Hai...hai!

Hehehe, gara-gara iseng dirumah sendirian tiba-tiba aja aku mendapatkan ide buat fic multichap SasufemNaru. Ide ini muncul tepat ketika aku sedang enak-enaknya baca novel Sherlock Holmes, entah kenapa ide itu muncul saat aku membaca novel SH, tetapi yang pasti aku bakal buat ide tersebut menjadi fic, soalnya jarang-jarang ide ini muncul, dan juga kurasa ide ini juga unik, hehehe.

Semoga kalian suka!

Ayo kita baca!

Soul Destination

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Genre: Humor, Friendship, Drama, Romance

Pairing: SasufemNaru

Chapter 1 – Ikatan

Rate: T

Warning!: OOC, SasufemNaru SMP version^^, OC, Gaje

Mohon perhatiannya sebentar, disini aku akan menceritakan SasufemNaru yang jiwanya saling bertukar satu sama lain, jadi jika pada saat jiwa mereka bertukar maka aku akan memanggil Naruto yang berada di tubuh Sasuke menjadi "Naruto" dan Sasuke sebaliknya, Ne?

Yosh, ayo kita mulai!

NO FLAME!

"Hattcchiiii...!"

Naruto, seorang gadis SMP Oukagami dari Konoha dengan cepat menutupi mulutnya dengan kedua tangannya setelah mengeluarkan bersin yang bagaikan ledakan dan tidak wajar bagi seorang gadis untuk mengeluarkannya.

Dia mendongah menghadap ke gerbang sekolah seraya memperdekat jarak syal hangatnya ke mulut seakan takut kalau dewa bersin mendengar bersinnya dan menyodok hidungnya dengan lidi berbentuk tabung karena telah melakukan hal yang tidak sopan didepan umum.

Untungnya, satu-satunya yang melayang masuk hanyalah sekucil bola salju. Salju yang sangat kecil dan menguap setelah menyentuh kulit wajahnya.

Hari ini, tanggal 1 Desember 2025 adalah hari awal musim dingin. Musim yang sangat dibenci oleh Naruto karena suasana yang tak bersahabat dan selalu membuatnya merinding tak karuan karena kedinginan. Bahkan meskipun ia memakai pakaian setebal apapun, rasa dingin ini masih terus melanda dirinya. Mungkin memang karena ia yang selalu merasakannya atau memang karena hari ini suhunya agak lebih dingin.

Naruto menggigil kedinginan dan kemudian ia bernafas berat sehingga kemudian mengeluarkan uap asap tebal dari mulut kecilnya, lalu ia mempererat mantel berbulunya kuat-kuat berharap kalau tubuhnya merasakan hangat yang sangat menenangkan dirinya.

Setelahnya ia merasa sedikit nyaman, ia pun mulai berjalan menuju gerbang sekolah kembali, namun dengan masih memeluk tubuhnya sendiri. Ia sadar kalau perlakuannya tersebut dilihat aneh oleh banyak murid yang berhambur menuju gerbang sekolah, dan ia pun juga sadar kalau perlakuannya ini terlalu berlebihan. Tetapi apa yang mau dikatakan, perasaan ini memang sudah kebiasaannya sejak kecil jikalau musim salju sudah tiba. Dirinya selalu merasa kedinginan dan merinding setiap kali ia berjalan keluar.

Kata dokter, hal itu adalah kebiasaan bawaan yang diturunkan oleh kedua orang tua. Tetapi yang ia tahu, diantara keluarganya, hanya dialah satu-satunya yang bersikap demikian. Ayah dan Ibunya tak berperilaku seperti itu, jadi ia merasa mungkin perilakunya ini memang asli karena kebiasaannya yang memang tak suka musim dingin.

Dengan sesekali menghusap-husap kedua tangannya secara berhadapan, ia pun melepaskan sepatunya ketikanya sampai di depan aula masuk sekolah, dan kemudian ia meletakkan sepatunya tersebut ke loker sepatunya seraya mengambil sepatu khusus untuk dipakai di aula sekolah.

Ia melepaskan mantel bulunya yang tebal tersebut setelah ia mengunci loker sepatunya dan kemudian ia berjalan menuju lorong sekolah. Untungnya di sekolahnya dipasang penghangat listrik disetiap lorong sekolah, jadi ia tak perlu khawatir merasa kedinginan. Karena jika tidak, pasti ia selalu memakai mantel berbulunya di setiap perjalanan menuju kelas, yang pastinya terlihat begitu aneh dan memalukan jika dilihat oleh murid lain.

Lalu ketika ia berbelok kearah lorong sebelah timur, ia tersentak saat seorang pemuda berambut pantat ayam hampir menabraknya dari arah yang berlawanan.

Pemuda itu mempunyai paras yang sangat angkuh tetapi terkesan keren, alisnya tipis melancip dan ia memiliki mata hitam kelam yang indah. Postur tubuh pemuda itu sangat elegan dan berbentuk tetapi bukan berarti berotot hanya terlihat sangat indah dipandang saja, apalagi kalau ia memakai seragam SMP Oukagami yang sedikit ia buat 'wow' yakni dengan dasi yang sedikit di kendurkan kebawah, kancing atas yang ia lepas dan baju yang tak ia masukkan dengan benar. Mungkin jika dilihat dengan benar-benar, seragamnya itu terkesan tak rapih tetapi kalau dipakai olehnya, entah kenapa kelihatan cocok saja dipakai oleh pemuda itu.

"Jalan yang benar, apa kau tak punya mata?" ujar pemuda itu datar sambil memandangi Naruto dengan tatapan tanpa ekspresi.

Naruto yang awalnya ingin meminta maaf kepadanya jadi merasa kesal saat mendengar ocehan sok keren si pemuda, sehingga niatnya untuk meminta maaf itu menghilang begitu saja layaknya angin yang cuma sekedar numpang lewat.

Naruto menahan rahangnya kuat-kuat mencoba menahan dirinya yang ingin sekali berteriak saat itu juga, dan juga mengepal kuat-kuat tangannya untuk menahan rasa ingin menampar pipi si pemuda dengan kuatnya.

"Apa kau bilang, kau yang tak punya mata! Sudah jelas kau berjalan sambil membaca buku!"

