibantu Naruto. Setelah kapal itu mencercah air cukup dalam, sang nelayan mengucapkan terimakasih dan menaiki kapal tersebut. Mesin motor kapal dihidupkan dengan bunyi menderu, tak lama berselang kapal berukuran sedang itu membelah air gelap.
"Sampai jumpa lagi Pak!" seru Naruto sambil melambaikan tangan, ia berdiri di dalam air laut sebatas pinggangnya. Sang nelayan tua balas melambaikan tangan, lampu kapalnya terlihat seperti lilin besar.
Naruto kemudian kembali menatap langit.
Komet itu sudah lenyap, langit menjadi gelap lagi. Naruto akhirnya kembali ke kapalnya dan mengambil tali kapal lalu menaruhnya di dek. Dengan pasti, ia mendorong kapal layarnya ke air dan kemudian menaikinya, siap mengarungi laut dengan gugusan bintang sebagai penunjuk arah.
.
.
.
Lokasi – Spacecraft Vessel, Kepulauan Ryukyu, Jepang
Waktu – 09.57 p.m, waktu setempat
Dua orang awak pesawat sedang sibuk menatap layar-layar pada kokpit. Satunya berambut biru malam dan agak berantakan tertutup helm—satunya seorang gadis memakai helm keselamatan namun tampak dari kaca helm itu sejumput rambut berwarna merah muda. Wajah-wajah mereka tampak serius—si gadis tampak bercampur cemas juga tapi ia berusaha tenang.
"Tidak terdeteksi dalam pemindai ini," kata si gadis—Haruno Sakura. "Gawat-gawat-gawat-Komandan bisa membunuh kita," gumamnya, panik.
"Setiap sfera kuasa memiliki sinyal yang unik," gumam temannya—Uchiha Sasuke. "Mungkin setelah terjatuh ia langsung dalam mode hibernasi sebagai bentuk pertahanan agar tidak dicuri. Kita susuri dahulu, mungkin akan mendapat petunjuk."
"Kalau tidak, apa saranmu Koperal Uchiha?" tanya Sakura agak ragu-ragu, matanya melirik ke sisinya. Sasuke bertemu pandang dengannya, matanya tajam.
"Meski aku harus mengobrak-abrik bumi sekalipun, pasti akan kudapatkan. Itu adalah tanggung jawabku sebagai anggota kesatuan ini."
"Woah, tak perlu sampai seperti itu," komentar seseorang dari belakang. Sasuke dan Sakura menoleh—tampak seorang pria muda dengan rambut pendek acak-acakan berjalan masuk ke kokpit. Ia tak memakai helm seperti dua awak di kokpit tersebut, memperlihatkan wajahnya yang tersenyum lebar.
"Kapten Uchiha," sapa Sakura. Sang kapten—Uchiha Shisui itu orang yang ramah sekali dan matanya terlihat jenaka. Ia seperti orang yang mudah disukai siapapun.
Kapten Shisui lalu menoleh ke arah Sasuke yang diam menunggu. Ia kemudian melemparkan ekspresi lunak pada keluarganya itu.
"Ingat protokol TAPOPS, Koperal Uchiha? Tak boleh menganggu makhluk lain, bahkan hewan sekalipun. Kita memang prajurit antariksa tapi tidak memakai segala cara."
"Peraturan Misi Antariksa TAPOPS Nomor 1 Golongan A-1, peraturan paling pertama dan mendasar. Ya, aku hafal itu," gumam Sasuke. "Tapi sfera kuasa yang jatuh itu salahku, seharusnya aku lebih cepat—"
"Ssst, bukan salah kau. Kita tim jadi tak ada hal seperti itu," ujar sang kapten. "Aku akan bicara dengan Komandan jika ada hal yang di luar rencana. Kita fokus saja menyisir perairan ini, pasti ketemu juga. Ini bukan pertama kalinya sfera kuasa hilang dari radar."
Sikap optimis sang kapten benar-benar melegakan Sakura yang mudah cemas, tapi Sasuke malah tampak agak muram mendengarnya. Ia lebih senang dimarahi dan dihukum daripada mendapat perlakuan lunak dari Shisui.
