.

ReeBaby Present

.

Baby & Clown

.

I : Baby

Something present and they called it "Baby"
In another side, People laughing at our love like it "Clown"

.

WARNING ITS YAOI FANFICTION. DON'T LIKE DON'T READ!

.

Baekhyun terjatuh ke dalam cinta terlalu dalam, ia merelakan apapun yang ia miliki demi cinta. Termasuk masa depannya. Kekasihnya Chanyeol, meminta maaf karena terlalu ceroboh sampai menanamkan benihnya saat mereka bercinta. Walaupun ia memaafkan pria itu, ia tidak tahu jika ternyata yang Chanyeol tanamkan bisa berbuah juga. Ia dan Chanyeol sama sama pria, jadi tidak pernah sedetik pun terlintas dibenaknya ia bisa mengandung. Tapi kini, walau terdengar cukup gila. Ia benar-benar menggandung anak pria itu.
"Aku harus mengugurkannya." Cicit Baekhyun, tak berani ia menatap manik kelam milik Chanyeol yang mulai melebar. Ia gengam erat-erat ujung kemejanya sambil terus menunduk.

"Apa yang kau bicarakan? Kau mau membunuh anak kita?" Sentak Chanyeol, emosinya sudah sampai ke ubun-ubun. Di saat-saat mengejutkan seperti ini, seharusnya Baekhyun membantunya mencari cara terbaik untuk memberitahu keluarga mereka, bukan berniat mengorbankan bayi tidak bersalah.

"T-tapi kita debut dua tahun lagi." Baekhyun tetap menunduk, dan Chanyeol tidak tahu harus berkata apa sebagai respon ucapan kali ini. Itu benar, mereka debut dua tahun lagi. Juga sepertinya, Baekhyun telah memikirkan hal ini lebih jauh dari dugaanya.

Pada dasarnya, hubungan mereka berdua memang salah sejak awal. Lelaki dan lelaki, tidak ada satupun agama yang membenarkan hubungan cinta ini. Dan kini, dengan sesuatu yang mulai berkembang di rahim Baekhyun membuat semuanya semakin sulit. Impian dan keluarga, rasa sakit yang entah datang dari mana langsung menyeruak ke dalam dada keduanya begitu memikirkannya.

Tapi Chanyeol benar-benar tidak ingin mengorbakan anak ini.

Sesaat setelah mengangkat wajahnya, cepat-cepat Baekhyun menatap Chanyeol. Kali ini raut wajahnya terlihat serius sekali, setelah menyelami ekspresi itu untuk beberapa saat. Baekhyun menarik kesimpulan jika Chanyeol pun mungkin sebenarnya satu pendapat dengannya.

"Aku akan segera mengugurkannya, tenang saja Chanyeol-ah." Lalu kata-kata itu keluar begitu saja. Di luar dugaanya, Chanyeol malah mencengkram kuat lengan mungilnya sambil mempelototinya.

"TIDAK! TIDAK AKAN KUBIARKAN KAU MENGUGURKAN ANAK KITA!" Itu adalah bentakan paling keras selama ia mengenal Chanyeol.

"LALU APA? KATAKAN PADAKU APA YANG HARUS KULAKUKAN? HIKS…" Ia takut dan binggung, ditambah lagi hatinya sakit menerima perlakuan Chanyeol tadi. Air matanya tumpah begitu deras, Chanyeol kembali diam bembeku , sebelum kesadaran pria tinggi itu kembali pulih Baekhyun cepat-cepat menarik lengannya. Otaknya mengatakan untuk segera lari dari tempat itu, tapi yang ia lakukan hanyalah jatuh terduduk sambil menanggis keras-keras.

Sampai sepasang lengan kekar yang sangat ia kenali pemilknya memeluknya erat. Membuat tangisannya terhenti sejenak, sebelum ia mencoba berontak dan menangis semakin kencang.

"Maafkan aku sayang, maafkan aku. Jangan takut, aku akan bertanggung jawab. Aku tidak akan lari. Kita akan merawat anak ini bersama-sama. Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja. " Gumam Chanyeol sembari mengeratkan pelukannya.

Baekhyun selalu mempercayai Chanyeol untuk apapun yang pria itu lakukan, jadi begitu Chanyeol mengatakan hal tersebut. Yang bisa Baekhyun lakukan hanyalah mempercayainya. Karena Baekhyun sudah jatuh terlalu dalam pada pesona pria tinggi ini, ia bisa langsung merasa aman setelah mendengar ucapannya. Dalam pelukan hangat Chanyeol, Baekhyun merasa kekhawatirannya perlahan-lahan memudar.