Naruto membentak tak mau kalah sambil menunjuk-nunjukkan jemarinya kearah tangan kanan si pemuda yang memegang sebuah buku ekonomi. Pemuda itu menundukkan kepalanya angkuh lalu tak lama kemudian ia mendongahkan wajahnya kembali dan menatap Naruto dengan alis mengerut seakan-akan ia tak terima dengan omongan Naruto tadi. Dengan logat dingin namun keren, ia pun memejamkan matanya sejenak, lalu ia berjalan mendekati Naruto yang berada didepannya sambil berkata

"Ini bukan urusanmu, minggir!"

Kata-kata dingin itu ia keluarkan tanpa pikir lagi, tangan kanannya yang sejak tadi memang kosong –tangan kirinya memegang buku ekonomi– ia angkat 80 derajat untuk mendorong bahu Naruto agar menghindar dari hadapannya, dan kemudian ia pun mulai berjalan meninggalkan Naruto dengan ekspresi cuek seakan dirinya menganggap Naruto tak pernah ada.

"Dasar cowok egois! Sudah tau dia yang salah, eh malah gak mau meminta maaf. Dasar, emangnya dia keren apa kalau begitu?"

Naruto mengerutkan alisnya merasa jengkel dengan sikap pemuda tersebut. Lalu dengan perasaan yang masih dicampur emosi, ia pun kembali berjalan menuju kelasnya, yakni kelas 1-C.

Naruto Uzumaki, itulah nama lengkap gadis itu. Ia memiliki rambut panjang bergaya twintail yang berwarna kuning cerah, wajahnya sangat manis apalagi kalau sedang tersenyum, semua pemuda yang melihat senyumannya pasti akan dibuat terpesona olehnya. Ia memiliki mata biru sapphire yang indah dan cantik, kalau dilihat terlalu lama maka matanya tersebut terlihat seperti mata kucing yang ingin dimanja, Dan kalau sedang marah, matanya itu terlihat seperti anak kucing yang sedang kelaparan. Sebenarnya tak ada bedanya dari kedua sifatnya tersebut, karena dari keduanya itu, mata Naruto tetaplah terlihat sangat lucu dan manis.

Naruto memiliki postur tubuh yang langsing dan indah layaknya tubuh model, dan juga ia memiliki kulit yang sangat lembut dan bersih seakan dirawat dengan begitu teratur. Tetapi jika dibayangkan lebih detail, Naruto itu orangnya hyperaktif, maniak ramen, berisik dan tak bisa diam, jadi kalau misalkan membayangkan ia memiliki postur tubuh dan kulit seperti itu, itu adalah hal yang mustahil dimiliki oleh gadis seperti Naruto. Tetapi anehnya semua itu tidak berlaku baginya, karena apapun yang ia lakukan, pasti tak pernah berefek pada kulit ataupun tubuhnya.

Namun, itulah yang membuat Naruto populer. Karena segala hal yang ia lakukan, sama sekali tak berefek pada tubuhnya. Dan karena hal itu, Naruto diberi julukkan 'Kaouka' yang diambil dari dua kata dari 'Kawaii' dan nama sekolah SMP-nya yakni 'Oukagami'. Sehingga jika diartikan bisa disebut juga 'Si Manis dari Oukagami'.

Bukan hanya itu saja, Naruto orangnya sangat ramah kepada orang lain dan ia juga suka membantu satu sama lain, sehingga tak hanya para siswa saja yang suka padanya, guru dan para siswi yang ada di sekolah itupun ikut menyukainya. Jadi dirinya bisa dibilang bukan hanya sekedar populer dikalangan siswa, tetapi populer di setiap semua kalangan karena keramahannya.

Namun sayangnya, hari ini ia tak sama sekali ramah, sekarang ia dalam mode bad mood karena insiden yang terjadi beberapa detik yang lalu, jadi ia selalu menyambut setiap murid yang menyapanya dengan balasan singkat 'Hm' disetiap perjalanan. Mungkin ini bisa dibilang kali pertama mereka melihat Naruto sedingin itu, sehingga para murid yang melihatnya jadi memandangi Naruto penuh keheranan. Bahkan dari setiap murid yang lewat, ada juga yang dibuat kesal karena hari ini Naruto tak tersenyum kepada mereka, sehingga mereka yang kesal nekat mengutuk orang yang telah membuat Naruto semurung itu.

Tujuh menit berlalu, saat ia hampir sampai di depan kelasnya, ia melihat seorang pemuda berambut merah bata bersandar di dinding sebelah pintu kelasnya sambil menyembunyikan kedua tangannya ke belakang pinggul. Pemuda itu memiliki wajah tampan dan terkesan manis kalau dilihat dari samping. Ia juga memiliki mata hijau kabut yang misterius, dan disetiap sekeliling matanya, selalu dilapisi oleh sifat mata yang terlalu hitam. Namun meskipun begitu, wajah polos si pemuda tetaplah terlihat berkarisma dan lucu untuk dilihat.

Kedua pipi Naruto memerah saat melihat pemuda itu berdiri didepan kelasnya. Ia sedikit salah tingkah ketika keraguan untuk masuk ke kelaspun datang melandanya. Dengan wajah yang malu-malu, ia pun berjalan menuju kelasnya dengan kepala menunduk, dan tak lama kemudian ia pun meremas seragam sekolah di bagian dadanya bermaksud untuk mencoba menghilangkan rasa gugup yang mulai datang melandanya.

