" CRESTFALLEN "

.

.

.

.

.

SPECIAL FOR PROJECT APRIL ANGST HUNHAN GS

.

By BaekbeeLu Present

Main Cast : Oh Sehun, Xi Luhan

And OC(s)

.

Mature

Multichapter

.

AU, Drama, Romance, Angst

Genderswith. Typo(s) . DLDR!

Happy Reading !

.

.

CHAPTER 1

..


First time meet you


.

.

Beijing, China 2000

Tangan mungilnya yang sehalus bayi, bersentuhan dengan amat berkilau pada jutaan tetesan hujan yang jatuh dari sekitaran atap rumahnya. Suara gemuru yang ringan, nyanyian halus air yang menetes berjatuhan membentuk lekukan pola gelembung cantik di bawah sana. Membasahi seluruh bumi dengan langit yang menangis dari gumpalan awan abu-abu tua.

Matahari sejak malam bersembunyi dalam sangkarnya, meletakkan diri di balik awan hujan yang merata membasahi setiap kota. Mata dengan kilauan secerah mutiara itu memandang senang atas apa yang saat ini sedang di lakukannya. Setiap pohon yang daunnya mulai berguguran itu, seluruh kerangka dahannya basah oleh air mata langit yang jatuh.

Aliran sungai yang di ciptakan hujan pada halaman rumahnya, membawa beberapa lembar daun layu kuning kecoklatan yang terbawa arus kecil. Gadis mungil itu melihat semuanya hingga dedaunan tadi berakhir pada tempatnya di bawah saluran pembuangan air. Terbawa pada tempat yang menyedihkan, meninggalkan pohon yang bersedih akibat kehilangannya.

Tangan kecilnya masih bersentuhan dengan air, ribuan tetes air itu setia sekali menuruni jemari kecilnya hingga lengan baju panjang piama yang di kenakannya sedikit basah akibat ulah kecilnya yang nakal.

Semilir angin bertiup sedikit kencang hingga surai keemasan panjangnya yang tergerai menari-nari kedinginan. Wajah dengan kulit putih berseri itu juga hampir pucat karena dingin, tetapi bibir mungilnya masih menampilkan warna secerah buah cherry merah segar musim semi. Gadis mungil itu masih betah dengan kesukaannya akan hujan.

Dia memang gadis mungil sedikit nakal, padahal sang Ibu jelas sudah melarangnya untuk terus bermain hujan tetapi otak kecilnya membangkang permintaan sang Ibu. Mengabaikan keinginan Ibunya yang menyuruh Ia untuk tidur siang, dan pada akhirnya Ia menikmati sendiri waktunya dengan hujan di atas balkon kamar kecilnya.

Mata berkilau itu melirik ke samping kanan saat telinganya mendengar suara cicitan yang samar. Tubuhnya tersentak dan terpekik tertahan setelah mengetahui dimana suara itu berasal. Tepat di bawah pohon apel miliknya, seekor anak kucing berjalan tertatih-tatih dengan badan gemetar dan seluruh bulu yang basah kehujanan. Mengeluarkan suara cicitan kecil yang sedih hingga gadis mungil itu hampir menangis karena kasihan.

Langkah kecilnya hampir beranjak dari sana namun terhenti ketika seseorang datang dengan payung putih di atasnya lalu menghampiri kucing kecil itu dan menolongnya, tanpa sadar Ia tersenyum bahagia hingga berteriak kencang penuh kegembiraan.

"Mama!"

Seorang wanita dewasa yang sangat cantik dengan umur baru memasuki kepala tiga itulah Ibunya. Menggambarkan jelas dari mana asal muala Ia mendapatkan mata secerah mutiara yang terwariskan itu dan juga senyuman manis seindah pelangi. Wanita itu menoleh saat mendengar putri kecilnya memanggil riang, dan menggelengkan kepala gemas saat mengetahui lagi-lagi si kecil yang cantik itu membangkang permintannya.

Pintu kamarnya terbuka, mengeluarkan suara decitan kecil yang menggema dengan suara hujan. Gadis mungil menoleh dan menurunkan tangannya yang basah. Mengetahui bahwa Ibunya kembali menemukan dirinya yang berulah nakal, gadis itu hanya tersenyum polos kekanakan tanpa dosa.

Ibunya berkecak pinggang, dan memposisikan diri agar sejajar di depan tubuhnya yang mungil. Gadis kecil itu tidak pernah mendapatkan hukumannya. Ketika setiap anak nakal menerima omelan penuh penekanan dari Ibunya hingga berakhir menangis, gadis kecil ini justru mendapat kecupan manis di kedua pipi gembilnya juga sedikit kelitikkan geli di tubuhnya hingga suara cekikikan cerianya begitu mengalun bahagia memenuhi seisi penjuru rumah.

Membuat hawa dingin hujan tersamarkan oleh kehangatan yang menyenangkan.

"Putri Lulu, kenapa masih berulah nakal dengan Mama, Hm?" ucap Ibunya gemas dan menyentil hidung bangirnya yang sudah memerah kedinginan.

Putri Lulu yang nakal itu, Ia adalah Luhan.

Luhan menggeleng ringan dan memberikan Ibunya tatapan agyeo yang menggemaskan.

"Lulu tidak nakal. Lulu hanya bermain dengan hujan, Mama"

Sang Ibu mengambil kedua tangan kecil Luhan yang dingin, dan menciumi kulitnya yang halus dengan mata terpejam nyaman, "Tapi tangan kecil putri Lulu ini kedinginan, sayang" katanya lembut sembari mengelus kedua tangan bayi itu, berusaha agar putri kecilnya mengerti bahwa bermain lama dengan hujan itu tidak baik.

Luhan mengerucutkan bibir imut dan memeluk Ibunya sayang, "Tadi Lulu belum mengantuk, Mama" gumamnya dengan suara kecil yang memberat "Tapi, sekarang Lulu ingin tidur bersama Mama" gumamnya lagi, sedikit menguap dan meletakkan kepala kecilnya pada celuk hangat leher sang Ibu.

Wanita itu menggendong putri kecilnya dan membaringkannya di atas ranjang dengan sprei pink hellokitty menggemaskan. Meletakkan bantal dan menyelimuti Luhan begitu hangat dengan selimut tebal.

"Tidurlah sayang, bukannya besok kita akan pergi piknik bersama Papa hm? Kalau putri Lulu terus nakal seperti ini, rencananya lebih baik di batalkan saja ya," ucap Ibunya seakan mengancam dengan nada menggoda yang dibuat-buat sedikit kesal.