Dengan menahan rasa tak setuju, Sasuke menganggukkan kepala ke arah sang kapten. Meski ia tidak suka dengan perilaku lunak Shisui, Shisui tetaplah kaptennya. Ia harus hormat dan berkata sopan.
"Baiklah," gumam Sasuke. "Berapa lama kita memiliki waktu mencari sfera kuasa ini, Kapten?"
Shisui melipat tangannya di depan dada—matanya yang tadi lembut berubah menjadi tajam penuh kalkulasi saat menatap layar-layar di kokpit. Saat itu sosok Shisui seperti prajurit sangat berbahaya penuh rencana, Sasuke dan Sakura sempat tersihir melihat sisi gelap sang kapten yang periang. Beberapa detik kemudian Shisui mengangkat bahu sedikit—figur seorang kapten yang mengerikan tiba-tiba sirna berganti dengan seorang Uchiha yang eksentrik dan santun.
"Ah, mungkin seminggu saja. Masih banyak waktu 'kan?" ujar Shisui. "Nah kalian berdua istirahat saja sana, kalian kuusir dari kokpit dua jam ke depan."
Sakura tersenyum sedikit mendengarnya.
"Terimakasih Kapten," balas Sakura, senang. Sayangnya Sasuke tidak gembira mendengar itu.
"Aku belum lelah, Kapten."
"Ini perintah Kapten. Ada rekaman percakapan di kokpit, aku bisa adukan ke Komandan kalau kau membangkang, Koperal," ujar Shisui sambil meringis usil ke arah Sasuke. Mendengar tu, dengan enggan, Sasuke melepaskan sabuk pengaman dan berdiri dari kursi pilot.
"Baik Kapten," gumam Sasuke. Ish, kalau bukan dalam misi resmi, Sasuke pasti sudah mengacuhkan perkataan sepupunya itu. Sayangnya ini masih dalam misi, jadi ia harus patuh meski perintahnya tidak ia sukai.
"Ya, ya sudah sana," usir Shisui kepada kedua juniornya.
Sasuke dan Sakura memberikan tabik hormat ke arah sang kapten yang dibalas Shisui—sang gadis kemudian pergi sambil mengurut pinggangnya yang sakit ke arah mesin minuman sementara Sasuke pergi ke kabinnya. Ia hendak tidur barang sesaat. Dalam hati ia masih merutuki perilaku Shisui yang sedari dulu kerap lunak pada siapapun. Sasuke pikir, bagaimana ia bisa menjadi sehandal kakaknya—Itachi Uchiha—yang sudah memiliki armada sendiri dan melaksanakan misi terhormat Discovery II dari para petinggi Kesatuan Militer Angkasa jika Sasuke selalu "dimanjakan" dengan perlakuan baik? Sasuke sudah lama ingin ikut misi Discover yang menjelajah ke tempat-tempat yang dianggap uncharted atau tak terjamah. Meski ia senang-senang saja menjalankan misi menangkap para penjahat sfera kuasa dan menyerahkan mereka pada pengadilan antariksa, tapi tetap saja ia lebih suka misi mengembara, terlebih lagi jika pergi bersama kakaknya. Itachi berkata Sasuke harus bersabar, jangan terburu-buru. Pekerjaan menangkap para penyeleweng sfera kuasa itu lebih terpuji dan menyelamatkan banyak nyawa makhluk hidup di seantero galaksi. Lagipula Sasuke berada di bawah komando Shisui, mentor Itachi dari dahulu.
Sasuke iyakan saja karena Itachi yang berbicara meski ia sudah sangat gatal ingin mengembara dalam misi Discovery II.