Ya, pemuda yang berdiri di sebelah kelasnya itu adalah senpainya. Senpai yang sangat disukai Naruto sejak ia masuk di sekolah ini, Tetapi bukan suka dalam arti 'Suka kepada pria', melainkan menyukai pemuda itu sebagai seorang kakak. Kenapa demikian, karena Naruto dulunya mempunyai kakak laki-laki, namun kakaknya itu telah meninggal dunia karena telah mengidap penyakit berbahaya selama bertahun-tahun, yakni penyakit kanker otak. Waktu itu Naruto masih berumur 10 tahun saat tahu kalau kakaknya mengidap penyakit tersebut, Naruto sangat shock dan depresi ketika memikirkan kakaknya yang sangat baik kepadanya tersebut divonis terkena kanker otak. Bahkan karena saking shock-nya, ia sampai mengeluarkan air mata sambil menyerukan nama kakaknya tersebut yang sudah hampir sampai pada hari kematiannya. Umur kakaknya tersebut saat itu adalah 17 tahun. Padahal kakaknya itu masih sangat muda, tetapi kenapa pada umurnya tersebut, ia harus divonis kanker otak? Hal itulah yang dipikirkan oleh Naruto saat itu. Tetapi semua yang ia fikirkan sangat berbeda dengan yang kakaknya fikirkan, kakaknya memang sedang sakit, tetapi anehnya sifatnya itu tak pernah berubah kepada adiknya dan seluruh keluarganya, ia selalu tersenyum didepan mereka dan selalu berbagi tawa bersama-sama. Wajahnya tak terlihat sedih sama sekali seakan dirinya tak pernah merasa kalau dirinya sedang sakit. Padahal posisinya waktu itu sedang berada dirumah sakit dan telah menjadi pasien darurat yang dianggap pasien kritis, tetapi kenapa kakaknya selalu memberikan senyuman terhangatnya seperti itu? Apakah ia mencoba melupakan perasaan sakit yang ia alami? Atau mungkin karena kakaknya tersebut tak mau melihat keluarganya bersedih.

Dari semua yang ia lihat dari kakaknya, Naruto jadi mengerti apa maksud dari senyuman kakaknya itu sebelum meninggal, yaitu 'Meskipun kau sedang mengalami kesusahan dalam hidup ataupun kesedihan, cobalah untuk terus tersenyum. Jangan pernah memberikan ekspresi takut dan kesedihanmu itu kepada siapapun termasuk orang yang kau sayangi. Karena jika kau melakukan hal itu, maka pasti orang itu akan ikut bersedih kepadamu dan sangat prihatin dengan kondisimu. Jadi tetaplah mencoba kuat dan terus tersenyum meskipun kau dalam keadaan susah sekalipun. Karena senyuman adalah awal dari kebahagiaan'.

Mungkin bisa dibilang Naruto selalu tersenyum sampai sekarang ini karena tahu maksud dari senyuman kakaknya tersebut.

Dan pada suatu hari, tepatnya ketika awal kali dirinya menjadi murid di SMP Oukagami, Naruto bertemu dengan seorang pemuda tampan di belakang halaman sekolah. Pemuda itu datang menghampirinya dan mengobrol dengannya seakan dirinya mengenali Naruto, padahal dirinya itu adalah seorang senpai yang sejak awal tak pernah mengenali Naruto. Waktu itu Naruto belum memiliki teman, jadi ia menanggapi semua yang dikatakan si pemuda mengetahui kalau si pemuda itu sangat baik dan ramah, sama hal nya seperti kakaknya. Apalagi ketika tahu kalau dirinya waktu itu belum memiliki teman, jadi pemuda itu adalah teman pertama baginya sekaligus menjadi kakak keduanya.

"Gaara-senpai?" gumam Naruto saat ia telah tiba didepan si pemuda.

Saat menyadari kalau Naruto berada didepannya, Gaara pun langsung tersenyum tipis dan kemudian memberikan sesuatu berbentuk kotak yang terbuat dari plastik dari balik punggungnya.

"Ini... terima kasih untuk makanan yang kau berikan kemarin. Makananmu sungguh enak."

Melihat senyuman Gaara dan mendengar apa yang ia katakan tersebut, Naruto pun mengambil kotak plastik yang notabene adalah kotak bekalnya itu dari tangan Gaara dan kemudian tersenyum manis kearah Gaara.

"Hontou? Yukatta! Ureshii yo. Besok aku akan membuatkan bekal lagi untukmu kalau mau?" sahut Naruto menawarkan. Dan Gaara yang mendengar itu wajahnya langsung memerah seakan-akan dirinya malu atas apa yang ia katakan sebelumnya. Ia tak menyangka kalau apa yang ia katakan tadi itu bisa membuat Naruto sesenang itu dan menawarkan makanan lagi untuk hari esok, padahal dirinya hanya ingin berterima kasih. Karena berkat dirinya, ia jadi tak harus beli makanan di kantin yang selalu ramai tersebut kemarin.

"Tidak usah Naruto, aku tak mau merepotkanmu."

"Daijobu, aku senang kok membuatkan makanan untukmu," balas Naruto seraya tersenyum lembut kepada Gaara, sedangkan Gaara malah membuat wajah memerah karena merasa tersanjung dengan kebaikan yang ditawarkan oleh Naruto.

"Baiklah kalau begitu, aku akan kembali ke kelas. Semoga harimu menyenangkan Naruto."

"Hm, arigatou Gaara-senpai."

"Jaa."

"Jaa ne," balas Naruto seraya berjalan masuk kedalam kelas.

-x-x-x-x-

"Terima kasih banyak!"

Para murid di kelas 1-C menyerukan 'Terima kasih banyak' kepada sensei mereka setelah pelajaran hari itu telah berakhir. Dan kemudian mereka mulai bersiap-siap untuk membereskan perlengkapan alat tulis mereka yang berada dimeja mereka ke dalam tas. Wajah para murid SMP tersebut terlihat sangat berseri-seri saat bell pulang berdering, dan dengan semangatnya mereka menghambur keluar kelas sambil tertawa-tawa bersama teman-teman sebaya mereka. Namun tak semua dari mereka yang sudah keluar kelas, ada beberapa siswa-siswi yang masih berada dikelas, masih berbincang-bincang santai dan tertawa dikelas seakan masih terasa nyaman didalam kelas. Dan diantara mereka, 3 orang siswi berjalan menghampiri seorang siswi berambut pirang yang masih membereskan bukunya, yakni Naruto.

"Ne Naru-chan, apa kau ada acara hari ini?" tanya salah satu siswi yang sudah tiba lebih dulu disebelah meja Naruto.

"Hmmm...gak ada, emangnya kenapa?" balas tanya Naruto seraya membereskan bukunya dan kemudian tersenyum kearah siswi tersebut.

"Kalau gak ada acara, maukah kau ikut berkaraoke bersama kita-kita, sudah lama loh kita gak karaoke-an bersama-sama."

"Hm, pasti asyik kalau karaoke-an pada musim dingin! Pasti sesuatu bangeettt," seru seorang siswi kedua yang telah tiba di meja Naruto.

"Iya, aku setuju denganmu Himawari-san, menurutku juga kalau karaoke-an pada musim dingin pasti sesuatu bangett," balas satu siswi lagi.