.

B & C

.

Mereka harus pindah dari asrama, Chanyeol langsung memutuskan hal tersebut tanpa meminta pendapat Baekhyun terlebih dahulu. Lagipula Baekhyun tidak berfikir itu adalah ide buruk, jadi ia baik-baik saja saat mengetahuinya. Mungkin Chanyeol khawatir jika perut Baekhyun akan membesar lebih cepat dari dugaanya dan para menghuni asrama yang lain akan tahu rahasia mereka. Baekhyun juga merasa ini yang terbaik untuk keduanya.

Mereka menyewa sebuah flat kecil dengan uang tabungan mereka, jaraknya lumayan dekat dengan kantor agensi jadi mereka masih bisa pulang-pergi untuk latihan. Yang menjadi kekhawatiran Chanyeol selanjutnya adalah, apakah Baekhyun masih bisa bertahan dengan segala rutinitasnya atau tidak. Walaupun Baekhyun telah meyakinkan Chanyeol jika dirinya akan baik-baik saja, pria yang mengaku memiliki ikatan batin itu menyuruh Baekhyun berhenti menjadi Trainee dengan mengatas namakan calon bayi mereka.

Bukan tanpa alasan, ia terlalu sering melihat Baekhyun melakukan aktifitas yang berpotensi membahayakan bayi mereka. Karena terlalu sering menerima wejangan dari Chanyeol, kepala Baekhyun yang mulanya sekeras batu itu perlahan mulai melunak juga. Setelah berfikir berulang-ulang, akhirnya ia pun memilih menuruti perkataan sang kekasih. Demi kebaikan dimasa depan,. Sesuatu harus rela ia kortbankan bukan? Dan Baekhyun, demi anak mereka yang sebentar lagi akan mengisi hari-harinya. Ia rela melepaskan impiannya.

"Kau tahu ini yang terbaik kan? Demi anak kita." Chanyeol menggengam erat telapak tangan Baekhyun sambil menatap Baekhyun dalam-dalam, ia tahu keputusan yang telah Baekhyun pilih begitu berat. Jadi, ia berusaha memotivasi Baekhyun guna menguatkan pria itu.

"Ya, memang ini yang terbaik." Baekhyun tidak bisa berbohong jika kini suaranya begitu lirih, ia mengelus perutnya dengan tangannya yang tidak di gengam Chanyeol. Pandangannya ia alihkan untuk menatap gedung di sebrang jalan, Gedung itu terlihat megah dengan tulisan 'SM Entertaiment' yang paling menonjol keberadaanya.

Beberapa memori mulai bermunculan, tentang pertama kali ia menampakan kaki di gedung itu, menghabiskan hari-harinya disana untuk beberapa aktifitas yang sangat ia sukai, juga peristiwa menakjubkan yang terjadi di dalam sana yang membuatnya mengenal seorang Park Chanyeol, terakhir memori tentang dirinya yang harus menandatangani pembatalan kontrak Trainee. Semua berputar difikirannya bagai film bisu, Baekhyun tidak mau egois dengan mengatakan dirinya baik-baik saja atas semua yang terjadi.

"Kau akan baik-baik saja Baekhyun, Kita akan baik-baik saja. Percayalah, aku akan membuatmu lebih bahagia setelah ini. Hanya perlu mempercayakan semua padaku, aku mohon." Kemudian, Baekhyun sadar jika ia tidak sendiri. Seberat apapun beban yang sedang ia dapatkan, yang didapatkan Chanyeol masih jauh lebih berat. Pria itu harus menghidupinya, calon anak mereka, juga dirinya sendiri di usianya yang baru menginjak Sembilan belas tahun. Tekanan dari keluarga Chanyeol yang menuntut pria itu segera debut, Jadwal Trainee yang padat, belum lagi kerja paruh waktu yang akhir-akhir ini Chanyeol lakukan guna memenuhi kebutuhan hidup dan biaya persalinan Baekhyun nantinya.

Kembali mengubah arah pandangnya, kini Baekhyun menatap wajah prianya dengan hati-hati. Kedua tangannya ia tangkupkan di masing-masing pipi kanan dan kiri Chanyeol, berusaha membuat fokus pria itu hanya tertuju padanya. Hatinya mencelos kala melihat bulatan hitam tebal dibawah mata kekasihnya, Chanyeol pasti lelah sekali. Menutupi rasa bersalah itu, ia tersenyum manis.