Sasuke tahu meski ia agak bias mengenai kemampuan Itachi, secara objektif Shisui lebih unggul dalam analisa dan ketahanan fisik—singkat kata, Shisui itu sangat jenius dan berbakat. Shisui berkali-kali menolak jabatan tinggi dari TAPOPS dan Kesatuan Militer Angkasa, katanya ia lebih suka menjadi field agent atau agen lapangan daripada ayun-ayun kaki di ruang kendali militer yang aman dan penuh kenyamanan. Katanya ia lebih senang menolong langsung orang-orang itu, ia senang melihat mereka baik-baik saja daripada membaca laporan di ruang kendali TAPOPS. Dibandingkan Itachi yang introvert dan kurang menyukai interaksi sosial, Shisui senang bertemu orang-orang atau alien-alien dari berbagai ras dan planet. Contohnya saat misi beberapa waktu lalu. Sasuke tak habis pikir Shisui mau saja meminum jus kulit bau yang dibuatkan oleh seorang alien dari Planet Kikuta.
"Ayo Sasuke, ini enak hanya baunya saja yang "berbeda"," kata Shisui, wajahnya memerah akibat zat di dalam jus itu. Sakura tampak duduk tak jauh dari sana dengan ekspresi tidak nyaman sambil memegang mug berisi jus tersebut, sang gadis masih enggan meminumnya.
Mendengar ajakan kapten eksentrik tersebut, Sasuke hanya tersenyum paksa.
"Seorang Kapten tidak boleh menyelewengkan kekuasaannya untuk membuat bawahannya melakukan hal-hal yang diluar maklumat misi. Peraturan Misi Antariksa TAPOPS Nomor 9 Golongan F-2."
Shisui hanya tertawa. Sakura berusaha menahan senyumnya dengan menahan nafas dan berusaha meminum jus kulit itu—dan ternyata benar kata Shisui, rasanya tak begitu buruk.
Meski Itachi kerap memuji Shisui, Sasuke tak bisa menghormati Shisui sebagaimana ia menghormati Itachi. Sasuke pernah bertanya mengapa Itachi tidak menjadi field agent seperti Shisui kalau memang Shisui lebih berbakat, Itachi hanya tersenyum lunak dan menceritakan ia takkan betah dengan misi seperti itu. Sasuke bertanya apa sebabnya, tapi Itachi hanya mengetuk keningnya dan pergi.
Beberapa minggu pikiran Sasuke dipenuhi pertanyaan tersebut dan Sasuka baru mendapat penjelasannya dari Shisui kalau Itachi itu terlalu sensitif dan mudah tergugah dengan penderitaan orang lain. Sasuke langsung menyangkal pendapatnya.
"Itachi tidak selemah itu," ujar Sasuke, agak panas. "Dia kuat, dia tahan banting dan tidak cengeng."
"Sasuke," panggil Shisui, pandangannya melembut. "Kebaikan hati dan simpati bukanlah kelemahan dan hal yang kau malu memilikinya. Aku tak pernah mengatakan Itachi lemah, tapi ia memang mudah tertekan melihat makhluk lain menderita."
Sasuke terdiam sebentar. Shisui kemudian meremas bahunya.
"Kau memang brilian, Sasuke. Aku tahu kau tertekan dengan semua prestasi luar biasa Itachi dan kau ingin menyamainya. Tapi jangan terlalu terpaku sampai kau melupakan alasan kenapa kau berada di TAPOPS, yakni menyelamatkan banyak makhluk dari ancaman penyalahgunaan kekuatan sfera kuasa. Jangan mengeraskan hatimu dan menganggap TAPOPS seperti game, balapan naik level dan ranking."
Shisui kemudian tersenyum dan beranjak dari sana, meninggalkan Sasuke merenungi kata-katanya. Entah kenapa Sasuke mulai paham mengapa Itachi selalu berkata Shisui adalah mentor terbaiknya.