"Jadi, bagaimana?" tanya siswi yang awalnya mengajak Naruto meminja jawaban.

"Iiyo...aku mau ikut-ttebayo!"

"Ha-ah~ yukatta, kalau begitu ayo!"

"Ah, matte kudasai," sahut Naruto seraya menyeret sreting tasnya dengan terburu-buru.

Tetapi tak lama kemudian ia tiba-tiba saja terdiam di mejanya dengan tubuh menegang dan mata membelalak seakan seperti melupakan sesuatu yang penting, lalu ia pun melesat menatapi tasnya dengan teliti, dimulai dari sisi kanan dan kiri seolah-olah sedang mencari sesuatu disetiap sisi tasnya.

Tubuhnya semakin menegang saat menyadari kalau apa yang ia cari telah hilang, dan keringatpun mulai membanjiri wajahnya karena panik. Tetapi meskipun ia sudah menyadarinya, dirinya masih belum percaya dan terus mencari sesuatu yang ia cari tersebut.

"Naru-chan? Doushitandai?" tanya salah satu siswi itu dengan alis berkerut, diikuti dengan kedua teman lainnya.

"Gantungan tasku...gantungan tasku hilang..."

"Hah?"

"Gantungan tasku... doushiyo?" gumam Naruto panik masih terus mencari-cari gantungan kuncinya, bahkan sekarang ia telah membuka tasnya berharap kalau gantungan tas yang ia cari itu tersangkut di sisi dalam tas dan terjatuh karena menahan beban tarikkan sretan tasnya.

"Ma-ma, Naru-chan, kan kau bisa beli lagi, ayo cepat kita pergi nanti keburu ramai tempat karaoke..."

"JANGAN BERCANDA!" teriak Naruto seraya berdiri dan menggebrak mejanya dengan sangat keras.

"!"

Mendengar Naruto yang berteriak seperti itu, 3 orang siswi yang berada didekatnya terkejut bukan main, bahkan karena saking terkejutnya kedua mata mereka ikut membelalak lebar sambil meringis kecil saat mendengarnya. Bukan hanya mereka saja, tetapi setiap murid yang masih berada disana juga ikut terkejut mendengarnya. Yah, bagaimana bisa tak terkejut, Naruto berteriak secara tiba-tiba dan mendadak pula.

Ekspresi Naruto berubah jadi sayu ketika menyadari atas apa yang ia lakukan tadi, dengan kedua mata yang terlihat seperti meminta maaf ia pun menatapi setiap teman-temannya yang masih berada didalam kelas sehingga tak lama kemudian suasananya pun kembali menjadi normal.

Naruto melesat duduk kembali dengan gerakkan cepat sehingga sekilas terdengar 'dug' pelan, dan kemudian ia menghela nafas panjang seolah merasa menyesal dengan apa yang ia katakan. Ia merendahkan wajahnya yang imut itu ke meja dan kemudian bergumam sendiri menyerukan hal-hal yang aneh dan tak jelas hingga kemudian Naruto menyerukan kata 'Maaf' kepada ketiga temannya yang berada di sebelahnya. Awalnya ketiga temannya itu terdiam lumayan lama, namun setelah itu mereka pun mulai menyahuti permintaan maaf Naruto tersebut.

"Tidak Naru-chan, kau tidak perlu meminta maaf. Seharusnya yang meminta maaf itu Fuyutsuki-san, bukannya dirimu."

"Iya, aku menyesal Naru-chan. Aku tak tahu kalau gantungan tas yang kau cari itu sangat berarti bagimu, jika aku tahu kalau gantungan tas itu sangat berarti maka...gomenasai!" seru siswi bernama Fuyutsuki tersebut sambil membungkukkan badannya 90 derajat merasa menyesal dengan apa yang ia katakan sebelumnya.

Namun Naruto tak merespon permintaan maaf Fuyutsuki, karena dirinya masih sibuk dengan fikirannya sendiri yang sedang menggumamkan kata-kata menyesal dalam hati dan membayangkan wajah kakak tercintanya. Yah, gantungan kunci tersebut adalah hadiah ulang tahun yang diberikan oleh kakaknya ketika dirinya beranjak berumur 10 tahun, gantungan kunci tersebut berbentuk rubah dengan kalung hitam dilehernya. Sebenarnya gantungan itu tak seperti rubah, mungkin lebih terlihat seperti luwak, tetapi karena kakaknya mengatakan kalau boneka gantungan kunci itu seperti rubah, jadi dirinya percaya saja dan menerimanya. Apalagi ketika tahu kalau kondisi kakaknya waktu itu memang sedang memprihatinkan, jadi dirinya merasa apapun hadiah yang diberikan kakaknya pasti akan ia terima. Tetapi jauh dari lubuk hatinya yang terdalam, hadiah yang sebenarnya ingin sekali ia dapatkan adalah...kesehatan kakaknya.

'Kore, otanjoubi omodetou. Gomenasai Naru-chan aku memberikannya agak telat sedikit. Kamu tidak marah 'kan sama aku. Hanya ini yang bisa kubeli untuk hadiah ulang tahunmu. Kau tahu 'kan, susah sekali diriku kalau ingin keluar dari rumah sakit ini, para suster disini tak pernah ada yang percaya kalau aku ingin membelikan hadiah ulang tahun untukmu. Jadi aku nekat keluar rumah sakit malam-malam tanpa diketahui oleh para suster yang menjaga disini dan akhirnya toko yang kutemukan masih buka itu hanya toko aksesoris, jadi...yah, hanya itu yang bisa kubeli. Tolong jaga baik-baik ya hadiah dari diriku itu...dan oh iya, jangan pernah bilang siapa-siapa termasuk Okaa-san kalau aku pernah keluar dari rumah sakit ya? kalau ketahuan, maka habislah aku. Oke Naru-chan, hehehe'

Serasa seperti nostalgia dengan kakaknya, tanpa disadari Naruto langsung mengeluarkan air matanya. Air mata yang sudah lama sekali tak ia keluarkan sekarang keluar sudah. Ia sangat merindukan kasih sayang kakaknya, pelukan hangatnya, senyuman tulusnya dan segala hal yang dimiliki oleh kakaknya itu. Karena tak tahan menahan rasa rindunya itu, Naruto pun mulai menundukkan kepalanya dan kemudian menyembunyikan wajahnya ke mejanya yang saat itu juga sudah dibanjiri dengan air mata.

