Desclaimer
All main chara © Masashi kishimoto
The First and The Last © Misa Miyano
Genre : Romance/Hurt/Comfort *semuanya deh saya borong*
Pair : SasuSaku, GaaSaku, KakaSaku
Rate : T
Don't Like Don't Read
but
I hope you give me a REVIEW
Annyeong ^^
Perkenalkan, saya adalah author baru (newbie) yang membuat sebuah fanfic GaJe dan jelek ini. Sungguh menyedihkan. Yah, Daripada ide-ide ini berkeliaran di otak saya dan mengganggu, lebih baik dikeluarkan dan saya tulis dalam bentuk fanfic. Terserah apa yang orang kata, Insya Allah saya menerima dengan senang hati.
Ok, daripada saya banyak bacot dan membuat anda muak. Langsung saja.
HAPPY READING ^^
THE FIRST AND THE LAST
Sinar sang surya masuk melalui celah-celah gorden berwarna krem itu. Memasuki sebuah kamar seorang gadis yang tengah terlelap. Sang gadis terbangun, mata emeraldnya yang masih terkantuk itu mengerjap-ngerjap karena silau sang surya mengenai matanya.
Akhirnya mata itu terbuka seutuhnya Sinar mata itu begitu memukau, aura yang dipancarkan dari mata zamrud itu dapat menyihir semua orang yang melihatnya. Indah sekali.
Sakura nama gadis itu. Bangkit dari tidurnya, kemudian berjalan menuju pintu kaca yang ditutupi gorden gading. Tangan putih mulusnya itu menyingkapkan gorden kamarnya satu persatu, hingga akhirnya sinar matahari hangat memasuki kamarnya. Kemudian ia mendorong pintu kaca, terbukalah sedikit celah yang membuat udara segar pagi hari langsung berhambur memasuki kamarnya, melalui celah pintu yang ia buka.
Sekarang ia sedang berdiri di balkon kamarnya yang terletak di lantai dua, tangannya bertumpu pada pagar besi pembatas berwarna keemasan. Angin segar menerpa wajah nan jelitanya, rambut merah muda yang membingkai wajah itu bergoyang-goyang diterpa angin. Mata emeraldnya tertutup sejenak lalu membuka lagi, merasakan segarnya udara pagi dan hangatnya matahari. Lalu perhatiannya tertuju ke lantai bawah, di halaman rumahnya.
Dibawah, tepatnya di halaman rumah kediaman keluarga Haruno itu terparkir mobil-mobil mewah dengan berbagai macam merk dan warna. Nyonya dan Tuan Haruno dengan ramah menyambut orang-orang yang turun dari mobil itu. Mereka terdiri dari saudara-saudara sakura, rekan bisnis orang tuanya, dll. Mengapa mereka datang kemari? Mereka datang untuk menyambut hari bahagia dimana dua insan yang berbeda keluarga dan jenis kelamin akan dipersatukan dalam suatu upacara suci. Ya, pernikahan. ini semua adalah untuk menyambut pernikahan Sakura yang hanya tinggal 3 hari lagi. Ah.. Bukan-bukan, tepatnya adalah acara perjodohan antara Putri Keluarga Haruno dan Putra keluarga Uchiha. Ini semua dilakukan agar hubungan bisnis yang mereka jalani berjalan baik dan lancar.
Sakura hanya melihat orang-orang itu dengan tatapan kosong. Ia benar-benar tak menyangka, masa lajangnya hanya tinggal 3 hari lagi. Dan, tentu saja ia kurang senang menyambut semua ini. Calon suaminya, dari keluarga Uchiha itu sama sekali tidak ia kenal, yang Sakura tahu hanya pemuda itu adalah mahasiswa jurusan psikologi di Universitas Suna. Begitupun sebaliknya. Tetapi Nyonya Haruno bilang pada sakura bahwa calon suaminya itu diam-diam menyukai sakura pada saat pertama mereka dipertemukan. Benarkah? Sakura tidak pernah percaya akan hal itu. Buktinya, jika anak Uchiha itu benar-benar suka padanya sudah pasti dia selalu mengontak Sakura. Yang terjadi malah sebaliknya.
