Disclaimers : : Bleach Ian Kasela! Eh, bukan dhing! Tite Kubo XD!

Title : : I can change you!

Author: : Murasame Hiru15

Summary : : Kuchiki Rukia berusaha menghilangkan sifat mesum Kurosaki Ichigo, playboy di sekolahnya. Rukia yang tak tahan dengan sifat Ichigo yang meresahkan para murid perempuan, berusaha menyadarkan Ichigo dengan segala cara. Bisakah Rukia menghilangkan sifat mesum Ichigo pada perempuan?

Rukia POV

"Kurosaki~ Hentikaaaan!" teriakan perempuan lagi-lagi terdengar di telingaku. Ini pasti gara-gara laki-laki itu. Kulihat di pojokan kelas laki-laki itu memeluk murid perempuan itu dengan kuat sambil berusaha menciumi lehernya. "Ayolah, kau begitu menggairahkan, Inoue…" kata laki-laki itu. Apa? Itu kata-kata yang benar-benar tidak sopan. Segera kulempar penghapus papan tulis yang ada di tanganku ke arah si laki-laki mesum itu. Dan… BINGO! Tepat kena di kepalanya yang dihiasi rambut oranye

Si laki-laki itu mengerang sakit dan melepas pelukannya pada murid perempuan bernama Inoue tadi. "Sialan, apa yang kau lakukan sih, Rukia?" teriaknya padaku. Aku balas ucapannya itu. "Kau yang apa-apaan? Semua gadis di sekolah ini selalu kau goda! Kau pikir gadis itu mainanmu apa?" kataku dengan kasar. Ichigo melihatku dengan tatapan kesal. Ia lalu berjalan keluar kelas. "Kau akan tahu rasa kalau aku bisa menyentuhmu, Rukia!" kata Ichigo sebelum dia benar-benar keluar sari kelasnya. "Kau tak akan pernah bisa menyentuhku semaumu!" bentakku.

Aku menghela nafasku setelah Ichigo pergi. Segerombol murid perempuan pun entah kenapa tiba-tiba langsung mengerubungi aku yang sedang berdiri di depan papan tulis.

"Kuchiki, Ichigo bilang tadi akan menyentuhmu! Bagaimana ini?" kata salah satu murid dengan khawatir. "Kau bisa jaga diri kan?" "Aku akan terus berdoa agar kau tidak disentuh laki-laki mesum itu!" Aku tertawa mendengar ucapan-ucapan teman-temanku di kelas. "Tenang saja. Aku tidak lemah. Aku akan baik-baik saja," jawabku dengan tenang.

Kurosaki Ichigo adalah murid laki-laki paling mesum di sekolah ini. Ratusan murid perempuan sudah dia peluk, cium dan… mungkin sudah dia 'Itu'. Kecuali aku! Aku merasa Ichigo akhir-akhir ini berusaha menyentuhku. Padahal dia dulu tak berani karna aku selalu bersikap kasar padanya, bahkan aku tak sengaja mendengar pembicaraannya dengan teman-temannya yang membicarakanku kalau aku ini perempuan yang sulit di dekati, kasar, tak ada sikap lembutnya dan seperti laki-laki.

Ya, aku sengaja bersikap begitu agar Ichigo tak berani berbuat macam-macam padaku. Tapi makin hari dia kini makin berani padaku, bahkan dulu ia hampir menciumku dengan paksa saat di uks, tapi untungnya segera kutampar bibirnya itu.

"Kuchiki-San, terima kasih ya tadi!" kata-kata Inoue membuyarkan lamunanku tentang Ichigo. "Ah, iya! Sama-sama!" balasku. "Rukia-Chan, daripada mencegah Ichigo berbuat mesum, apa tidak lebih baik berusaha menghilangkan sifat mesumnya itu?" kudengar saran dari salah satu temanku. 'benar juga. Lebih baik menghilangkan sifat mesumnya daripada mencegahnya,' pikirku lagi. "YA! Usulan yang sangat baik! Aku akan mencoba membuat Ichigo tak mesum lagi!" kataku bersemangat lalu diikuti sorakan dari teman-temanku yang setuju.

# # # -

Di tempat lain…

"Kuchiki Rukia sialaaan!" geram Ichigo dengan kesal di hadapan teman-temannya yang sedang bersantai. Salah satu temannya yang berambut hitam dengan membawa susu kotak yang dia minum tertawa. "Masalah Rukia lagi? Jangan-jangan kau dipermalukan gadis itu lagi?" tebaknya. Ichigo mendengus kesal sambil duduk di antara teman-temannya. "Seperti yang kau bilang, Kaien. Perempuan kasar itu lagi-lagi menggangguku." Jawab Ichigo. Gelak tawa teman-teman Ichigo terdengar. Teman Ichigo yang berambut merah menepuk bahu Ichigo. "Tujukkanlah pada perempuan itu bahwa kau bisa menyentuhnya, Ichigo!"