Luhan menggeleng keras dan murung, "Tidak, jangan di batalkan Mama. Lulukan pengen jalan-jalan lagi sama Mama dan Papa. Jangan dibatalkan pikniknya," lirihnya sedih dengan mata cengeng yang berkaca-kaca.

"Oh, jangan menangis sayang" ucapnya sedikit panik dan langsung membawa Luhan dalam pelukannya "Tidak di batalkan jika putri Lulu janji tidak nakal lagi. Bukannya Mama melarang Lulu bermain dengan hujan, tetapi hujan juga bisa membuat Lulu menjadi sakit. Mama akan sedih jika Lulu sakit, Lulu tidak mau membuat Mama dan Papa sedihkan, sayang?"

Luhan mengadahkan kepala dan menggeleng lagi, "Tidak! Lulu tidak mau membuat Mama dan Papa menjadi sedih. Lulu janji, Lulu tidak nakal lagi Mama" ucap gadis kecil itu sembari meletakkan jemari kelingkingnya di depan wajah cantik Ibunya.

Sang Ibu tersenyum hangat dan menghadiahkan Luhan kecupan bibir yang begitu disukainya, "Luhan adalah putri kesayangan Mama dan Papa yang paling baik. Gadis manis paling cantik dan paling disukai semua orang di seluruh dunia. Tidak ada yang tidak menyayangimu, sayang" harapan dari seorang Ibu pada nasib di masa depan untuk putrinya, Ia yakin Luhan akan menjadi gadis tersayang dari semua orang yang mengenalnya nanti.

Berharap meski bisa saja ketakutan akan masa depan yang menyedihkan itu jelas ikut menghantuinya.

Luhan tersenyum dan memejamkan matanya erat dalam dekapan hangat sang Ibunda.

Dalam mata rusa cantik yang tertutup rapat itu, Ibunya tersenyum dan mengecup puncuk kepala Luhan sayang sembari terus berharap agar nanti putrinya bisa mendapatkan masa depan yang cerah.

"Ketika dimana aku mengetahui bahwa diriku memiliki seorang anak perempuan yang cantik, pikiranku langsung berasumsi pada hal ini" wanita itu mulai bercerita sendiri dalam keheningan yang di hiasi dengkuran halus dari si kecil cantik yang saat ini tertidur nyaman pada pelukan hangatnya. Senyuman tulus menghiasi wajah bahagianya.

"Bidadariku ini, Ia pasti salah satu putri yang turun dari kayangan milik sang Dewi. Bagaimana gadis kecil ini bisa menjadi sebegitu cantik dan sempurna saat Tuhan dulu menitipkannya dalam rahimku untuk diberkati sebagai seorang malaikat kecil? Wajah Dewi mana yang di wariskan untukmu, sayang?" tangannya menelusuri seluruh lekuk sisi wajah sempurna Luhan dengan lembut, "Mama hanya bisa berharap dalam doa, semoga ketika kau beranjak dewasa dan telah mengenal apa itu artinya mencintai seseorang. Semoga Ia adalah lelaki yang benar-benar tulus menyayangimu, lelaki idamanmu juga pangeran dalam hidupmu. Dan tentunya, lelaki yang amat takut kehilanganmu" bisik wanita itu dengan senyumnya dan mulai ikut terpejam nyaman. Menyusul mimpi indah putri kecilnya.

.

.


CRESTFALLEN


.

.

Cahaya matahari bersinar sedikit pada bayang-bayang awan yang menutupinya dengan setia. Angin cukup bertiup kencang, cuaca hari ini terlihat lumayan bersahabat.

Kesibukkan sudah terjadi sejak pagi di kediaman keluarga Luhan. Tentu saja, karena ini adalah hari piknik yang sudah di tunggu-tunggu oleh mereka. Terlebih lagi si kecil cerewet yang menggemaskan itu.

Mata rusanya yang bening tiada henti-hentinya memandang keluar jendela kaca mobil keluarganya, melihat hamparan padang rumput yang luas dengan pegunungan yang berbaris kokoh mengelilingi kehijauan itu. Bibirnya tidak bisa diam untuk meracau, tawa menggemaskannnya begitu mengalun indah hingga membuat siapa saja yang mendengarnya merasakan kehangatan dan kenyamanan.

"Wah, Mama! Mama! Lihat, awan itu berbentuk seperti kelinci ya?!" Luhan bersorak senang sembari melompat-lompat kecil di tempat duduknya. Jemari telunjuknya yang mungil, menunjuk satu objek gumpalan awan yang berenang di atas langit itu. Bentuknya mirip seperti kelinci dengan sepasang telinga panjangnya. Gadis kecil itu sangat antusias sekali.

Sang Ibu mengalihkan pandangannya pada objek yang di tunjuk oleh si mungil, wanita itu tertawa gemas dan mengambil tubuh si mungil untuk bergantian duduk di pangkuannya.

"Itu seperti kelinci peliharaan Lulu di rumah, bukan?" tanya sang Ibu antusias.

Luhan mengangguk kecil bersamaan senyum kecilnya yang terus terangkai apik, "Iya, kelincinya imut sekali ya Mama"

"Tapi anak Papa dan Mama ini jauh lebih imut dari kelinci itu," sang Ayah yang menyetir di sebelahnya pun tak ingin ketinggalan moment untuk sekedar mencubit gemas pipi gembil Luhan yang terus tertawa riang.

"Mama, Lulu ini cantik apa imut?" katanya dengan suara kekanakan manja dan kedipan polos mata rusa yang sejernih air telaga itu.

Ibu dan Ayahnya kembali tertawa riang dan tak lupa menghujani Luhan dengan beberapa kecupan sayang di setiap wajah cantiknya.

"Putri Lulu itu memiliki semuanya," ujar Ibunya bangga "Cantik, baik, imut, dan pastinya hanya anak Mama dan Papa yang mempunyai mata rusa yang manis ini" katanya lagi sembari mengecup kedua mata Luhan hangat. Dan, memberikan Luhan sedikit godaan kelitikkan yang membuatnya semakin berderai tawa.

Setelah beberapa saat terjadi keheningan.

Aroma tajam yang sedikit menusuk cukup mengusik perhatian, dari langit yang berawan di atas nampaknya tak jauh dari seberang mulai terlihat gumpalan awan hitam pekat yang membawa jutaan partikel tetes hujan. Perjalanan mereka masih lumayan lama, mengingat tempat wisata yang pas untuk berpiknik itu cukup jauh jaraknya dari rumah.

Angin musim gugur yang mulai dingin itu bertiup sedikit kencang. Wanita itu semakin merapatkan mantel dan syal tebal yang membungkus tubuh putri kecilnya, supaya si kecil tidak terusik tidur nyamannya oleh hawa dingin. Wanita itu juga memeluk Luhan semakin erat agar putrinya merasa tetap hangat, dan kepala kecil Luhan bersandar nyaman pada payudara Ibunya yang harum.