Sedikit mencodongkan tubuhnya dan mendepatkan wajah mereka, lalu berkata.

"Aku akan mempercayakan semuanya padamu, Chanyeol-ah."

Baekhyun yakin ia bisa lebih kuat. Karena ia tidak sendiri, ada Chanyeol disisinya.

.

B & C

.

"Chanyeol-ah, kau tidak pulang?" Pria dengan lengkungan indah di kedua sudut bibirnya itu menepuk bahunya, Chanyeol yang sedang berkonsetrasi dengan lirik rapp-nya pun mau tak mau harus mengalihkan pandangannya.

"Kau duluan saja Jongdae-ah, masih ada yang harus kuselesaikan."

"Baiklah kalau begitu, aku duluan ya." Chanyeol tersenyum sambil menatap punggung teman seperjuangannya yang mulai menjauh. Dengan perginya Jongdae, artinya hanya dirinyalah satu-satunya Trainee yang masih berada di gedung pelatihan. Masalah yang sedang ia hadapi menjadi alasannya kenapa ia memilih pulang terlambat.

Selama hidupnya, ini pertama kalinya Chanyeol kesulitan dalam masalah keuangan. Orangtuanya, selalu memberinya uang lebih bahkan di saat liburan musim panas sekalipun. Tapi dengan adanya Baekhyun dan calon bayi mereka yang kini menjadi tanggung jawabnya, uang-uang lebih itu bahkan bukan apa-apa. Setidaknya, ia harus mencari uang 2 kali lipat dari uang yang biasa diberikan ibunya. Tidak mungkin kan dirinya tiba-tiba saja meminta uang tambahan pada ibunya. Jika seperti itu, apa yang selama ini ia rahasiakan bisa saja terbongkar. Chanyeol tidak mau mengambil resiko dan memilih bekerja paruh waktu. Sayangnya uang hasil bekerja paruh waktu belum bisa mencukupi kebutuhan mereka.

"Masih kurang 10 ribu Won." Desis Chanyeol setelah menghitung uang yang mengisi dompet kusam miliknya. Ia menarik kedua kakinya kedepan dada dan memeluknya erat-erat. Ini sudah jam 11 malam, seharusnya ia segera pulang jika tidak ingin Baekhyun menghawatirkannya. Tapi rasanya malu sekali jika ia harus pulang dengan tangan kosong, terlebih lagi dalam dua hari terakhir tak pernah sedikitpun ia melihat Baekhyun mengeluh walaupun ia tahu sudah tak ada lagi yang bisa mereka makan di flat kecil mereka.

Namja mungil itu hanya tersenyum, menyambut Chanyeol pulang dengan suka cita dan pertanyaan hangatnya. Tapi ia tidak bodoh mengartikan senyuman itu adalah tanda kebahagiaan. Chanyeol tahu diam-diam Bakehyun menanggis di dalam hatinya. Dan justru Chanyeol lebih terbebani dengan sikap Baekhyun yang seperti itu.

"Chan."

Kini bahkan Chanyeol bisa mendengar suara lembut kekasih mungilnya itu dengan jelas sangking bersalahnya, rasanya seperti Baekhyun benar-benar sedang memangil namanya dalam jarak yang dekat. Chanyeol tertawa kecil, mana mungkin Baekhyun datang kemari.

Tapi suaranya terdengar nyata sekali…

"Chanyeol-ah." Dalam panggilan kedua, akhirnya Chanyeol tersadar jika panggilan tersebut nyata dan menemukan Bakehyun sedang berdiri di lorong pintu dengan raut wajah khawatir. "Baek, apa yang sedang kau lakukan disini?" Cepat-cepat ia berdiri dari duduknya dan mnerengkuh tubuh mungil itu kedalam pelukannya. Tubuh Baekhyun dingin sekali, benaknya dilimpungi pertanyaan tentang apa saja yang harus Baekhyun lalui sebelum sampai kesini.

"Aku mencarimu, kenapa tidak pulang eoh? Aku khawatir sekali." Rasanya Chanyeol ingin menanggis saja kala tangan mungil nan indah itu mengelus pipinya, Baekhyun bahkan masih mencarinya disaat ia berniat menghindari pria cantik ini. "Maafkan aku, aku tertidur saat berlatih tadi." Ia rasa berbohong lebih baik daripada harus membebani Baekhyun dengan eksulitan yang sedang ia hadapi. Bagaimanapun juga, ini adalah tanggung jawabnya. Baekhyun tidak harus tahu tentang hal ini.