3 temannya itu menyadarinya, sehingga mereka bertiga saling berpandang satu sama lain seperti meminta jawaban dari mereka masing-masing sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk meninggalkan Naruto sendirian dikelas tanpa mengajaknya kembali untuk berkaraoke, mereka melakukan itu karena bermaksud untuk memberikan Naruto waktu untuk menyendiri mengetahui kalau logat Naruto sekarang terlihat seperti benar-benar sedang ingin sendirian.

Setelah Naruto merasa lebih baik, Naruto beranjak berdiri dan meninggalkan kelasnya yang memang sudah sepi dikarenakan sudah malam. Lalu ketikanya ia berjalan melewati sebuah ruangan klub supernatural yang tak terpakai, ia mendengar suara gemerisik yang terkesan menyeramkan. Suara itu seperti suara gemerisik yang dibuat oleh seseorang, tetapi suara itu sangat halus dan lembut seakan suara gemerisik yang ia dengar ini seperti suara yang dibuat oleh angin. Dan suasananya menjadi semakin menegang ketika menyadari kalau di lorong sekolah itu tak ada orang sama sekali, yang ada hanya dirinya dan bayangannya yang tertimpa cahaya bulan.

Memikirkan hal itu, Naruto jadi merinding ketakutan. Lalu tak lama kemudian keringat pun mulai menjulur keluar dari wajahnya yang cantik, diikuti oleh bulu-bulu kulitnya yang mulai berdiri ketika suasana pada malam itu semakin mencekam dan gelap.

Entah ia salah lihat atau tidak, tanpa ia sadari sebuah bayangan hitam yang sangat besar didalam klub tertangkap oleh kedua mata sapphire-nya, sehingga keringat dan rasa takutpun semakin meningkat. Ia sebenarnya ingin berlari meninggalkan lorong sekolah ini dan cepat-cepat pulang, tetapi entah apa yang merasukki dirinya, ia malah penasaran dan berjalan mendekati klub lama supernatural tersebut.

Padahal ia ketakutan, tetapi rasa penasaran itu telah mengalahkan ketakutannya itu. Dengan berjalan mengendap-endap dan ponsel ditangannya, ia mendekati pintu klub yang agak sedikit terbuka tersebut.

Sebenarnya ponsel yang ia pegang itu dimaksudkan untuk melihat suasana yang berada didalam ruangan klub tanpa melihat langsung. Karena ia takut jika dirinya langsung melihat isi klub supernatural dengan kedua matanya, maka ia akan kerasukkan bayangan yang ia anggap hantu tadi.

Lalu sesampainya disana, ia mendekatkan ponselnya itu kesisi pintu klub yang sedikit terbuka, dan dengan mata sebelah tertutup karena ketakutan, ia pun mulai memandangi LCD ponselnya itu sambil menelan ludahnya dan jantung yang berdegup cepat.

Karena didalam ruangan klub itu sangat gelap, kameranya itu tak bisa merekamnya dengan jelas, tetapi yang pasti bayangan itu seperti sedang membungkuk dan mengobrak-abrik kardus-kardus yang berada disana dengan gerakkan hati-hati, bayangan itu seperti sedang membelakanginya dan jika dilihat lebih teliti maka dirinya bisa melihat sebuah cahaya kecil layaknya cahaya yang dibuat oleh senter ataupun cahaya ponsel dan juga jika dilihat lebih dekat maka bayangan itu memiliki postur tubuh seperti seorang pria. Ketika Naruto sedang serius-seriusnya melihat bayangan tersebut, entah ia yang salah dengar atau tidak, tiba-tiba saja ia mendengar suara decihan kesal sekaligus dengusan didalam ruangan klub tak terpakai itu. Suara itu terdengar seperti suara seorang pria, suara yang sangat dingin dan angkuh. Tetapi kenapa hantu bisa mendecih dan mendengus? Tanya Naruto dalam hati. Setahu dia, hantu itu tak bisa mendecih dan mendengus. Lalu siapa dia?

Karena curiga, ia pun memberanikan diri untuk membuka pintu klub dengan cepat sehingga menimbulkan suara 'Breet' keras lalu ia langsung menghidupkan lampu ruangan klub tak terpakai tersebut tanpa tanya lagi dan mulai berteriak sekeras mungkin berharap kalau instuisi yang ia rasakan tadi itu adalah benar bahwa bayangan yang ada diruangan klub itu adalah bayangan seorang manusia.

"Ketahuan kau malinggg!"

"?"

"?"

"Are?"

"Hn."

"Apa yang kau lakukan disini, teme!"

-x-x-x-x-

"Jadi, kau sedang mencari sesuatu?"

Gumam Naruto seraya membantu pemuda berambut pantat ayam tersebut mencari sesuatu. Ia tak menyangka kalau pemuda berambut pantat ayam itu masih belum pulang karena barang yang ia tinggalkan di ruangan klub yang tak terpakai itu. Lagipula barang apa yang ia tinggalkan? Dan juga, kenapa juga barangnya itu tertinggal di tempat seperti ini? Naruto bertanya-tanya dalam hati merasa sedikit curiga kalau barang yang dimaksud oleh pemuda itu adalah barang miliknya. Setahu dia, ruangan klub supernatural yang tak terpakai ini katanya memiliki barang-barang menarik, tetapi menarik bukan berarti bagus dan unik, hanya terdengar menarik untuk dimainkan karena ruangan klub ini adalah bekas ruangan klub supernatural yang telah dibubarkan. Klub supernatural dibubarkan karena penghasilan klubnya yang tidak menghasilkan standar klub sekolah. Karena hal itu, seminggu setelah Naruto bersekolah disana, klub ini akhirnya dibubarkan.

"Hn."

"Apa yang sedang kau cari?" tanya Naruto dengan kedua mata sedikit menyelidik. Namun pemuda itu tak menanggapi ekspresinya tersebut dan menjawab

"Hal yang sangat penting."

"Penting?"

"Hn."

"Ya tetapi apa barang itu? kalau aku tak tahu bagaimana bentuk barangnya, bagaimana bisa aku menemukannya?"

"Urusai yo, dobe!"

"Nani? Apa yang kau katakan teme!"