Sasuke menghela nafas saat mengingat masa itu. Ia kemudian kembali pada masalahnya sekarang di bumi. Saat ini yang terpenting harus melacak dimana sfera kuasa tersebut. Sfera kuasa yang jatuh di Amami itu berhasil diselamatkan dari tangan seorang penjahat—pembuatan dan distribusi sfera kuasa itu diatur ketat dalam Undang-Undang Penciptaan, Penggunaan dan Distribusi Sfera Kuasa. Namun karena banyaknya persaingan kekuatan dan kekuasaan dalam alam semesta ini, pekerjaan TAPOPS tak pernah sedikit. Selalu saja ada saja laporan agen intelijen yang masuk tiap hari mengenai sfera kuasa ilegal yang berbahaya. Untungnya TAPOPS memiliki banyak sekali cabang di setiap galaksi—jumlah cabang TAPOPS sekitar trilyunan mengingat jumlah galaksi mencapai milyaran di alam semesta, belum lagi setiap satu galaksi memuat milyaran planet berisi banyak alien yang terdaftar dalam tata surya masing-masing. Cabang TAPOPS berjumlah trilyunan itu agar mengimbangi orang-orang pelanggar UU tersebut.
Pikirannya terus melayang ke tempat-tempat lain—pikiran Sasuke memang selalu sibuk dengan rencana dan renungan. Untungnya karena kelelahan, tanpa disadari, Sasuke sudah terlelap dalam tidur tak bermimpi.
.
.
.
Lokasi – Spacecraft Vessel, Kepulauan Ryukyu, Jepang
Waktu – 10.23 p.m, waktu setempat
Sakura memegang gelas berisi minuman manis di tangannya. Ia sedang duduk-duduk dekat kaca tingkap tebal, memperlihatkan pemandangan Amami saat malam hari. Dari jauh, sang gadis bisa melihat kelip-kelip lampu dari rumah-rumah penduduk—ia selalu senang mendatangi planet baru. Sakura tak pernah mengunjungi bumi, ia sendiri berasal dari planet lain yang jauh sekali dalam jantung galaksi. Ia tak tahu pasti darimana asal planet Sasuke dan Shisui, tapi yang pasti seperti Sakura, mereka berdua berupa hampir mirip. Makhluk bumi juga mirip dengan fisik mereka. Sakura pikir, banyak kesamaan antara kehidupan satu planet ke planet lain—tapi bumi agak mencolok karena peradaban mereka yang berusia sangat muda dan berteknologi primitif. Waktu para manusia masih sangat panjang untuk bisa mencapai kemajuan teknologi yang dimiliki oleh planet-planet lain.
Sakura merenungi alasan kenapa ia bergabung dalam TAPOPS. Ayah dan ibunya serta teman-temannya sudah tiada dimusnahkan oleh para pemburu sfera kuasa Turebot, sfera kuasa yang bisa mengkalkulasikan masa depan. Sfera kuasa itu bermacam-macam kekuatannya namun semuanya memiliki kekuatan yang bisa berbahaya dan dijadikan senjata. Semuanya tergantung siapa pencipta sfera kuasa tersebut dan apa maksud dan tujuannya—karenanya banyak sfera kuasa yang memiliki kekuatan mengerikan dan bisa melakukan genosida. Karena itu setiap sfera kuasa harus didaftarkan dan diregistrasi agar bisa terus dipantau penggunaannya.
Sakura mengeratkan genggamannya pada gelas itu. Hatinya terasa berat lagi oleh masa lalunya. Ia tak sempat menikmati masa kecil normal—semenjak berumur 5 tahun, Sakura sudah ditampung di Akademi TAPOPS dan menjalani pendidikan di sana seperti Sasuke. Sayangnya mereka tak pernah sekelas dan dekat, Sakura terlalu penyendiri dan pemalu berteman dengan orang lain apalagi murid akademi yang paling brilian seperti Sasuke. Sakura hanya berteman dengan buku-buku dan foto keluarganya. Baginya, tiba-tiba keluar dari kehidupan bersama keluarganya dan dimasukkan ke panti asuhan bersama alien-alien bertemperamen berbeda-beda dan berwujud berbeda-beda pula, adalah pengalaman mengerikan dan menakutkan. Sakura tak memiliki teman seorangpun, badannya terlalu kecil dan bicaranya selalu terbata-bata. Ia semakin menyendiri saat ia diejek karena warna rambutnya—semenjak hari itu Sakura menutupi kepalanya dengan topi dan selalu panik jika tak menemukan topinya. Lambat laun, ia menyukai topi-topi rajutan lucu yang membuat Sakura tidak mencolok karena warna rambut tak biasanya.