Luhan tertidur pulas akibat kelincahan dan tawanya yang membuat Ia merasa lelah dan mengantuk. Dengkuran halusnya mengalun begitu lembut, dan membuat sang orang tua tidak bisa berhenti untuk tersenyum.

"Putri kita sangat cantik, aku semakin tidak sabar menantinya dewasa. Seperti apa rupanya lima belas tahun kedepan? Bukankah kau juga penasaran?" tanya wanita itu pada suaminya yang masih fokus untuk terus menyetir.

Lelaki di sebelahnya menoleh sebentar dan tersenyum hangat, "Dia pasti sama cantiknya denganmu nanti. Ku harap, aku bisa untuk terus menyaksikan pertumbuhan dari malaikat kecil kita ini. Dia pasti akan meluluhkan semua hati pria yang melihatnya ketika Ia dewasa. Aku ingin Luhan jatuh di tangan lelaki yang tepat nanti," ucapnya tulus sembari mengelus sayang puncuk kepala Luhan.

"Tentu saja kita akan terus bersama-sama dalam menyaksikan pertumbuhan Luhan, jangan bicara seolah kau akan meninggalkannya. Itu terdengar menyeramkan, kau tahu !" tukas wanita itu dengan satu dengusan kasar. Namun, setelahnya Ia kembali tersenyum, "Iya, akan kupastikan Luhan jatuh di tangan lelaki yang tepat. Karena kaulah ayahnya, yang akan menjadi saksi pernikahannya nanti. Dan, pilihanmu adalah pilihanku dan Luhan juga" lanjutnya sembari menggenggam hangat tangan kiri suaminya.

Membuat cinta keduanya semakin kuat, dan tentunya tulus sebesar apapun hanya untuk Luhan. Putri mereka satu-satunya.

Tiba-tiba hujan mulai turun dengan rintik-rintiknya yang menderas. Membasahi atap mobil mereka juga setiap jalan yang di sentuhnya. Membuat pandangan kaca mobil berembun dan cukup buram.

Jalanan pegunungan yang menanjak, seolah di taburi oleh lelehan minyak yang membuatnya mengkilap dan cukup licin. Lelaki dewasa yang tidak lain adalah seorang ayah dari gadis mungil bernama Luhan itu terus mencoba untuk berhati-hati meski terkadang derasnya hujan cukup membuat pandangannya terganggu. Alur jalan yang terus menanjak dengan tikungan tajam itu dilalui oleh banyaknya kendaraan lain yang melintas.

Tentu saja, karena saat ini adalah puncaknya akhir pekan pada pertengahan bulan musim gugur yang indah.

Namun, sepertinya cuaca tidak bersahabat kembali menerpa di hari ini.

Luhan sedikit terusik dalam tidurnya dengan bergerak kecil dan bibirnya yang mendesah penuh rengekan ketika sang Ayah membelokkan mobilnya pada tikungan itu. Ibunya tiada henti menepuk punggung kecilnya pelan agar Luhan bisa terus terlelap tenang, walau hati wanita itu mulai di landa rasa kekhawatiran. Mungkin ini bukanlah hari yang baik untuk liburan mereka.

"Hiks…Hiks…" Luhan menangis kecil dalam tidurnya, mungkin gadis kecil itu sedang mengalami mimpi buruk yang tiba-tiba datang hingga merusak khayalan indahnya.

"Tidak apa-apa sayang, Mama disini," sang Ibu mencium puncuk kepala Luhan beberapa kali sampai gadis itu berhenti merengek dan kembali merasa tenang.

"Hujannya semakin deras. Bagaimana jika kita berhenti dulu sebentar, menunggu hingga sedikit reda. Sepertinya Luhan merasa takut dalam tidurnya," ucap wanita itu dengan getaran cukup ketakutan.

"Tidak apa-apa, sebentar lagi kita akan sampai di resort. Jika berhenti maka hari akan semakin sore, Luhan juga sudah kembali tenang kan ?," ujar suaminya tenang

Suara gemuruh dari langit yang sedang beradu perang di atas sana membuat hujan yang turun ke bumi bertambah derasnya. Semakin mengusik ketenangan wanita ini dan Ia akan terus mencoba memperingati suaminya untuk mengerti.

"Tapi, yeobo. Hujannya bahkan tidak mereda dalam waktu cepat, lebih baik kita menunggu. Aku hanya merasa khawatir akan sesuatu,"

Lelaki itu melihat istrinya yang menampilkan raut wajah ketakutan, namun Ia hanya tersenyum dan semakin menggenggam erat pegangan mereka yang tetap setia tertaut sejak tadi.

"Aku bersumpah akan melindungi kalian. Hilangkanlah rasa cemasmu itu, sayang"

Wanita itu mencoba untuk mengalah dan mengangguk, walau tetap rasa takut itu terus terbayang-bayang dalam hatinya. Tapi, Ia tidak ingin berpikir buruk. Dicobanya untuk menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan, berharap kecemasannya tak berarti apa-apa.

Tetapi, mobil yang mereka bawa berjalan melaju di jalanan curam yang menurun setelah alur tanjakan tadi. Awalnya tidak terjadi apa-apa, namun kepanikan langsung melanda ketika pijakan kakinya menapak pada rem mobil yang tidak bisa menghentikan laju kendaranya.

"Astaga! Apa yang terjadi?!," pekik lelaki itu kalut bukan main.

Baru saja Ia ingin menyusul tidur putrinya yang tenang sebuah suara ketakutan suamianya membuat wanita itu dengan segera menoleh kebingungan.

"Kenapa yeobo?! Ada apa?," desaknya ikut panik setelah menyaksikan wajah suaminya yang terlihat pucat pasi dan gemetar.

Nafas memburu hebat terdengar jelas, lelaki itu berulang kali menginjak rem mobilnya dengan kuat namun hasilnya mobil yang Ia kendara tidak berhenti, bahkan semakin melaju karena turunan yang belum berakhir.

"Remnya ! Remnya mendadak tidak berfungsi ! Sepertinya ada kabel yang terputus !," ujarnya semakin ketakutan dan pandangan yang memburam membuatnya tidak bisa melihat jalanan dengan jelas.

"Apa?! Ta-tapi bukannya tadi baik-baik saja! Yeobo bagaimana ini?!," inilah arti ketakutannya sejak tadi, semuanya memuncak dan membuat perasaannya semakin di landa sesak yang menyakitkan. Air mata mulai jatuh dengan deras mewarnai rasa ketakutannya, Luhan semakin Ia peluk dengan erat dan memejamkan mata rapat-rapat berharap bahwa nyawa mereka semua akan selamat.