"Jika kau tak berniat membantu, maka pulang saja sana."

"Hah! sebenarnya kau itu manusia atau bukan sih? Orang yang sebenarnya ingin berniat baik untuk menolong malah diusir. Setidaknya berterima kasihlah sedikit padaku."

"Untuk apa aku berterima kasih padamu?"

"Cih, kau orang yang sangat menyebalkan. Jika kau terus-terusan seperti ini, kau pasti tak akan pernah bisa memiliki istri kau mengerti!"

"Hn."

Naruto tak pernah tahu kalau apa yang ia katakan itu tak berlaku sama sekali bagi pemuda itu. Jika ia lebih sedikit perduli dengan kabar-kabar yang ia ketahui dari teman-teman perempuannya, pasti ia akan tahu siapa sebenarnya pemuda itu. Yah, pemuda itu bernama Uchiha Sasuke, pemuda dingin tetapi sangat keren itu adalah anak dari seorang pengusaha terkenal seantero Konoha yaitu Uchiha Fugaku. Pemuda bernama Sasuke itu adalah anak bungsu Fugaku Uchiha yang dikabarkan akan menjadi direktur muda di cabang perusahaan ayahnya yang berada di pusat Konoha. Dikarenakan kepintarannya dalam menganalisis hal berbau bisnis, Uchiha Sasuke telah dijadikan anak emas kedua yang begitu dibanggakan setelah kakaknya sukses. Bukan hanya itu saja, Sasuke juga sangat populer di setiap kalangan siswi di SMP-nya, bahkan wanita-wanita yang berada diluar pun sangat memuja-muja dirinya. Jadi tak heran kalau ekspresi Sasuke yang dingin itu sangat dipuja oleh para wanita. Mungkin di dunia ini, hanya Naruto lah yang tak pernah sadar kalau pemuda yang berada disebelahnya adalah orang yang sangat tampan dan berparas dewasa.

Karena Naruto merasa sebal dengan logat dan cara bicara Sasuke yang dianggap sok keren itu, ia jadi kembali bad mood dan berjalan menjauhi Sasuke bermaksud untuk pulang, ia sudah tak perduli lagi kepada Sasuke, biarkan saja ia mencari barangnya sendiri, lagipula Sasuke bukanlah orang yang ia kenal, jadi untuk apa mengutamakan dirinya? Begitulah yang ia fikirkan ketika dirinya berjalan menuju pintu keluar ruangan klub.

"Matte," seru Sasuke seraya beranjak berdiri dan kemudian berjalan mendekati Naruto yang saat itu juga berhenti.

Sesampainya dibelakang Naruto, Sasuke merogoh saku kanan celana sekolahnya dan kemudian memberikan sesuatu kearah Naruto, sesuatu yang berbentuk sangat kecil dan lucu. Dan Naruto yang menoleh kearah tangannya itu sangat terkejut sekali hingga kemudian mengambil barang itu dari telapak tangan Sasuke tanpa berkata apapun.

Ia memeluk barang itu yang notabene adalah gantungan tas yang ia cari sejak tadi sore, dan ia semakin merapatkan gantungan tas itu ke dadanya ketika rasa syukur itu melanda dirinya. Ia sangat senang kalau gantungan itu telah kembali kepadanya, jadi kakaknya tak akan marah kepadanya lagi. Mulai saat ini, ia berjanji akan menjaga gantungan itu dan tak akan pernah menghilangkannya lagi, ia berjanji.

"Gantungan itu jatuh ketika kau dan aku berpapasan di lorong tadi pagi. Kau tak menyadari kalau gantungan itu terjatuh saat itu, sebenarnya aku ingin memberitahukanmu kalau gantungan tas mu itu terjatuh tetapi...saat itu aku merasa sedang bad mood padamu jadi aku mengurungkan niatku untuk memberitahukanmu kalau gantunganmu telah jatuh. Aku baru akan mengambilnya ketika kau telah pergi meninggalkan lorong. Saat aku mengambilnya, tali gantungan tasmu sudah putus. Kurasa gantungan tasmu itu berumur cukup lama jadi tali yang mengikat tas mu itu tak kuat menahan ikatannya sehingga akhirnya terputus. Jadi sebenarnya aku datang ke klub ini hanya untuk mencari tali yang sama bentuknya seperti tali gantungan tasmu itu. Karena katanya disini ada banyak sekali gantungan tas mengetahui kalau klub supernatural ini ketika masih aktif sering mengumpulkan tali gantungan tas untuk dijadikan penangkal sihir atau apalah, jadi kurasa aku ingin mengambilnya satu. Awalnya sih aku ingin membeli yang baru tanpa harus repot-repot seperti ini, tetapi kurasa tali yang motif dan bentuknya seperti itu tak akan ada lagi di toko aksesoris jaman sekarang. Jadi aku lebih memilih untuk mencarinya disini."

"Arigatou...arigatou gozaimasu, aku telah salah menilaimu. Aku kira kau itu orang yang paling buruk di dunia ini. Ternyata kau orang yang baik, hehehe...ah tetapi, kenapa kau sampai se keukeuh ini hanya karena ingin memperbaiki tali gantungan tasku?"

"Ano...aku tak tahu, aku hanya mengikuti instingku saja."

"Oh, sou ka. Ano...ngomong-ngomong bagaimana kau bisa mendapatkan kunci klub tak terpakai ini...ah ett-to...bukannya aku bermaksud menuduhmu, aku hanya bertanya...kalau kau tak mau jawab, tak masalah kok, hehehe."

"Hmm, aku meminta izin untuk meminjam kunci klub ini kepada guru dan memberi alasan bahwa aku ingin meminta satu buah tali gantungan tas yang berada di ruangan klub ini. Dan mereka memperbolehkanku. Aku tidak membukanya dengan paksa."

"Ah, hehehe. Aku tak bermaksud begitu kok, hehehe."

Sasuke mengalihkan wajahnya kearah lain ketika Naruto tersenyum kearahnya, senyuman yang sangat manis dan terkesan indah untuk dilihat. Dan kemudian ia berjalan melewati Naruto sambil memasukkan kedua tangannya kedalam kedua saku celananya. Entah kenapa saat memandangi wajah gadis itu, ia merasa ada hal yang aneh dengannya. Ketika gadis itu tersenyum kepadanya, gejolak hatinya rasanya ingin sekali memberontak kesenangan. Kesenangan yang sangat aneh dan berbeda dengan kesenangannya kepada pelajaran ekonomi. Kesenangan ini terasa sangat hangat, dan juga membuat dirinya sedikit salah tingkah ketika melihat wajah dan senyuman tulus itu.