Ichigo menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Berkali-kali aku berusaha menyentuhnya, Renji. Tapi perempuan cebol itu kuat sekali," kata Ichigo yang kemudian meminum cola yang ada di meja dekatnya. "Sebenarnya ada banyak cara untuk menyentuh perempuan. Kaunya saja yang tak mampu." Sahut lelaki berkacamata sambil membaca buku yang ada di tangannya. "K-Kau? Kau kira Kuchiki Rukia itu seperti perempuan lain yang mudah dirayu, Ishida?" balas Ichigo pada teman berkacamatanya itu. "Sudah, sudah. Percuma kalau hanya mengeluh saja. Ayo kita buat rencana agar Ichigo bisa menyentuh Rukia!" sahut laki-laki berambut putih.

"Rencana? Kau mau membantuku, Kokuto?" Tanya Ichigo pada lelaki berambut putih yang juga sahabatnya. Kokuto mengagguk dengan mantap. "Ayo kita buat Kuchiki Rukia menjadi cewek yang gampang di dekati dan tidak kasar,"

- # # # -

Uhhh… bagaimana ini? Aku memang gampang berkata 'lebih baik menghilangkan sifat mesum daripada mencegahnya.' Tapi ucapan itu ternyata tak semudah yang aku pikirkan. Apa yang harus kulakukan untuk menghilangkan kebiasaan seperti itu? Argh! Harusnya aku diskusi dulu dengan teman-teman, meminta pendapat. Tapi bagaimana lagi. Sudah terlambat. Aku sudah dalam perjalanan pulang. Harusnya aku tadi menerima tawaran Inoue untuk pulang bersama, jadi aku bisa meminta pendapat.

Lihatlah, hari semakin sore dan jalan semakin sepi. Aku mempercepat langkahku agar segera sampai rumah. Aku tidak ingin Nii-Sama menungguku dengan khawatir.

GREP!

"HMPH!" aku sontak kaget saat ada yang membungkam mulutku dengan tangan dari belakang. Tubuhku digeretnya dengan paksa entah ke mana. Mataku terpejam saat satu tangan orang misterius itu melingkar di pinggangku dan memelukku erat. Tangannya yang membungkam mulutku kini berpindah menutupi mataku.

"Apa yang kau laku-?" kurasakan bibirku terbungkam oleh mulutnya. Dia melumat bibirku dengan kasar, dan terus memaksa lidahnya memasuki mulutku. Aku semakn berusaha berontak dengan sekuatku. Kuinjak terus kakinya, namun itu tak menunjukkan reaksi padanya. "Hmmh… Mmmmh…" Aku terus mengerang dalam lumatannnya. Lumatan bibirnya yang lama itu membuatku secara tak sadar membuka mulut, memberikan kesempatan lidahnya masuk. "A-Ammh…" erangku saat lidahnya menjilat lidahku yang berada dalam mulutku. Orang itu mencampurkan salivanya dalam mulutku, membuatku sedikit aneh. "Uhuk… Uhh…" saliva menetes dari celah mulutku. "Hen-ti…kan…" pintaku lemah. Orang itu melepas pelukannya. Dan ciumannya. Membuatku sedikit merasa lega. Dengan cepat, tangan yang menutupi mataku itu langsung ia lepas dan kulihat orang itu berlari. Orang dengan jaket putih dan abu-abu. Aku terdiam melihat orang itu dari kejauhan. Kulap bibirku yang basah itu dengan tanganku. "KURANG AJAAAAAR!" teriakku kesal.

- # # # -

Aku berjalan lunglai menuju kamarku. Kejadian barusan membuatku shock. Baru kali ini aku dicium laki-laki, dan parahnya lagi aku tidak mengenalnya. "Rukia," panggilan dari Nii-sama, membuat langkahku terhenti. "Iya, Nii-sama?" kataku. Ah… tiap melihat Nii-sama, rasanya masalah yang tadi sedikit mulai sedikit terlupakan. Wajah tampan Kuchiki Byakuya dapat menenangkan perasaanku.

Bola mata Nii-sama mengarah pada wajahku, lebih tepatnya sepertinya dia memandangi bibirku. "Kau berciuman?" DEG! Perkataan Nii-sama membuat jantungku terasa mau berhenti. Aku menggeleng dengan cepat. "M-Mana mungkin! Aku bahkan tidak punya pacar, Nii-sama!" seruku. Nii-sama tetap diam. "Berciuman itu tidak hanya dengan pacar. Kau bisa berciuman dengan orang yang bahkan tidak kau kenal." Tambah Nii-sama. Ah, kenapa Nii-sama tiba-tiba bicara seperti ini?

"Aku tidak berciuman! Anoo… aku mau ganti baju dulu ya, Nii-sama," kataku lalu masuk kamar dan menutup pintu. Wajahku memerah mengingat rasa ciuman tadi. Astaga, kenapa aku harus mengingat orang yang dengan kurang ajarnya menciumku?