Lulus dari Akademi TAPOPS, Sakura sudah berumur 14 tahun. Ia dengan cepat naik ke pangkat Lans Koperal, satu pangkat di bawah Sasuke. Anehnya, ia malah disatukan dengan Sasuke dengan Shisui sebagai kapten. Sakura tahu siapa Shisui yang terkenal itu—tapi Sakura tak begitu kenal siapa Sasuke. Ia bahkan pernah salah ucap nama si Uchiha muda tersebut. Daripada insiden salah ucap itu, Sakura lebih takut ia tampak seperti orang bodoh di depan dua orang Uchiha berbakat. Ia berusaha menjadi lans koperal yang handal namun sulit rasanya. Ia sering ceroboh dan kemampuan bertarungnya juga payah. Ia hanya bagus dalam membidik saja dan ia sering menjadi regu tembak jarak jauh, namun Sasuke dan Shisui bisa menembak jauh lebih akurat daripada Sakura.
Karena itu demi mengejar ketinggalannya, Sakura selalu banyak baca dan belajar. Setidaknya ia bisa diandalkan dalam hal informasi dan pengetahuan. Beberapa kali Sakura tahu hal-hal yang Sasuke sendiri tak tahu—dan itu membuatnya senang meski Sakura pendam saja di hati. Ia tak mau membuat persaingan dalam timnya sendiri dan malah membuat suasana tak enak. Sakura tahu Sasuke itu terlalu senang bersaing dan bertanding. Meski Sakura enggan berteman dengan Uchiha pemarah itu, Sakura tak ingin juga bermusuhan dengannya. Bermusuhan dengan Sasuke itu kurang bagus karena Sasuke takkan berhenti sampai musuhnya kalah dan hancur sehancur-hancurnya.
Kenapa Sasuke tak bisa seramah Shisui? Batin Sakura. Misi TAPOPS terasa lebih menegangkan bila ada Sasuke—untung saja ada Shisui sebagai buffer betapa intensnya Sasuke pada masa-masa tertentu.
Sang gadis itu menatap bayangannya pada kaca tingkap kapal angkasa, wajahnya tampak agak pucat. Sakura kemudian menyentuh topi rajut yang menutupi seluruh rambutnya, membenarkan posisinya. Seutas rambut berwarna permen karet miliknya keluar menghiasi pipi—Sakura segera memasukkan lagi rambutnya itu ke dalam topi rajutnya. Begitu lebih baik. Jangan mencolok, jangan menarik perhatian, tundukkan kepalamu, ulang Sakura dalam hati. Mantra itu selalu ia dengungkan setiap hari tanpa absen.
Lagipula, ia hanya anggota TAPOPS yang biasa-biasa saja, tak istimewa. Tak patut mendapatkan perhatian dan ia juga tak ingin.
Sakura tiba-tiba saja merasa rindu pada planetnya, keluarganya dan teman-temannya. Tapi rumah sudah tiada sekarang dan ia tak pernah merasa begitu kesepian di alam semesta yang terbentang tak berbatas ini. Tanpa teman, tanpa keluarga. Terkadang ia berharap ia bisa gugur dalam misi berbahaya agar bisa bertemu mereka semua, tapi Sakura segera menepis pikirannya.
Sang gadis kemudian beranjak dari sana, menekan rasa sedih dan kesepiannya agar ia bisa terus bergerak ke masa depan.
.
.
.
Lokasi – Laut Amami, Jepang, Planet Bumi
Waktu – 11.12 p.m, waktu setempat
Naruto menggerutu sendirian sambil menarik jala yang sangat berat itu dan kemudian menghempaskannya ke lantai dek. Lampu-lampu minyak tampak terang memperlihatkan isi jalanya yang dipenuhi ikan-ikan dan belut menggelepar kehabisan nafas. Terdengar bunyi berisik badan-badan mereka menampar-nampar lantai dek memercikkan air asin kemana-mana. Naruto menghela nafas senang, hasilnya lumayan bagus. Saat Naruto hendak membereskan hasil tangkapannya, tiba-tiba ia melihat ada benda aneh berenang mendekati kapalnya.