Tapi, sebuah mobil bus yang melaju kencang berlawanan arah itu membuat laju mereka oleng dan kehilangan kendali. Suara klakson dan sinar lampu yang menyorot tajam itu semakin menghalau semuanya.

TIINNNN !

Hingga, lelaki itu dengan terpaksa harus membanting stir mobilnya kasar ke arah kiri secara cepat tanpa jeda rem terlebih dahulu. Membuat teriakan Ia dan istrinya melengking begitu ketakutan.

Dan . . .

BRAAAAAKK !

Menjadikan mobil mereka keluar jalur seharusnya dan menabrak kasar dinding beton pembatas jalan yang mengarah langsung pada jurang yang dalam. Terbalik hingga ketiganya sama-sama terjepit dalam aroma hangus dan banyaknya darah yang tercampur oleh derasnya hujan.

Semuanya berakhir tidak sadarkan diri dengan keadaan mengenaskan penuh darah yang terus mengalir keluar, terkecuali gadis mungil yang masih meringkuk ketakutan dalam dekapan ibunya. Yang hanya mampu membuka matanya lemah.

"Ma-mama,"

.

.


CRESTFALLEN


.

.

Three years later

"Dia yang bernama Luhan, kehidupan gadis kecil itu sungguh hancur," seorang wanita berperawakan dewasa dengan stelan baju seragam birawatinya yang hitam-putih hanya bisa mendesah penuh rasa iba terhadap seorang gadis kecil yang sedang asik bermain oleh dunianya sendiri, di bawah pohon maple yang rindang.

"Sejak tragedi kecelakaan yang menimpanya beberapa tahun lalu itu terjadi, kehidupannya sudah berubah. Orangtuanya tidak ada yang bisa diselamatkan, bahkan mereka harus terpisah ketika di bawa ke rumah sakit," birawati itu semakin mengeratkan genggaman tangannya ketika merasakan seseorang yang berada di sebelahnya itu mulai bergetar dan menangis, matanya terus menerawang iba pada gadis kecil yang bermain seorang diri itu.

"Kelalaian itu terjadi karena mereka dalam keadaan yang sama-sama kritis di kondisi yang begitu mendesak akibat badai dan hujan yang mengerikan, mobil ambulance yang datang hanya bisa memuat satu pasien di dalamnya. Dan, yang pertama kali diselamatkan adalah Luhan bersama dengan Ayahnya,"

"Lalu Ibunya?," gumamnya serak pada suara yang tercekat sambil terhisak.

Birawati itu mengambil nafas sejenak, paru-parunya kembali merasakan sesak yang menyakitkan, "Ibunya di bawa pada jemputan ambulance kedua. Dimana ambulance itu datang dari rumah sakit yang berbeda, sepertinya semua orang yang menyaksikan kecelakaan itu menghubungi semua rumah sakit yang ada. Sehingga, Luhan dan Ayahnya terpaksa harus terpisah oleh sang Ibu. Saat itu kondisi Luhan tidak terlalu parah, Ia hanya mengalami sedikit benturan kecil pada kepalanya, ini karena sang Ibu yang memeluknya begitu erat ketika benturan kecelakaan itu terjadi. Luhan berhasil diselamatkan, tapi Ayahnya….."

"Ayahnya pergi meninggalkan Luhan kecil dalam kesendirian, benarkah begitu?" wanita itu menghapus jejak air matanya perlahan, Ia tidak bisa menyembunyikan rasa kesakitannya mendengar bagaimana pahitnya kisah seorang gadis kecil yang tidak berdosa itu.

Tuhan, umurnya masih lima tahun saat Ia di tinggal selama-lamanya oleh Ayah dan Ibunya ! Mengapa dunia begitu jahat pada malaikat kecil ini?!

"Yah, dokter sudah berusaha melakukan semuanya semaksimal mungkin, tapi takdir yang tertulis sudah tidak dapat di ubah lagi. Ibunya tidak bisa diketahui dimana keberadaannya. Entah rumah sakit mana yang membawa Ibunya pergi, sampai sekarang tidak ada yang bisa mencari tahu hal itu. Dengan kata lain, Luhan tetap di tinggal seorang diri oleh kedua orang tuanya. Dia tidak mempunyai siapa-siapa lagi di dunia ini selain dirinya sendiri," biarawati itu menatap wanita yang berada di sebelahnya dengan tatapan yang penuh akan gurat kesedihan, baginya luka yang Luhan alami itu adalah luka bagi dirinya sendiri.

"Apa karena itu Luhan tidak pernah ingin berbicara pada siapa pun? Apa tidak ada orang tua lain yang ingin mengangkatnya sebagai seorang anak?" lirihnya menyakitkan.

Birawati itu menggeleng lesu dan menatap lawan bicaranya sendu, "Sejak kejadian itu, Ia menjadi seperti ini. Awalnya, Luhan dikenal sebagai sosok gadis periang dan ceria, tetapi sudah tiga tahun berlalu Ia tidak pernah memiliki seorang teman. Bahkan anak panti disini tidak ada yang berani mendekatinya karena Luhan begitu dingin, Ia menjadi penyendiri dan sukar di dekati. Padahal semua yang mengerti, akan melihat bagaimana rapuhnya hati gadis kecil itu," jedanya sejenak dan kembali menghembuskan nafas, "Banyak yang ingin mengangkatnya sebagai sosok seorang anak angkat, jelas karena Luhan adalah gadis kecil yang begitu manis dan sangat cantik. Tetapi, karena sifat dinginnya itu membuat semua calon orangtua yang ingin mengangkatnya menjadi enggan. Bagi mereka, tidak mudah menghangatkan hati gadis kecil itu seperti anak-anak lainnya,"

"Itulah alasan mengapa aku datang kemari," wanita itu tersenyum penuh kelembutan dan menarik tubuh untuk berdiri.

Birawati itu juga ikut berdiri dan membalas senyumannya dengan tatapan berbinar cerah, tangannya meremas lembut bahu wanita itu, "Dekati dia dan buatlah hatinya kembali hangat. Aku tahu kau bisa mendapatkan hati kecilnya,"

Wanita itu mengangguk kecil, dan mereka berjalan meninggalkan pelataran panti untuk mendekati sosok Luhan yang sedang bermain di bawah pohon. Dari jarak beberapa meter, kedua wanita dewasa itu bisa mendengar kikikan ceria Luhan yang tersembunyi di balik lirihan suaranya.

Dan mereka menghentikan langkahnya sejenak. Melihat bagaimana interaksi Luhan dengan beberapa boneka kecil yang ada di sekelilingnya.