"Sakura, kau sudah bangun?', tanya seseorang dibalik pintu kaca. Yang sontak membuat lamunan sakura buyar.
Sakura menoleh kaget.
"Eh, Ibu. Iya, aku sudah bangun," ujar sakura sambil mengembangkan senyumnya.
"Kalau begitu, cepatlah mandi dan setelah itu turun ke bawah. Kita akan sarapan bersama tamu-tamu kita!," dengan nada lembut, Nyonya Haruno menyuruh anaknya
"Baik, Bu" jawab Sakura singkat.
"Ditunggu ya Sakura!," ujar Nyonya Haruno sambil berlalu.
'Ya, Tuhan.. Apa ini benar-benar terjadi? Aku akan menikah,' inner sakura merintih. Dalam hatinya, Sakura benar-benar sedih atas perlakuan orangtuanya. Sakura merasa seperti barang yang dijual hanya untuk kepentingan bisnis. Ia merasa muak, tapi apa daya Sakura tidak bisa melawan semua ini. Dia sudah pasrah, walau kadang semalam ia tidak tidur hanya untuk menangisi semua ini.
"Nah, ini dia putriku. Namanya Sakura," ujar Tuan Haruno memperkenalkan Sakura pada semua orang yang ada di meja makan.
"Saya Haruno Sakura, senang bertemu kalian semua," Sakura memperkenalkan diri dengan senyum mengembang di wajahnya, lebih tepatnya senyum palsu. Sebuah topeng yang menutupi kesedihannya.
"Oh, ini ternyata putri anda. Cantik sekali, seperti namanya!," puji salah seorang diantara mereka.
"Tuan Haruno, seandainya anda tidak menjodohkan putri anda dengan putra keluarga Uchiha. Dengan senang hati saya akan menjodohkan putra saya. Tetapi sayang, keberuntungan lebih memihak pada Keluarga Uchiha," ujar seorang laki-laki berambut kuning itu, yang langsung diiringi gelak tawa yang lainnya.
'Siapa yang mereka tertawakan? aku?'
"Ah, ayo-ayo silahkan sarapannya sudah Siap. Mari kita makan," ajak Tuan Haruno.
"Selamat makan," semua tamu yang hadir melahap makanannya masing-masing dengan gaya seorang konglomerat. Disela-sela acara sarapan bersama itu, terdengarlah obrolan-obrolan kecil diantara bapak dan ibu pebisnis itu entah apa, Sakura tidak mengerti.
Sakura memakan sarapannya tanpa nafsu sedikitpun. Suap demi suap dia kunyah dan ditelannya. Rasa makanan yang begitu enak seperti tak berbekas di lidahnya, sekarang ia hanya memikirkan bagaimana ia hidup setelah menikah. Terpisah dengan orangtua, serumah dengan suami yang sama sekali tidak ia kenal. Malam pertama. Lalu sakura hamil muda. Oh, tidak!
"Kau kuliah dimana, Sakura?," lamunan Sakura buyar saat pertanyaan itu masuk telinganya. Ia pun menoleh pada arah suara. Didapatinya seorang Laki-laki seumuran ayahnya dengan mata lavender sayu. Dia terlihat berwibawa.
"Aku kuliah di University of Konoha. Aku ambil kedokteran," jawab sakura dengan senyumnya lagi.
"Hn, belajar baik-baik ya! Meskipun kamu akan segera memiliki suami, tetaplah gapai cita-citamu menjadi seorang dokter," ucap laki-laki itu bijak
"Tarimakasih atas sarannya," ucap Sakura.
Semua tamu sudah pulang. Sakura yang dari tadi berdiri diambang pintu untuk melepas kepulangan mereka, berbalik badan dan masuk ke rumahnya.