Benda bulat itu berdiameter 1.7 meter berwarna hitam pekat, besar ukurannya. Benda bundar itusedang terapung-apung tak tentu arah di lautan. Ada sinar kecil berkedip-kedip seperti kode tertentu. Naruto menjulurkan tangannya dan memegang kepala benda tersebut lalu menyeretnya. Benda itu rupanya agak berat—mungkin sekitar 65 kg—namun Naruto sudah terbiasa mengangkat beban. Dengan sedikit terengah, Naruto kemudian menaruh benda besar itu di dek lalu memperhatikannya.
Ia sering menemukan benda aneh di laut, seperti koin emas zaman dahulu atau bangkai kapal yang tenggelam—tapi benda bulat berat ini paling ganjil. Seperti kapsul raksasa yang bisa memasukkan satu orang dewasa. Naruto menekan-nekan permukaannya yang agak licin itu, mencari celah yang mungkin bisa dikorek dan dibuka. Naruto menemukan benda seperti tuas kecil di ekornya, ia lalu menarik tuas itu.
Terdengar bunyi mendesis keras seperti ular. Naruto agak terkejut, tapi ia tetap pegang benda tersebut. Benda itu kemudian terbelah dan terbuka perlahan, ada sesuatu yang tersimpan di dalamnya.
"Apa itu...?" gumam Naruto, heran.
Sebuah benda kecil bulat seukuran kepalan tangannya. Warnanya jingga kehitaman, berloreng. Bentuknya juga agak bundar, mirip telur angsa. Naruto bingung, ia kemudian mengambil benda tersebut.
"Apa ini? Mainan kok disegel sampai berlebihan seperti itu," ujar Naruto. Ia kemudian berdiri sambil memegang benda jingga tersebut, menimbang-nimbang.
"Aku lempar saja ke laut, tak berguna," Naruto ancang-ancang lengannya, bersiap melontarkan benda itu namun tiba-tiba benda itu melengking keras.
"PIIIIIIIIIIIIP!"
Hampir saja Naruto terpeleset karena saking kagetnya mendengarnya. Naruto kemudian menjatuhkan benda aneh itu, merinding dan curiga. Benda itu kemudian bersinar kecil dan mulai berubah bentuk seperti puzzle. Naruto semakin merasa aneh dan heran, ia berjalan agak mundur bersiap menendang benda itu balik ke laut.
Tiba-tiba saja ada cahaya terang sekali—menyilaukannya. Naruto menghindar tapi cahaya itu keburu menyelimutinya. Rasanya hangat dan aneh, seperti ada energi asing yang menyerap setiap sel di tubuhnya. Panas, dan semakin lama semakin panas seperti terkena uap air mendidih. Naruto mengerang kesakitan dan berusaha keluar dari gumpalan cahaya itu, tapi ia malah lemas dan jatuh tak sadarkan diri. Tenaganya terkuras habis.
Di tangannya, terpasang sebuah atribut asing berbentuk seperti jam.
.
.
Bersambung
.
.
A/N
Ini bukan crossover, hanya meminjam AU Boboiboy Galaxy saja UwU bagi yang tahu cerita BBB Galaxy bakal sadar kalau saya memperluas world-buildingnya, karena BBB memang gak fokus di world building, tapi fokus cerita anak-anak bermoral saja. Saya sesuka hati mengisi apa-apa yang ada di canon, hehe. Aim utama saya ke pembangunan karakter.
Sekali lagi, ini non-pair dan non romansa. Baik Sasuke, Sakura dan Naruto akan bertemu dan merubah hidup masing-masing karena pertemanan mereka. Jadi saya fokus pada perasaan sayang teman, keluargaan dan pesan-pesan moral saja seperti tema Boboiboy. Saya gak ship siapapun, ok.
Dah, sekian, terimakasih sudah membaca dan mampir! Mohon kritik, tanggapan dan sarannya!