"Eoh? Ini namanya Lulu," katanya dengan suara kekanakkan yang menggemaskan. Gadis kecil itu menggerakkan satu boneka imut yang ada di genggaman tangan kanannya, membuat boneka itu berjalan kecil menuju boneka satunya yang ada di tangan kirinya, "Halo, Lulu. Ini namanya Hunhun, dia lucu kan?" gadis itu terkekeh kecil sembari membuat kedua boneka itu saling berjabat tangan, "Kalian harus berteman dengan baik ya,"

"Aku tidak bisa menahannya, eoh inikah Luhan saat dia seorang diri? Sungguh, sikapnya sangat hangat dan periang," gumam wanita itu tertahan sembari melirik birawati disebelahnya dengan tatapan memohon yang tulus.

Seolah mengerti, sang birawati pun mengangguk senang ;mengizinkan, "Mari kita dekati dia," gumamnya pula.

Luhan yang sedang asik menyembunyikan lirihan kikikan cerianya mendadak peka dan berhenti saat telinga kecilnya menangkap suara langkah seseorang. Luhan pun cukup tersentak, dan memungut semua mainannya hingga memeluk itu dengan perasaan takut.

Seorang wanita cantik dengan aura keibuan yang lembut mengulurkan tangannya hangat, "Hai sayang, apa kau yang bernama Luhan?" katanya lembut dan menatap Luhan penuh rasa kelembutan.

Luhan menatap wanita itu dengan mata rusa yang berpencar kebingungan juga dingin, Ia melirik tangan wanita itu dengan delikan takut, "Jangan ambil," lirihnya tidak suka seolah mengira bahwa wanita itu ingin merebut semua kebahagiaannya.

Wanita itu tersenyum lembut dan masih mencoba untuk berusaha menggapai Luhan. Sampai kapan pun Ia tidak akan menyerah, Ia ingin membahagiakan kehidupan gadis kecil ini, "Aku Minkyung, Oh-Minkyung. Bolehkah bibi bermain bersamamu, sayang?"

"Tidak," Luhan menggeleng kuat dan beringsut mundur. Matanya menatap tidak suka akan kehadiran Minkyung.

"Sayang, ayo sini," sang birawati membuka kedua tangannya untuk mengisyaratkan Luhan agar mendekat, Luhan pun dengan segera berlari menuju wanita itu dan memeluk wanita itu erat-erat penuh gemetar.

"Ibu, Lulu takut,"

"Itu bibi Minkyung, sayang. Bukan orang jahat," Birawati itu mengusap punggung Luhan lembut demi membuat gadis kecilnya menjadi tenang, Ia juga menatap Minkyung dengan senyuman getir.

Memang tidak mudah mendekati Luhan. Tapi, Minkyung harus berusaha untuk mendapatkan perhatian gadis itu. Jika ingin membuat kehidupannya berubah kembali hangat.

Minkyung membuka kaitan kalung yang berada pada lehernya, kalung itu adalah kalung berharga yang di tinggalkan mendiang Ayahnya sewaktu kecil. Sekarang Minkyung ingin Luhan yang memakai kalung itu, sebuah kalung dengan liontin berbentuk hati yang terdapat ukiran tulisan Yunani kuno. Memiliki arti yang mengaitkan kebahagian abadi dan di cintai dengan tulus.

"Sayang, Bibi punya hadiah untukmu," Minkyung berujar penuh nada manja yang berhasil membuat mata Luhan kembali melirik padanya. Minkyung pun merasa mendapatkan kesempatan dan semakin gencar melanjutkan aksinya dalam menarik perhatian Luhan, "Lulu lihat ini? Bukankah kalungnya cantik? Bibi ingin memberikannya pada Lulu, apa Lulu mau?" Tanya Minkyung sembari menatap Luhan dalam, berharap kata batinnya bisa mengetuk pintu es yang berada dalam hati kecil Luhan.

Mencairkannya dan mengubahnya dengan kehangatan yang tulus.

Luhan menatap kalung yang di genggam Minkyung penuh rasa ingin, entah kenapa kilauan cahaya yang ada di kalung itu seolah membuat mata rusanya seperti merasa senang. Luhan ingin itu, Luhan menginginkannya sangat. Tapi, Ia masih di liputi oleh rasa ragu dan takut.

Minkyung yang seolah mengerti arti dari tatapan mata gadis kecil itu pun berinisiatif untuk menggapai telapak tangan mungil milik Luhan, dan sungguh Luhan tidak menolaknya.

"Kemarilah sayang," Minkyung menarik lembut Luhan untuk mendekat ke dekapannya. Gadis kecil itu menurut dan berdiri di hadapan Minkyung.

Minkyung mengalungkan kalungnya pada leher jenjang Luhan yang kecil. Menarik keluar rambut panjang gadis kecil itu yang sehalus bayi, "Cantik sekali! Kalungnya cocok sekali untuk Lulu," ujarnya bahagia dengan senyuman cerah yang tidak bisa di sembunyikannya.

Luhan mengerjapkan matanya dan melirik kalung yang menggantung di lehernya itu, "Lulu suka ini," kata Luhan senang dengan senyuman kecilnya.

"Astaga!" sang birawati memekik tertahan dengan rasa terharu luar biasa. Sungguh, baru pertama kali ini Luhan merespon orang lain selain dirinya.

Minkyung pun tertawa senang dan mengangguk kuat, "Iya sayang itu buat Lulu. Bolehkan kalau bibi ingin memeluk Lulu?," Tanya Minkyung dengan merentangkan tangannya lebar, berharap Luhan mengabulkan keinginannya.

Luhan pun tersenyum dan menggangguk dua kali, gadis kecil itu melangkah maju dan langsung di sambut hangat dengan pelukan yang bercampur tangis bahagia oleh Minkyung juga sang Birawati tadi.

Minkyung pun memeluk Luhan erat, dan menghujani kepala Luhan dengan beberapa kecupan sayang, "Bibi ingin Lulu menjadi putri bibi," Minkyung merenggangkan sedikit pelukannya dan menatap mata rusa Luhan penuh kasih sayang yang tulus dan cinta begitu suci, tangannya membelai wajah cantik Luhan pelan, "Lulu maukan jadi putri bibi? Maukan sayang?,"

Luhan tersenyum manis dan mengangguk lagi, "Eung, Lulu mau," katanya manja dan langsung di hadiahi Minkyung dengan kecupan bertubi-tubi di seluruh wajah cantiknya.

Rasanya sangat bahagia.

