Switch!
Persona Series – Persona 3/FES/P ATLUS
Minato A. & Female Protagonist (Minako A.)
Rated T+ (maybe)
Warning: crack-ish, timeline gaje, garing kriuk-kriuk (?)
"Besok pagi jam 6 kalian temui saya di depan gerbang sekolah, ya. Saya ingin lihat apakah saya berhasil atau tidak… tee hee…"
Itulah yang dikatakan oleh Edogawa-sensei seusai beliau merapalkan beberapa patah kata yang sepertinya merupakan sebuah mantra kepada si kembar yang sedang sial karena terpilih menjadi kelinci percobaannya.
Minato dan Minako yang tidak begitu paham dengan apa yang dipikirkan oleh si guru aneh tersebut hanya bisa bertukar pandang dan kemudian mengangguk bersamaan. Keduanya kemudian mempertanyakan kenapa mereka berada di UKS ketika mereka tidak punya alasan untuk datang ke sana—mungkin takdirlah yang telah membimbing mereka untuk masuk ke ruangan tersebut hanya untuk 'diberkahi' oleh Edogawa-sensei sebuah mantra aneh.
Keduanya tidak begitu memikirkan perkataan guru mereka tersebut, hanya saja sepertinya mereka memang harus datang menemui beliau besok pagi. Ah, betapa merepotkan. Keduanya sangat malas untuk bangun pagi. Sekolah baru mulai jam 8, jadi buat apa mereka datang sepagi itu hanya untuk berbicara empat—ralat, enam mata dengan si guru aneh itu? Sepenting itukah hasil 'percobaan'nya?
Mereka tengah berjalan beriringan menuju dorm ketika Minako memutuskan untuk memecah keheningan.
"Eh, memangnya besok kita beneran harus nemuin Edogawa-sensei jam 6? Pagi amat... emangnya apaan sih yang mau diomongin..." keluh si gadis manis berambut merah itu sambil menggembungkan pipinya. Kakak kembarnya (yang juga tidak kalah manisnya dari si gadis) hanya mengangkat bahu.
"Entahlah, tapi pasti berhubungan dengan mantra apalah tadi yang dia bacakan ke kita. Untuk jaga-jaga sih, mending datang saja. Kalau betulan terjadi sesuatu yang aneh-aneh kan nggak lucu. Kalau jam ke-dua puluh lima saja ada, kenapa sihir betulan tidak?"
"Jangan gitu dong, seakan-akan beneran bakal terjadi sesuatu yang aneh-aneh aja..."
Percakapan pun terputus sampai di situ.
Minato mulai menyesal kenapa tadi ia berkata bahwa mantra yang dibacakan oleh Edogawa-sensei bisa jadi benar-benar manjur. Sekarang ia jadi mencemaskan keselamatan jiwa dan raga saudara kembar serta dirinya.
Minako mulai berdoa dalam hati—ya Tuhan semoga nggak beneran jadi hal yang aneh-aneh nanti ngelawan Shadows-nya gimana dong—dan hanya berharap bahwa Dewi Fortuna (bukan Fortuna yang Persona!) ada di pihak mereka.
Si kembar Arisato itu langsung disambut oleh pertanyaan yang agak-agak ambigu dari Junpei begitu memasuki dorm.
"Jadi tadi kalian berdua diapain sama Edogawa-sensei?"
Yang bersangkutan mengatakan kalimat tersebut sambil senyum-senyum mencurigakan, sampai-sampai Yukari bergidik ngeri melihatnya karena seram.
Minato dan Minako saling melirik dan seakan sudah membuat kesepakatan melalui telepati, kemudian berkata bersamaan, "Nggak ada apa-apa."
Junpei mengerutkan keningnya. "Biasanya kalau orang bilang nggak ada apa-apa itu artinya memang beneran ada apa-apa. Nah, sekarang kalian ngaku! Kalian diapain tadi sama Edogawa-sensei? Atau jangan-jangan kalian itu simpenannya beliau ya, makanya nggak mau ngaku?"