"Hm jadi begitu ya, yasudah ayo kita pulang. Kau pasti lelah sekali. " Baekhyun tersenyum lagi, Chanyeol binggung apakah ia harus bahagia atau merasa bersalah lagi. Senyuman Baekhyun terlihat begitu tulus tapi ia tahu ada kekecewaan yang pria itu coba sembunyikan. Chanyeol tersadar akan sesuatu yang ganjil ketika ia tidak sengaja melihat luka lebam di lengan kekasihnya. "Ini kenapa Baekhyun?" Tanyanya, tanpa ia sadari kini nada suaranya mulai tidak bersahabat. "Bukan apa-apa, aku hanya terluka sedikit." Balas Baekhyun sambil berusaha menutupi luka itu dengan menurunkan lengan bajunya.

"Terluka sedikit apannya? Ini lebam Baek, katakana siapa yang memukulmu?" Chanyeol sama sekali tidak bisa menutupi emosinya yang mulai memuncak. Dalam hati ia berjanji akan membunuh siapa saja yang telah memukul kekasihnya. "Aku tidak dipukuli siapapun Chan, ini memang luka lebam tapi bukan hasil pukulan seseorang." Baekhyun mencoba menjelaskan.

"Kalau begitu jelaskan bagaimana bisa kau mendapatkan luka ini?" Tanya Chanyeol lagi,terdengar mengintimindasi.

"Hm sebenarnya itu.. Aku membantu tetangga kita, Nenek Kim membawakan belanjaan miliknya tadi pagi." Jawab Baekhyun sembari menundukan kepalanya, tidak berani menatap mata Chanyeol yang kini terbelakak. "APA? Kau membantu apa? Membawakan belanjaan? Yang benar saja Baekhyun, jangan kau bilang kau membantu membawakan belanjaan tersebut dari lantai bawah ?" Baekhyun bisa mendengar nada kemarahan dari suara Chanyeol.

"Maafkan aku Chanyeol-ah." Sebagai upaya terakhir, Baekhyun memasang wajah memelasnya kepada Chanyeol. Chanyeol mengalihkan pandangannya, rahang pria itu mengeras. Baekhyun tahu itu bukan artian baik. "Byun Baekhyun. Kau tahu kan flat tempat kita tinggal itu tidak ada lift, dan kau nekat membantu seseorang membawakan belanjaanya? Katakan sampai lantai berapa kau membawakan belanjaan itu?"

"Lantai 5" Jawab Baekhyun polos. "Yatuhan. Kau membahayakan anak kita! Aku tidak tahu apa yang ada difikiranmu saat itu, memangnya apa yang kau dapatkan dari membantu seorang Nenek tua ha?" Baekhyun tidak pernah suka Chanyeol yang sedang meledak-ledak seperti ini, terkadang menanggapinya hanya akan membuatnya sakit hati.

Tapi ia juga tahu ini kesalahannya, dan ia harus mulai terbiasa dengan sikap Chaneyol jika ingin tetap bersama pria yang akan menjadi ayah dari anaknya. Baekhyun mengambil langkah untuk mendekat .

"Persediaan makanan di flat sudah habis. Dan Nenek Kim berkata ia akan memberiku pinjaman beras dan bahan makanan lainnya jika aku membantunya. Awalnya semuanya baik-baik saja, tapi ketika aku mencoba mengangkat sekarung beras, itu agak sedikit berat jadi aku terjatuh. Bersyukur hanya lenganku yang lebam. " Baekhyun terus menunduk.

"YANG BENAR SAJA? SEKARUNG BERAS? KAU MENGANGKAT SEKARUNG BERAS SENDIRIAN DALAM KEADAAN MENGANDUNG DAN HARUS MELEWATI 5 LANTAI?" Chanyeol tidak bisa lagi menahan air matanya saat itu, ia merasa gagal menjadi seorang kepala keluarga. Baekhyun bahkan harus bekerja keras dan terluka, tapi dirinya hanya bisa bersembunyi dan bahkan berniat menghindar.

Sambil terisak-isak, ia bersimpuh dihadapan Baekhyun. Baekhyun terlonjak kaget melihat perilaku kekasihnya. "Chan, apa yang kau lakukan?" Tanyanya, berusaha menarik Chanyeol untuk bangkit kembali.