"Panggil aku, Ibu. Panggil aku Ibu, sayang"

"Ibu,"

"Oh, Tuhan! Terimakasih banyak," air mata langsung menetes deras dari kedua mata Minkyung yang berkaca-kaca. Tangis harunya mewakilkan bahwa Ia benar-benar bahagia.

Sungguh, Minkyung merasakan jiwa keibuannya begitu erat kepada Luhan. Sudah sejak lama Ia menginginkan Luhan, ingin membuat gadis itu mendapatkan mimpi indah setiap saat. Menggapai cita-cita dan impiannnya yang penuh akan tawa. Tidak ada lagi tangis dan kesepian, Minkyung ingin mewujudkan semua angan Luhan yang tersimpan dalam hati kecilnya.

Semua cerita menyakitkan yang di dengarnya mengenai masa lalu Luhan membuatnya begitu tersiksa oleh rasa sakit yang menyakitkan. Minkyung ingin Luhan menjadi putrinya, menjadi anak angkatnya yang akan Ia sayangi setulus hati.

Sampai Luhan bisa menemukan kebahagiaannya sendiri, suatu saat.

Dan, setelah sekian lama Minkyung memperhatikan gadis kecil itu. Akhirnya, Ia bisa mendapatkan Luhan. Menjadikan gadis itu sebagai putri angkatnya yang akan Ia sayangi dan cintai seperti anaknya sendiri selama-lamanya. Minkyung benar-benar bahagia, suaminya pasti juga bahagia mendengar kabar ini.

Dan, putra tunggalnya pasti juga bahagia jika memiliki seorang adik perempuan. Yah, dia memiliki satu orang putra yang begitu tampan.

"Sayang, maukan ikut dengan Ibu? Kita akan bertemu Ayah, dan Sehun oppa," Minkyung mengusap lembut puncuk kepala Luhan, menatap Luhan penuh rasa haru dan kekaguman luar biasa. Dalam jarak sedekat ini, malaikat kecil itu sangat terlihat cantik dan menawan. Dia punya mata rusa yang indah, penuh kilauan cahaya yang akan membuat semua orang merasakan kedamaian ketika bertemu pandang dengannya. Dia punya hidung bangir yang lucu, lekuk bibir tipis yang cantik, juga wajah yang sangat baby dan menggemaskan.

Ya Tuhan, Minkyung jadi berpikir dan membayangkan sangat tegas. Bagaimana rupa orangtua Luhan yang sebenarnya? Bagaimana gadis kecil ini bisa terlahir sebegitu sempurna? Dia pasti memiliki Ibu yang sangat cantik dan Ayah yang begitu tampan.

"Sehun, Oppa ?," Luhan mentolehkan kepalanya ke samping dengan tatapan tidak mengerti.

Minkyung menggesekkan hidungnya pada hidung Luhan dengan gemas, wanita itu terkekeh kecil mendengar tutur Luhan yang kebingungan, "Lulu ikut Ibu ya? Kita pulang kerumah sayang. Rumah kita yang di Seoul, mau ?," Tanya Minkyung lagi sembari menggenggam kedua tangan mungil Luhan erat.

Luhan mengerjapkan matanya polos, dan mengangguk mengerti, "Lulu mau ikut Ibu pulang,"

"Putri ibu yang manis ini, Ibu sayang Lulu," Minkyung mencium kedua pipi gembil Luhan sayang, mengangkat tubuh untuk berdiri dengan satu tangan yang menggenggam tangan Luhan, "Kita pamit dengan Bibi birawati dulu ya,"

"Iya, Ibu"

.

.


CRESTFALLEN


.

.

Seoul, South Korea

"Astaga, Nyonya! Inikah gadis kecil yang anda ceritakan di telepon itu? Dia sangat cantik dan menggemaskan !," pekik Bibi Ahn tertahan dalam suaranya yang di buat berbisik.

Minkyung tersenyum, dan mengangkat tubuh Luhan yang tertidur dalam dekapan hangatnya. Gadis kecilnya itu sedang menggapai mimpi indah dalam tidurnya yang tenang.

"Bibi Ahn, Apa kamar putriku sudah siap? Dia sepertinya kelelahan akibat perjalanan udara tadi,"

"Sudah, Nyonya. Sudah saya siapkan sesuai keinginan anda,"

Minkyung mengangguk dan mempersilahkan supir pribadi keluarganya untuk mengangkat semua bagasi mereka. Pintu megah kediamannya langsung terbuka lebar ketika Ia mulai melangkahkan kakinya untuk berjalan, kehadiran Minkyung langsung di sambut hangat oleh semua maid yang ada.

"Selamat datang, Nyonya," ucap semua maid secara serentak dengan tubuh membungkuk sopan.

Minkyung mengerenyitkan dahinya ketika Ia sudah masuk kedalam, melihat kesemua penjuru rumah dan mendapati sesuatu yang sedikit janggal, Minkyung menoleh ke arah Bibi Ahn yang berjalan di belakangnya, "Bibi Ahn, mengapa rumah terlihat sepi?," katanya tidak suka dengan tangan yang masih setia mengusap punggung kecil Luhan yang tertidur pulas.

"Tuan besar sedang berada di Kantor, Nyonya,"

"Dan, Sehun?"

"Tuan muda Sehun masih berada di sekolah. Dan, katanya ada les privat mate-matika setelah itu. Tuan muda bilang, mungkin sore baru akan pulang ke rumah, Nyonya," ucap Bibi Ahn menjelaskan.

Minkyung menghela nafas ringan, "Seharusnya mereka ada untuk menyambut kedatanganku dan putriku," gumam Minkyung sedikit sesal dan mengecup puncuk kepala Luhan sayang, "Tapi, syukurlah jika sekarang gadis kecilku masih tertidur. Aku akan menemani Luhan dikamarnya, Bibi bisa kembali ke dapur untuk menyiapkan makan siang nanti," katanya dan kembali melanjutkan langkahnya untuk menaiki tangga di kediaman rumahnya yang begitu megah. Minkyung mengambil tangga yang berada di sayap barat, dimana ada kamar Luhan dan kamarnya yang bersebelahan.

Nyonya besar di keluarga Oh itu masuk ke dalam sebuah kamar anak perempuan yang menggemaskan. Minkyung ingat waktu Ia menghubungi kenalannya yang berprofesi sebagai seorang designer Interior untuk mengubah kamar Luhan menjadi secantik mungkin. Dan wanita itu sangat puas akan hasilnya yang luar biasa bagus.

Kamar Luhan yang bernuansa cerah, perpaduan antara warna peach dan biru langit yang di sulap menjadi satu pemandangan yang terlihat tak membosankan. Ada satu ranjang queen size dengan sprei pink menggemaskan, juga banyaknya boneka-boneka lucu yang terpajang di atas nakas dekat ranjang. Ada pula satu boneka bambi besar yang duduk manis di atas ranjang itu, boneka kegemaran Luhan.