Dan sebuah wajan pun melayang dengan bebas ke arah kepala mulus Junpei yang tertutup topi, dilemparkan dengan penuh keyakinan dan rasa percaya diri oleh Shinjiro Aragaki.
Kedua remaja itu kemudian mengakhiri hari mereka yang absurd dengan tidak pergi ke Tartarus dan tidur lebih cepat agar besok pagi bisa bangun lebih awal, untuk memenuhi titah dari Edogawa-sensei yang memerintahkan mereka untuk menemuinya jam 6 pagi.
Menurut Minako, setelah urusan mereka dengan guru yang bersangkutan sudah selesai, mungkin mereka harus menunggu bel masuk bersama dengan tikus-tikus yang (siapa tahu) hidup di gedung sekolah mereka itu.
Setelah Minako berhasil meyakinkan saudara kembarnya agar meminjamkan T-shirt dan celana pendek untuk dipakai tidur olehnya tanpa penjelasan lebih lanjut kenapa ia harus meminjam padahal bajunya sendiri dua kali lipat jumlahnya dari baju Minato, keduanya kemudian berpisah untuk tidur di kamar masing-masing.
Ketika Minako bangun keesokan paginya, ia berpikir bahwa mungkin ia tidak perlu datang menemui Edogawa-sensei karena ia masih sangat mengantuk. Namun ia merasa ada yang aneh dengan tubuhnya, dan kemudian memandang ke bawah—ke arah badannya...
...lalu syok dan langsung melompat ke arah cermin terdekat...
...dan nyaris pingsan ketika melihat bayangan dirinya sendiri di cermin kamarnya.
'KENAPA GUE JADI GANTENG?!'
Mungkin seharusnya ia tidak mempertanyakan keadaannya sekarang dengan kalimat itu, tetapi Minako tak perduli. Ia kemudian berpikir bahwa mungkin keputusannya meminjam pakaian saudara kembarnya kemarin malam adalah keputusan yang tepat. Ia mengacak-acak rambut merahnya yang sudah jadi pendek dengan keajaiban.
'Tunggu, kalau aku jadi seperti ini... BERARTI MINATO...'
Gadis-yang-dengan-kekuatan-bulan-coret-mantra-telah-berubah-menjadi-seorang-pemuda itu pun melesat ke kamar kembarannya di lantai dua, sambil memikirkan kenapa tadi ia tidak berteriak kaget ketika mendapati dirinya telah berubah gender. Benar-benar berasa di komik.
Tanpa mempedulikan kemungkinan bahwa ia bisa saja membangunkan penghuni lain di lantai dua, Minako mendobrak pintu kamar yang terletak di ujung lorong.
"Minato?!"
Sepasang mata yang besar berwarna biru keabuan memandangnya dengan tatapan apa-yang-terjadi-padaku.
Pemuda-yang-telah-berubah-menjadi-anak-gadis itu duduk terdiam di kasurnya. Rambut berwarna biru gelap itu kini menjadi panjang, tampak kusut karena belum dirapikan. Tubuh mungilnya dibalut oleh piyama kebesaran yang ia pakai untuk tidur semalam. Bibirnya yang mungil dan merah itu terbuka sedikit, pipinya bersemu merah.
Minako bersyukur bahwa yang pertama kali melihat Minato seperti ini adalah dirinya, bukan yang lain—terutama Junpei, karena dia berbahaya. Ia pun menahan dirinya untuk tidak 'menyerang' saudara kembarnya itu.
"...ya?"
Keduanya kemudian terdiam, tidak tahu harus bilang apa.
Minako mendekat ke arah saudaranya itu, kemudian duduk di atas tempat tidurnya.
"Kita harus menemui Edogawa-sensei."
Ia mengucapkan kalimat itu dengan mata membara.
"Tapi—err—seragamnya?"