Tapi Chanyeol tetap ditempatnya. "Maafkan aku Baekhyun-ah, maafkan aku karena aku belum bisa menjadi calon ayah dan suami yang baik hiks. Maafkan aku sayang." Ini pertama kalinya ia melihat Chanyeol sesedih ini setelah sekian lama. Hatinya rasanya ikut sakit melihat bagaimana orang yang ia cintai terisak isak di bawah kakinya.

Jadi Baekhyun menunduk, memegangi bahu tegap kekasihnya dan menariknya untuk kembali berdiri. "Berdirilah Chanyeol-ah, aku mohon." Baekhyun mau tak mau ikut terisak juga, akhirnya Chanyeol bangkit juga setelah menyadari kekasihnya ikut menangis. Pria tinggi itu berniat menenangkan Baekhyun.

Tapi sebelum Chanyeol sempat melakukannya, Baekhyun telah membawa Chaneyol kedalam ciuman panjang yang pria mungil itu mulai terlebih dahulu. Awalnya Chanyeol terkesiap, tapi dalam beberapa detik pria tinggi itu mulai membalas ciuman Baekhyun.

"Kumohon jangan seperti ini lagi Chan, aku baik-baik saja." Saat kedua bibir itu terlepas dan meninggalkan untaian benang-benang tipis transparan, Baekhyun langsung melesatkan ucapannya.

"Tapi kumohon juga, berhenti menyakiti diriumu sendiri. Biarkan hanya aku saja yang bekerja keras, kau hanya perlu tetap sehat dan bahagia. Aku mohon." Sinar penuh keyakinan terpancar dari mata Chanyeol ketika mengatakannya.

"Baiklah." Baekhyun tersenyum, dan Chanyeol tersenyum juga. Kemudian, Chanyeol kembali menyatukan bibir mereka dalam sebuah lumatan panjang. Kali ini dengan gairah yang berbeda, Baekhyun tahu apa yang akan terjadi selanjutnya saat ciuman Chanyeol mulai turun kelehernya.

"Kau serius mau malakukannya disini? Ahh..Chhan." Desahannya bahkan kini tak sanggup ia tahan, Chanyeol terus melumat lehernya dengan ganas. Sesekali meninggalkan tanda kepemilikan yang baru akan hilang beberapa hari setelahnya. "Tentu saja sayang, kudengar ini tidak berbahaya selama kita tidak melakukan posisi-posisi yang berlebihan." Chanyeol menyeringai, suaranya jadi terdengar sangat berat ketika sedang terangsang. Dan Baekhyun benar-benar menyukainya.

"Ahhk..ash.. Maksudku tempatnyaahh Chann, apahh tidak apa-apa?" Chanyeol menghentikan sejenak pekerjaannya, menatap Baekhyun dalam sebelum tersenyum tipis. "Tenang saja sayang, hanya ada kita berdua disini." Ucap Chanyeol, mendekatkan bibirnya ke telingga Baekhyun dan mulai menjilatinya.

Desahan keduanya menggema begitu keras setelahnya, Chanyeol bersumpah tidak ada pemandangan yang lebih indah dari wajah Baekhyun yang kini sedang terhentak-hentak di bawah kukungannya. Bagaimana kedua mata sayu itu terpejam, hidung mungil itu memerah, dan bibir tipis itu mengeluarkan desahannya. Benar-benar indah. Mulai saat itu, Chanyeol berjanji akan menjaga Baekhyun lebih baik dari sebelumnya.

.

FIN

.

20 Desember 2016

Meski ini bukan pertama kalinya Ree nulis cerita romance yang dibumbui beberapa adegan dewasa, rasa gugup yang Ree rasain itu masih tetep sama. Apalagi ini itu karya pertama yang bisa Ree selesain setelah kena Writter Block T.T . Jadi Ree minta maaf kalau bahasa yang Ree pakai di dalam cerita ini cukup membinggungkan. Kalau ada beberapa hal yang kurang jelas boleh tanya langsung dikolom komentar. Setiap komentar yang kalian tulis itu bener-bener bermakna buat Ree. Makasih udah nyempetin waktunya buat baca tulisan Ree yang gak seberapa ini, apalagi kalau mau ngeluangin waktunya sedikit lagi buat ngereview*Modus xD. See you in next chapter ya guys O.O/