Minkyung membaringkan putrinya dengan hati-hati sampai Luhan sedikit menggeliat dan menyamankan sendiri pososi tidurnya, deru nafasnya begitu tenang dan terdengar sangat merdu. Wajah yang polos kekanakkan itu terlihat begitu damai.

Minkyung senang melihat wajah damai Luhan yang cantik, Ia yakin putrinya itu akan merasa sangat bahagia dengan dunia barunya yang sekarang. Dimana Minkyung akan berusaha membuatnya sebahagia mungkin.

Wanita itu menaikkan selimut sebatas bahu kecil Luhan, dan meninggalkannya dengan kecupan selamat tidur siang yang manis.

"Mimpi indah, sayang," bisiknya

..

..

Langit yang membentang luas di atas sana sudah menciptakan warna jingga yang cantik, seluruh warnanya merata bagai maha karya sebuah lukisan yang begitu menakjubkan. Kicauan merdu dari burung-burung kecil yang berterbangan riang itu mulai kembali pada habitatnya. Matahari sudah semakin turun di ufuk barat.

Hari sudah semakin sore, dan siap untuk berganti kembali menjadi malam.

Seorang gadis kecil mulai terusik oleh tidurnya yang menyenangkan. Matanya perlahan terbuka dan mengerjap untuk melihat seluruh bayangan yang membuatnya merasa asing. Dahinya mengerenyit sedikit dan tangannya menggenggam selimutnya erat.

"Ibu disini sayang,"

Luhan menoleh cepat ke arah sumber suara, dan tersenyum ketika melihat sosok yang dicarinya sejak tadi itu akhirnya muncul. Minkyung berjalan dari pintu dan duduk di pinggir ranjang demi menyambut tubuh kecil Luhan yang merengek manja untuk di peluknya.

"Tidurnya nyenyak ya? Lulu sampai tiga jam tertidur," ucap wanita itu geli dan di balas Luhan oleh kekehan menggemaskan.

"Mau mandi? Ibu sudah menyiapkan air hangat untuk Lulu,"

"Mandinya sama Ibu ya," rengek Luhan manja

"Oke, cantik" Minkyung menuntun Luhan turun dari ranjangnya dan gadis itu tampak riang setelah puas tidur seharian, wajahnya bahkan sudah terlihat berseri meskipun Ia belum mandi.

Luhan sudah selesai mandi, rambutnya yang basah di keringkan dengan hangat menggunakan hairdryer ringan oleh Minkyung. Ia memiliki rambut panjang berwarna coklat madu sebatas punggungnya, dengan bagian bawah yang memiliki gelombang ikal yang cantik.

Ia mengenakan baju dress berwarna pink baby dengan sedikit mekar di bagian bawah, membuat kulitnya yang berwarna kuning keemasan itu terlihat semakin bersinar oleh paduan warna perempuan yang di kenakan pada tubuhnya. Poni nya yang panjang di jepit begitu manis oleh jemari lihai Minkyung dengan jepitan pita di sebelah kanan puncuk kepalanya.

Minkyung sangat puas, putri kecilnya sudah sangat manis sekarang. Ia akan membuat suami dan putranya itu terkagum akan Luhan kecil yang sudah begitu cantik.

"Ah, anak Ibu cantik sekali! Siap untuk bertemu Ayah dan Oppa, sayang?" Tanya Minkyung dan di jawab Luhan melalui anggukan kecilnya.

"Oke, ayo kita turun ke bawah,"

..

..

Mereka memiliki silsilah keluarga yang terhormat. Nama kedua orangtuanya sejak lama memang sudah di pandang sebagai keluarga kaya yang di segani. Banyak berita yang selalu tercium dari keluarga mereka, termasuk kabar mengenai adanya isu tambahan keluarga baru di keluarga besar itu.

Oh Sehun adalah putra tunggal satu-satunya dari pasangan kaya Oh JaeHun dan Lee Minkyung. Ayahnya merupakan pendiri nomor satu di Rumah sakit terbesar dan terkenal di Seoul, Human Hospital. Bangunan yang memuat hampir seluruh dokter-dokter terbaik yang pernah ada. Selain itu, Ayahnya juga merupakan seorang CEO yang sangat di hormati di sebuah perusahaan Entertaiment. Yang mana bangunan besar megah dan kokoh yang berpusat di tengah-tengah kota Seoul itu adalah rumah dari segala Aktris dan Aktor terkenal dari Korea Selatan.

Dan, salah satu Aktris itu adalah Ibunya sendiri, Lee Minkyung.

Ibunya adalah mantan seorang Aktris terkenal, yang namanya di kenang hampir di seluruh daratan Asia terutama China dan Korea.

Keduanya merupakan pasangan sempurna yang sering mengundang rasa iri terhadap pasangan lain. Pernikahan mereka sudah terlalin lama dan selalu harmonis. Tidak pernah terdengar kabar jelek akan keretakkan keluarga mereka, belum lagi sosok pangeran tampan yang akan menjadi penerus tunggal di keluarga itu.

Sehun saat ini masih berumur dua belas tahun, tapi Ia sudah begitu banyak di kenal oleh semua kalangan belum lagi teman-teman di sekolahnya. Begitu banyak yang menggilainya akibat parasnya yang begitu tampan mempesona, padahal umurnya masih terlalu muda.

Sehun adalah sosok lelaki yang berprestasi, Ia tidak pernah ingin mengecewakan orang tuanya yang sudah memberinya begitu banyak kasih sayang. Sehun bahagia, walaupun mereka adalah keluarga terpandang yang sangat kaya tapi kasih sayang orangtuanya tidak pernah habis Ia dapatkan. Keluarganya begitu ramah dan penuh kesederhanaan ;dalam artian tidak berlebih-lebihan seperti orang kaya pada umumnya.

Anak lelaki itu sudah mendengar kabar mengenai keluarganya yang akan memiliki satu anggota baru. Seorang adik perempuan untuk Sehun, dan Ibunya begitu menginginkan sosok anak itu untuk menjadi bagian dari keluarganya.

Sehun tidak keberatan, Ia senang mendapati jika Ia akan memiliki seorang adik yang manis. Sehun ingin menjaga adiknya itu nanti.

Jadi disinilah Ia, duduk dengan pandangan yang tak lepas menatap pada pintu kamar yang berada di lantai dua sebelah barat. Ia sungguh penasaran bagaimana sosok adiknya itu, Sehun merasa tak tenang duduk di meja makannya.