Sakura menghempaskan tubuhnya ke permukaan spring bed king size dikamarnya. Dia kelelahan setelah 'diinterogasi' oleh rekan-rekan ayahnya. Sungguh merepotkan. Yang Sakura inginkan saat ini adalah menghabiskan masa lajangnya yang tinggal 3 hari dengan shopping, pergi ke salon, dan makan-makan bersama sahabat-sahabatnya Ino, Tenten dan Hinata. Bukannya 'diinterogasi'.
Tok, tok, tok
"Sakura, bolehkah ibu masuk?," ucap Nyonya Sakura diujung pintu Jati dengan ukiran indah itu
"Ya," jawab sakura singkat.
Pintu dibuka, dan muncullah seorang wanita karir yang sama cantiknya dengan Sakura.
"Sayang, nanti malam Keluarga Uchiha akan datang kemari," tutur Nyonya Haruno sambil duduk disebelah Sakura yang sedang berbaring.
"Apa? Malam ini maksud ibu?," Sakura terperanjat kaget.
"Tentu saja. Kita makan malam bersama, tapi Kami akan makan malam dirumah. Sedangkan kau dan Sasuke makan malam diluar," ucap Nyonya Sakura
"Kenapa? Bukankah lebih baik kita makan sama-sama di rumah saja, Bu," Sakura protes.
"Loh, itu bagus sayang. Kau akan semakin akrab satu sama lain dengan Sasuke,"
"Tapi-," Sakura yang tadinya ingin protes lagi, mengurungkan niatnya karena melihat Ibunya menggelengkan kepala.
"Soal baju, Ibu sudah siapkan. Yang lainnya biar kau saja yang urus, ya," ucap Nyonya Haruno
"Bilang saja Ibu dan Ayah menyuruhku kencan dengannya!," Sakura menggerutu.
"Nah, itu kau sudah mengerti," ujar Nyonya Haruno sambul berlalu meninggalkan Sakura yang perasaannya sedang campur aduk antara sedih, bingung dan takut.
Kediaman Uchiha 02:30 PM
Pemuda berambut hitam dengan bagian belakang yang mencuat keatas sedang duduk di tepi tempat tidur bersprei biru tua. Kedua siku bertumpu pada kedua pahanya sehingga membuat pemuda bernama Sasuke ini sedikit matanya tertuju pada sesuatu di Tangannya. sebuah lembar kecil kertas yang agak tebal. Sebuah foto, foto seorang gadis berambut merah muda yang adalah calon istrinya. Gadis dalam foto itu sedang menyunggingkan senyum manisnya ke arah kamera. Mata emeraldnya begitu berbinar. Dia akui, gadis yang berada di foto itu memang cantik. Tetapi, tatapan mata obsidian Sasuke pada foto itu sulit diartikan, entah itu suka atau mungkin benci.
"Jangan lupa, nanti malam," ujar seseorang sambil menyentuh bahu Sasuke.
Meskipun Sasuke kaget karenanya, tetapi ekspresinya tetap saja datar.
"Hn," jawab Sasuke.
Bersambung...
A/N
Hwa... Fic apaan nih? GaJe sangat... Maafkan Saya kalau ceritanya kacau alurnya juga kecepetan kan? maklum, saya masih amatiran. jangan salahkan Saya ya, salahkan saja sama Fuji orang yang bikin ide fic ini ! *woy, Lo ama Fuji tu sama aja -dilempar panci-*
Eh, tadinya fic ini mau dibikin oneshot tapi, karena tangan saya selalu lebai dalam acara ketik-mengetik. Jadinya, multi chap deh.. *emang ada yang peduli?*
Sudahlah, yang saya butuhkan sekarang hanyalah review dari para reader *pede banget lu, emang ada yang baca fic lu?*. Diusahakan yang membangun review-nya, hehe..
See ya, Guys !