"Ayo kita pulang," gumam Sasuke mencoba berusaha sekuat mungkin untuk menahan sensasi anehnya. Ia berkata demikian karena dirinya ingin cepat-cepat pulang kerumah dan pergi kerumah sakit untuk memeriksa keadaannya yang saat ini terasa seperti bukan dirinya, atau mungkin bisa dibilang takut kalau dirinya mengalami penyakit aneh yang meneror kehidupannya, ya begitulah.

"Eh? tetapi 'kan kita belum menemukan tali untuk gantungan tasku ini?" balas Naruto tak setuju.

"Kita bisa melanjutkannya besok, lagipula tadi kau berencana untuk pulang juga 'kan?"

"huh? Ternyata kau masih menyebalkan. Aku tetap disini untuk mencari tali itu! kalau kau mau pulang, maka pulang saja sana!" dengus Naruto sambil memutarkan tubuhnya memunggungi Sasuke yang saat itu juga memunggunginya dan kemudian berjalan dan berjongkok di tempat awal ia mencari tali itu bersama dengan Sasuke sebelumnya.

Sasuke menghela nafas pendek dan kemudian berjalan meninggalkan Naruto yang masih tetap keukeuh dengan keinginannya itu. Sedangkan Naruto masih terus mencari tali yang sama untuk gantungan tasnya tak memperdulikan Sasuke yang memang sudah berjalan keluar dari ruangan klub tersebut.

Sepuluh menit berlalu, Naruto masih belum menemukan tali yang sedang ia cari. Terkadang ia merasa putus asa dan berfikir kalau tali itu memang tak penah ada tetapi sebelum rasa putus asa itu semakin melandanya, fikiran postifnya soal 'Tali itu pasti ada' selalu saja melandanya seakan fikiran positif itu selalu mendukungnya disetiap ia hampir di titik keputusasaan. Mungkin inilah kekuatannya jika sedang menginginkan sesuatu.

"Kore."

"!"

Saat mendengar gumaman dingin disebelahnya dan juga sebuah minuman kaleng yang tertuju kepadanya, Naruto yang awalnya sangat serius jadi terkejut dan menahan nafas begitu saja pada saat itu juga. Dan kemudian ia akhirnya menoleh dan mendapatkan Sasuke yang berada disebelahnya sambil mengarahkan tangan kanannya kearah wajahnya. Naruto dibuat heran oleh Sasuke, didalam hati ia bertanya-tanya 'kenapa orang ini kembali lagi?' dan juga dirinya berniat untuk mengutarakannya langsung kepada pemuda disebelahnya itu tetapi hal itu langsung ia hilangkan ketika Sasuke berjongkok disebelahnya seraya meletakkan sebuah kaleng minumannya dan kaleng minuman yang sebenarnya memang untuk Naruto ke lantai, lalu ia membuka kardus disebelah Naruto dan mulai mengobrak-abrik isinya dengan hati-hati.

"Kita harus cepat menemukan tali itu, security sekolah berencana untuk menutup gerbang sekolah lima belas menit lagi."

"Ha-ha'i."

Naruto menyahuti perkataan Sasuke ketikanya ia sadar dari fikirannya sendiri dan kemudian mulai kembali mengobrak-abrik kardus didepannya.

Sepuluh menit kemudian akhirnya Sasuke menemukan apa yang ia dan Naruto cari, dengan teriakkan kesenangan, Naruto mengambil tali itu dari tangan Sasuke dan langsung mengikatnya ke gantungan tasnya tersebut. Naruto tersenyum-senyum senang saat melihat gantungan tas itu sudah kembali seperti semula. Dalam hati Naruto berkata 'Aku janji akan menjaganya, Onii-chan' sambil mengeluarkan sedikit air mata karena merasa bahagia.

Sasuke yang melihatnya sedikit tersenyum tipis dan kemudian beranjak berdiri dari tempatnya berada dan kemudian melangkahkan kakinya menuju dinding terdekat hanya sekedar untuk bersandar istirahat sambil menikmati Ice Coffee kalengnya yang sepuluh menit lalu ia beli.

Dua menit setelah Sasuke bersandar di dinding terdekat, Naruto membuka kedua matanya dan memandangi Sasuke yang berada di dinding yang tak jauh itu sedang menikmati Ice Coffee nya dengan khidmat. Melihat Sasuke yang meminumnya dengan khidmat ia jadi merasa kepingin dan meminum Ice Coffee-nya juga yang sejak 7 menit yang lalu sudah ia buka. Lalu ketika ia sedang meneguk Ice Coffee-nya, ia merasa ada sesuatu yang aneh, ia merasa Ice Coffee-nya sedikit lebih cepat habisnya padahal seingat dia sejak dirinya mengobrak-abrik kardus yang berada didepannya, ia baru meminum 3 kali tegukan, tetapi kenapa Ice Coffee yang ia minum ini langsung habis dalam sekali tegukan? Apakah mungkin karena ia sedang haus? Tetapi rasanya ganjil, soalnya pas ia minum, sisa Ice Coffee-nya sudah sangat sedikit, jadi memang cukup untuk sekali tegukan saja.

Ketika Naruto dibuat heran oleh Ice Coffee-nya itu, tiba-tiba saja ia menyadari kalau Ice Coffee miliknya bermerk-nya sama dengan Ice Coffee milik Sasuke, dan juga saat itu kaleng mereka juga saling berdampingan. Jadi jika dia tak salah maka...

Memikirkan hal itu tiba-tiba saja wajah Naruto memerah dan memanas dan kemudian beranjak berdiri dan mendekati Sasuke yang masih dengan khidmat meminum Ice Coffee-nya. Sedangkan Sasuke yang melihat Naruto yang berjalan mendekatinya malah mengerutkan keningnya dan kemudian bertanya-tanya 'Kenapa?' dalam hati, karena dilihat dari jauh Naruto terlihat seperti sedang menyembunyikan wajahnya dari dirinya.