Jaehun berdecak geli melihat kelakuan putra semata wayangnya yang tidak sabaran itu, "Sebentar lagi dia keluar, Sehun. Duduklah dengan tenang,"

"Ayah, kenapa Ibu lama sekali?," Tanya Sehun sedikit kesal.

Sang ayah mengangkat bahunya acuh, "Mungkin Ibumu masih ingin memainkan rambut panjang adikmu, supaya terlihat semakin cantik kan,"

Sehun mendengus bosan, dan tersentak ketika telinganya menangkap suara pintu yang terbuka. Pandangannya langsung tertuju ke atas sana, dimana Ia melihat Ibunya yang penuh senyuman sedang menggandeng seorang bocah perempuan yang sangat manis.

Sehun merasa tersihir melihat sosok kecil itu, rambutnya yang coklat madu di gerai dengan bebas. Matanya yang bening seperti mata rusa itu memancarkan aura yang begitu mempesona, wajahnya sangat cantik dan Ia memiliki suara tawa yang sangat merdu.

Jaehun langsung turun dari bangkunya dan menghampiri istri juga putri kecilnya. Tanpa ragu lelaki itu langsung menggendong Luhan, "Ah, inikah putri Ayah yang sangat cantik itu? Coba katakan pada Ayah, siapa nama dari putri cantik ini, hm?,"

Luhan mengerjapkan matanya polos dan menatap pada Minkyung penuh raut kebingungan, "Ini Ayah sayang, Ini Ayah Jaehun. Ayah Lulu yang sekarang," kata Minkyung lembut sembari mengelus rambut panjangnya.

Jaehun ikut tersenyum dan menghadiahi Luhan dengan satu kecupan manis di dahinya, "Panggil aku Ayah, sayang,"

"Ayah,"

"Kau memang manis sekali. Astaga dimana Ibumu bisa mendapatkan seorang bidadari seperti ini?"

Luhan pun terkikik geli saat Jaehun menghunjani wajahnya dengan begitu banyak kecupan, tanpa sengaja matanya langsung teralih pada satu sosok lagi yang duduk di kursi.

Seseorang yang sejak awal sudah memperhatikannya, dan bibir kecil Luhan pun bergumam lirih, "Oppa,"

"Eoh? Sampai lupa, aku masih memiliki satu anak lagi yang sangat tampan disini," ucap Minkyung tersadar dan menepuk dahinya gemas.

Jaehun menurunkan Luhan pelan hingga kaki kecilnya menapak dengan pas pada lantai marmer. Luhan mulai berjalan ringan menuju Sehun yang sudah berdiri dari tempatnya.

Minkyung dan Jaehun hanya diam menyaksikan, berserta senyuman penuh arti mereka.

Luhan dan Sehun hanya berbeda empat tahun. Tapi sosok Sehun yang sudah begitu tinggi membuat Luhan terlihat seperti Ia berumur lima tahun. Kendati umur yang sebenarnya adalah delapan tahun.

Dress mungilnya berayun begitu manis saat kedua kakinya berjalan pelan. Tatapan Luhan yang penasaran seolah menuntun langkahnya semakin dekat pada Sehun.

Sehun menurunkan tubuhnya, dan duduk dengan tubuh yang bersimpuh pada kedua lututnya yang tertekuk di lantai. Luhan berhenti ketika kakinya hanya berjarak dua langkah di depan Sehun.

Mata mereka bertemu dalam tarikan penasaran yang menyelam begitu dalam. Sehun menjulurkan tangannya pelan dan membelai wajah Luhan yang halus.

Luhan melebarkan matanya, dan diam. Saat Sehun tersenyum padanya, saat itu juga untuk pertama kalinya pula pipinya mengeluarkan semburat rona merah muda yang cantik.

"Oppa," gumam Sehun dengan senyumnya.

"Oppa ?," ulang Luhan dan memiringkan sedikit kepalanya.

Sehun mengangguk dan mencubit pipinya gemas, "Iya, Oppa. Sehun Oppa, Lulu,"

"Sehun, Oppa !," pekik Luhan girang dan Sehun tidak tahan untuk tidak memeluk tubuh mungilnya. Luhan tenggelam dalam dekapan Sehun yang begitu hangat.

Sudah lama Ia merindukan kehangatan itu. Dan, Luhan pikir berada di pelukan Sehun akan menjadi tempat ternyaman untuknya, bahkan untuk sampai kapan pun.

Minkyung dan Jaehun pun begitu menyaksikan dengan sangat interaksi yang terjadi pada keduanya. Mereka berdua saling mengenggam tangan erat satu sama lain, dan menatap pada satu maksud yang sama mengapa keduanya memilih Luhan untuk menjadi bagian dari keluarga mereka.

Senyum mereka sama-sama tertaut penuh makna, dan keduanya mengangguk yakin hingga Minkyung bersandar mesra di bahu suaminya sembari melihat kedua anak mereka yang masih berbagi pelukan itu.

Tunggu sampai masa itu akan tiba, maksud dan tujuan sebenarnya mengapa Luhan harus menjadi bagian dari keluarga mereka.

Masa depan, siapkah mereka menanti itu ?

..

..

..

.

.

.

.

.

.

.

.

.

To Be Countinue

..

..


16 April 2017


Welcome Again Guys !

HAPPY HUNHAN DAY SAYANG-SAYANGKU :*

Selamat hari bercintanya Oh Sehun dan Xi Luhan. Semoga OTP kesayangan kita tetap dalam hubungan asmara yang langgeng sampai jenjang pernikahan, semoga cinta mereka yang abadi semakin bertambah romantic. DAN, SEMOGA HHS DAPAT MOMENT BARU LAGI YA :") Selcanya HunHan di tunggu ya buat Sehun dan Luhan di Instagramnya.

Ini adalah new fanfiction ke-4 yang di tulis langsung oleh BaekbeeLu. Kembali lagi ke genre 'ANSGT' ya, yang tidak suka baca mohon tinggalkan lapak ini dengan salam perpisahan terlebih dahulu tanpa ada Bash (?) :') *uhuk

Crestfallen adalah Title yang diberikan langsung oleh author Lolipopsehun 'loh . Maknanya kalian bisa cari tahu sendiri kalau penasaran sih hahaha. Ini FF perdana aku yang ikutan Project dari para Author lainnya ^^

Terimakasih untuk para Authornim :*

..

Special Update with Author :

Apriltaste

HHS Hyuuga L

Arthur Kim

Hunhanslays

Ramyoon

sehooney

Please, Review and his Favorite if you like the story ^^

..

Salam sayang buat semua HHS. HunHan more than real, as forever (!)

.

.

Big Love, Thanks :* :*