Aku merebahkan tubuhku ke kasur dengan kancing seragamku yang terlepas semua. Mataku perlahan menutup sambil memikirkan rencana untuk membuat Ichigo sadar akan kemesumannya.

"Aku akan membuatmu malu di depan para murid perempuan, Ichigo…"

- # # # -

"Hinamori, kau adalah perempuan yang manis… sangat manis…" bisik Ichigo di telinga perempuan bernama Hinamori itu. "U-Uhh… jangan, Kurosaki…" balas Hinamori sambil memukul pelan dada Ichigo. Namun tangan Ichigo Ichigo menahan kedua tangan perempuan itu, mendempetkan tubuhnya ke tembok dan menjilati telinganya. Memberikan rangsangan pada Hinamori. "Kurosaki…" ucap Hinamori lirih.

DUAKH!

Tiba-tiba jitakan yang mengenai kepala Ichigo, membuat aktivitas itu terhenti. "Grrrrrr! Rukiaaaa!" geram Ichigo.

Aku menjulurkan lidahku, tanda aku mengejeknya. "Ini pelajaran olahraga, bukan pelajaran mesum, Kurosaki Ichigo!" kataku. Kulihat Hinamori langsung berlari ke arahku, ikut berbaur dengan rombonganku. Malah tertawa.

"Jangan merasa sok, Rukia. Karna hari ini akan ada sesuatu yang membuatmu malu dan menuruti perintahku," katanya. Apa? Apa aku tidak salah dengar?

"Kaulah yang hari ini akan kubuat malu, Ichigo!" balasku sambil melempar bola basket ke arahnya. Tiba-tiba bola yang kulempar itu ditangkap oleh seseorang. "Rukia, bahaya lho kalau melempar bola basket sembarangan." Sial. Ternyata dia adalah teman Ichigo, si Kokuto yang jago dalam basket itu.

Aku memalingkan mukaku dan berjalan menjauh dari Ichigo dan Kokuto. "Awas saja kalian," ancamku sambil melirik kedua orang itu dengan deathglareku.

"Dasar cewek kasar," kata Ichigo.

- # # # -

Jam pelajaran olahraga selesai. Aku segera menuju ruang ganti perempuan untuk mengganti pakaianku olahragaku dengan seragam. Kulihat Hinamori bersama dengan yang lain mulai mendekatiku. Gadis bermata coklat dan rambut hitam terurai itu tersenyum padaku. "Terima kasih, Rukia-San. Kau telah menyelamatkanku dari Kurosaki," ucapnya. Aku menghela nafas. "Tidak masalah. Lagipula aku sudah biasa dengan Ichigo yang seperti itu.' Balasku. "Kuchiki, ayo hajar Kurosaki!" sahut salah satu murid perempuan. Aku teratawa mendengar pernyataan perang seperti itu.

Kubuka loker tempat penyimpanan seragamku. Saat tanganku hampir mengambil seragamku yang ada di loker, mataku tertuju pada sebuah amplop. Aku menoleh pada teman-temanku. Mereka sedang bersenda gurau. Bagus! Aku bisa membuka amplop yang entah dari siapa ini dengan bebas.

Rasa penasaran akan isi amplop itu terus menghantuiku. Segera dengan tak sabar kubuka amplop itu. Seketika mataku membulat melihat isi dari amplop itu.

"Kuchiki, apa yang kau pegang?" Tanya Inoue yang tiba-tiba mengagetkanku. Dengan cepat, kumasukkan amplop itu di selempitan seragamku. Dan dengan cepat aku menggelengkan kepalaku. "Tidak, bukan apa-apa! Hanya sampah!" ah… aku berbohong!

"Oh… kukira ada surat cinta, hahaha," Inoue lalu berjalan menjauh dariku dan mengganti bajunya. Aku menghela nafas lega, tapi jantungku masih berdetak kencang. Siapa orang yang menaruh amplop ini untukku?

Di tempat lain…

"Kaien, bagaimana dengan kerjaannya? Sudah selesai?" Tanya Ichigo sambil memainkan game di ponselnya. Kaien yang sedang sibuk dengan game di laptopnya hanya mengagguk tanpa menjawab pertanyaan Ichigo. "Benar kau melakukannya dengan baik?" Tanya Ichigo lagi memastikan. "Iya, iya! Aku sudah benar-benar mengerjakannya dengan benar. Tak akan ada kesalahan," balas Kaien. Ichigo tersenyum menyeringai. "Kena kau, Kuchiki Rukia!"

TBC

Woaaa…. Apa-apaa ini? Saia bikin IchiRuki saling menghancurkan! Tapi tenang, ntar juga baikan lagi kok XD

Maaf kalau ficnya aneh n gemana geto… maklum ndak pintar buat cerita ato bahasa yang bagus. Review pleaseee! Tapi gak menerima lowongan flame yah ^^.