Sesampainya disana, Naruto terdiam sedangkan Sasuke memiringkan kepala tak mengerti dengan sikap Naruto yang aneh itu. Lalu tak lama kemudian tubuh Naruto bergetar hebat didepannya sambil sesegukkan layaknya seperti orang yang sedang menangis, melihat Naruto yang seperti itu tentu saja Sasuke panik dan berjalan satu langkah mendekatinya bermaksud untuk bertanya kenapa, tetapi sebelum ia mengucapkannya, tiba-tiba saja Naruto mendorong Sasuke untuk menjauhinya dan kemudian memukul-mukul tubuh Sasuke sekuat tenaga sambil menangis dan berteriak 'Chikuso!' berkali-kali.

Sasuke terkejut dengan refleks yang Naruto berikan kepadanya, walaupun pukulannya tak terasa sama sekali tetapi ia merasa kalau Naruto seperti sedang memukulnya sekuat tenaga. Sasuke mulai mengerutkan keningnya semakin tak mengerti dengan apa yang terjadi dengan gadis yang baru ia temui ini. Ia selalu bertanya 'Kenapa' kepadanya tetapi selalu saja diacuhkan dan dibalas dengan pukulan yang semakin kuat dan menangis sehebat-hebatnya.

Karena Sasuke yang merasa sudah tak kuat dengan Naruto, ia jadi harus berlaku kasar kepadanya, yakni dengan memaksa Naruto menatap wajahnya dengan satu tangannya yang kosong dan menyuruhnya diam seakan Sasuke tak mau lagi mendengar jerit tangis Naruto yang menurutnya tak ada alasan tersebut.

"Ada apa? kenapa kau menangis seperti itu?" tanya Sasuke mulai kembali lembut namun dingin.

"Aku...aku tak akan pernah bisa menikah lagi..."

"Hah?"

"Kau...kau...orang yang baru kukenal...kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Kenapa kau yang harus mendapatkan ciuman tak langsungku?"

"!"

Sasuke terkejut saat mendengar jawaban Naruto tersebut, dan kemudian menoleh kearah kaleng Ice Coffee yang ia pegang di tangan kanannya seakan dirinya mengerti apa maksud dari Naruto tersebut. Sasuke memandangi kaleng Ice Coffee yang sudah hampir habis itu dengan tatapan yang tak bisa diartikan dan kemudian wajahnya tiba-tiba saja memerah, tetapi tak semerah Naruto, hanya memerah tipis karena merasa malu. Dan karena hal itu, perasaan aneh itu mulai melandanya lagi lalu berjalan mundur satu langkah lagi sehingga tubuhnya kembali bersandar di dinding dengan ekspresi yang masih sama seperti sebelumnya.

"Kau harus bertanggung jawab!" bentak Naruto sambil berjalan mendekati Sasuke dan mulai memukul tubuhnya kembali.

"Aku...aku tak sengaja, sudahlah hentikan ini. Lagipula itu hanya ciuman tidak langsung 'kan?"

"Tetapi, itu tetap saja namanya ciuman! Bakabakabaka!"

"Sudahlah, hentikan!"

Ketika mereka sedang berdebat, tanpa mereka sadari tiba-tiba saja sebuah buku coklat yang terlihat usang itu terjatuh tepat disebelah kanan mereka. Buku itu terjatuh ketika Sasuke membenturkan sedikit tubuhnya ke lemari buku disebelah kanannya, tepatnya ketika dirinya mendapatkan dorongan kuat dari Naruto.

Naruto dan Sasuke terdiam dan kemudian saling pandang satu sama lain, lalu Naruto mengambil buku itu ketikanya ia menjauhkan dirinya dari Sasuke. Sedangkan Sasuke hanya mengerutkan keningnya dan mulai berjalan mendekati Naruto.

Naruto memandangi buku itu dengan teliti, buku berwarna coklat dan sangat usang seakan buku itu sudah berada disini dengan jangka waktu yang sangat lama sekali, mungkin sekitar 25-31 tahun. Judul tulisan yang berada di cover buku ini sudah sangat luntur sehingga sulit sekali dibaca. Dan karena Naruto penasaran, ia malah membuka buku itu bukannya mengembalikan buku itu ke tempatnya. Mungkin hal itu sangat tidak sopan, tetapi penyakit penasaran itu kembali melandanya sehingga jadi seperti itulah akhirnya.

Naruto membaca buku itu dengan alis berkerut karena merasa tak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh tulisan-tulisan yang berada dibuku ini dan tanpa ia sadari ia pun mengeluarkan suaranya untuk membaca tulisan-tulisan tak ia kenal itu dengan lantang dan keras seakan dirinya juga ingin memberitahukannya kepada pemuda yang berada disebelahnya yakni Sasuke.

"Lesc deusht deu soule desctinacion maikatr fuire defrenr."

Bersama dengan suara 'Bless' Naruto berhenti membaca buku tersebut. Mata sapphire-nya memandangi setiap tulisan itu dengan teliti namun tak ia baca, hanya sekedar melihat satu persatu disetiap hurufnya dan kemudian ia menyipitkan kedua mata Sapphirenya hingga kemudian dia mendengar suara teriakkan Sasuke yang berada dibelakangnya seakan pemuda yang berada disebelahnya itu tak seperti dirinya yang sebelumnya.

"Kyaaaaa!"

"!"

Sasuke berteriak dan Naruto terdiam. Mereka saling pandang satu sama lain dengan kedua bola mata mereka yang memang saling kontras satu sama lain, lalu tak lama kemudian mereka mulai membuka mulutnya kembali dan berkata

"Apa-apaan ini?"

"Kenapa aku bisa melihat tubuhku sendiri?"

TBC

A/N: Akhirnya chapter 1 selesai juga, hehehe

Bagaimana menurut Minna? Aku sebenarnya sih hanya sekedar iseng-iseng saja sih, soalnya lagi bete sendirian dirumah, hehehe^^

Awalnya aku Cuma baca-baca novel lama, ya nostalgia gitu deh, eh tiba-tiba ide pasaranku muncul dan gini deh jadinya, fic aneh dan gaje ini terlahir dari otak dan fikiran gaje ku^^

Untuk chapter depan, aku akan update minggu depan dan insya Allah bakal aku update bersama dengan Anee-san! Onegai!. Jadi tunggu saja ya,,

Bye~