"Kita tukeran. Kamu pakai seragamku, termasuk segala kelengkapan lain yang kira-kira kamu perlu kalo kamu ngerti apa maksudku, dan aku akan pakai punyamu. Sekarang kamu ke kamarku, cuci muka dan ganti baju. Oh, Mp3 sets-nya nggak usah dituker."
"Hah? Ngerti sih, tapi—"
"SEKARANG."
"...siap."
Keduanya sukses keluar dari dorm tanpa membangunkan siapapun, dan tentu saja mereka meninggalkan pesan di meja makan sebagai pemberitahuan bahwa mereka pergi ke sekolah duluan karena ada urusan—bisa gawat kalau seisi dorm panik karena keduanya sudah menghilang sebelum mereka bangun. Si kembar ini terkenal tukang tidur dan bangunnya pas-pasan, alias di ambang keterlambatan.
Minato dan Minako sepenuhnya menyadari bahwa perubahan gender ini tidak hanya terjadi di luar, tapi juga di dalam—terbukti dari Minako yang tadi sempat ingin 'menyerang' Minato dan Minato yang jadi ingin menangis karena stress dengan perubahan yang tiba-tiba ini.
Perjalanan ke sekolah mereka lewati dengan Minako yang melemparkan pandangan membunuh ke setiap laki-laki yang matanya jelalatan ke arah Minato.
"Aah, sesuai dugaan saya. Tee hee... ternyata mantranya kemarin manjur..."
Minako berusaha melubangi wajah gurunya yang kini sedang tertawa tanpa beban dengan tatapan membunuh yang sepanjang perjalanan ia gunakan untuk melindungi Minato.
"Terus, kapan kami bisa kembali seperti semula, sensei?" Minato sedikit takut untuk mendengar jawabannya.
"Wah, kapan ya? Saya cari dulu penawar untuk mantranya, jadi saya tidak bisa menjamin kapan kalian bisa kembali seperti semula. Mungkin nanti siang, mungkin tahun depan, mungkin juga tidak selamanya. He he he..."
Minako nyaris kalap kalau saja Minato tidak menahannya dengan sepenuh tenaga.
"Yah, masih ada sekitar satu jam empat puluh lima menit lagi sebelum bel masuk berbunyi. Selama itu, silahkan kalian nikmati tubuh baru kalian—mungkin sedikit 'ditelusuri'? He he... sampai jumpa nanti, kembar Arisato."
Sang guru aneh pun berbalik, dan baru beberapa saat setelahnya Minato dan Minako menyadari ambiguitas pada kalimat yang beliau lontarkan sesaat yang lalu.
"SENSEI!"
End of Chapter 1
Kolom curhat author:
IH SAYA NGGAK TERIMA AKIHIKO JADI SIXPACK BEGITU AAAAAAAA KEMBALIKAN AKIHIKO-SENPAI YANG UNYU DAN MERUPAKAN UKE-NYA SHINJI SEKALIGUS SEME-NYA MINATO ;A; /digiles
Uhuk. Oke. Err, pertanyaan: bener nggak sih ketawanya Edogawa-sensei itu kayak begitu? /dor
Karena Fandom Megami Tensei Indonesia sepi kayak kuburan, akhirnya saya memutuskan untuk bermigrasi ke sini. /dor
Pada ngerti kan kenapa ratingnya rada T+? Maaf karena ambiguitas bertebaran di dalam fic ini. Bagi yang nggak ngerti, harap jangan memaksakan diri untuk mengerti. Jagalah kepolosan jiwa kalian sebelum ternodai. Ntar nyesel loh kayak saya -_-"
Crack, memang. Awalnya saya cuma berniat menuangkan ide absurd ini ke dalam doujin, tapi karena kemampuan gambar saya pas-pasan jadi yah... fanfic aja deh. Oh by the way, itu jam masuk sekolahnya saya ngarang. 8"D
Review, please? XD
(PS: bagusnya Kenji atau Kaz yang nantinya jadi orang pertama yang ketemu mereka versi gender kebalik ini?)
