Disclaimer : One Piece beserta segala karakternya adalah hak milik Eiichiro Oda. Fanfiksi ini dibuat hanya untuk KESENANGAN belaka dan bukan untuk mencari keuntungan materi. Terimakasih.
Warning : gak usah kasih warning ah...
'...' : pikiran
"..." : kalimat langsung
Italic : kejadian masa lalu
AU
Concrit are welcomed...selamat menikmati...
~ I Heart You~ *)
Pukul 2 dini hari. Tubuh seorang pria ditemukan sudah tidak bernyawa tergantung di tiang lampu sebuah lapangan pinggir kota. Dari sekujur tubuhnya, masih menetes air bercampur darah segar, sisa hujan yang tadi sempat mengguyur. Sepertinya orang ini baru saja dibunuh. Smoker mengamati dengan seksama mayat di hadapannya –agak ke atas sih-. Luka memar dan goresan kecil di beberapa tempat, cukup untuk membuat perih, namun tidak mematikan. Smoker mengitari mayat yang masih tergantung sekali lagi. Sebuah luka seperti congkelan tampak di dada kiri mayat itu. Smoker memerintahkan anak buahnya untuk menurunkan mayat pria malang itu.
Rupanya ada sebuah lubang menganga di dada kirinya. Pinggiran lubang itu tidak rata dan dari sana keluar sedikit jaringan paru-paru. Smoker merogoh ke dalam untuk memastikan dugaannya. Rupanya benar, mayat itu tidak memiliki jantung. Diambil dengan paksa, dengan cara yang tidak berperikemanusiaan.
"Korban bernama Rob Luccy, 30 tahun, pembunuh bayaran."
"Keterangan lain?"
"Uhm..."
"Apa?"
Polisi muda itu membungkuk membisikkan sesuatu ke telinga Smoker.
"Dia pimpinan Chiper Pol 9 atau CP9, kelompok pembunuh bayaran yang sering disewa oleh pemerintah untuk melenyapkan saingan politik atau siapapun yang menentang pemerintah."
Smoker mengerutkan keningnya.
'Aku pernah mendengar tentang Chiper Pol 9, tentang mereka adalah sekelompok pembunuh bayaran misterius di kota ini. Mereka tidak hanya "melayani" permintaan dalam kota, tapi hingga ke pelosok negeri. Namun baru kali ini aku tahu bahwa mereka mendapatkan uang juga dari pemerintah.'
Smoker menghisap cerutunya dalam lalu menghembuskan asap kelabu ke udara.
"Ada data lain tentang korban?"
"Tidak kapten, sepertinya sejak dia menjadi anggota CP9 data-data yang menyangkut masa lalunya dihapus total."
Kening Smoker berkerut. Walau meninggalkan luka mengerikan di tubuh korban, tidak menutupi bahwa pembunuh ini bekerja dengan rapi. Korban adalah 'mangsa' berkualitas tinggi dan si pelaku tidak meninggalkan jejak apapun di lokasi kejadian. Nampaknya pembunuhan dilakukan dan selesai sebelum hujan turun, karena jejak kaki sudah terhapus dari tanah lapangan. Kini Smoker berharap hasil visum menjadi sedikit titik terang untuk pemecahan kasus ini.
Kesenangan dalam mengejar dan menangkap 'buruan' sudah lama tidak Smoker rasakan. Dia merasa di kasus ini dia tidak akan dikecewakan oleh lawannya. Jelas bahwa si pelaku bukan orang sembarangan, Smoker suka itu. Kebenaran masih tertutup kabut tebal, namun Smoker akan dengan sabar menghapus kabut itu perlahan-lahan.
-xxx-
Di bawah sinar rembulan biru, seseorang duduk tenang, tersembunyi di lorong sempit tanpa cahaya. Di tangannya tergenggam jantung. Diangkatnya sampai setinggi pandangan mata kemudian dimasukkan ke dalam sebuah kotak yang sudah dia siapkan. Setelah diberi pita warna biru, dia beranjak dari tempat itu menuju bangunan di tengah kota.
Retakan di dinding, tiang lampu jalan yang bengkok habis dipukul tongkat baseball, serta bekas ban yang terbakar, beberapa orang terkapar. Pekatnya bau anyir darah serta asap bercampur menyesakkan dada. Berdiri di tengah kekacauan itu, dua orang yang keadaannya sama menyedihkannya dengan sekitar. Keduanya lelah, keduanya sudah tidak bertenaga, keduanya hampir...mati. Tik tok tik tok, seekor burung putih terbang dari pundak salah satu orang itu, detik kelima, secara ajaib, keduanya kembali saling serang.
-xxx-
Kantor polisi kembali geger. Berselang satu minggu sejak ditemukannya mayat Rob Luccy, mereka kembali menemukan mayat serupa. Tanpa jantung, orang penting dunia 'underground', bekas luka acak-acakan dan brutal. Mayat ditemukan di dekat tempat sampah seolah si pembunuh berkata : sampah tetaplah sampah.
'Ini pasti pembunuhan berantai' Begitu yang terpatri di otak anak buah Smoker –juga Smoker-. Rak-rak dibongkar dan setiap map dibuka mencari benang merah antara pembunuhan Luccy dan yang sekarang ini, Crocodile.
Diskusi demi diskusi, namun rupanya kabut tebal itu masih enggan tersingkap, lawan kali ini sungguh tangguh.
Seorang gadis menangis melihat kota yang sangat dia sayangi dan berusaha lindungi diporak porandakan di depan matanya. Sementara berdiri di sana dengan angkuh, seorang pria yang menatap tanpa belas kasihan pada penduduk yang menjerit menderita.
"Luffy, tolong aku ..." Terisak, gadis berambut biru itu memohon.
-xxx-
"Aku cari angin segar."
"Ke mana kapten?" tanya salah seorang anak buah.
Smoker memilih tidak menjawab, dengan kasar dia menutup pintu ruangan dan beranjak pergi dari kantornya. Anak buahnya hanya bisa mengangkat bahu. Saat akan meninggalkan tumpukan berkas-berkas catatan kematian dan catatan kiminal di meja, mendadak kepala Smoker menyembul di balik daun pintu.
"Jangan tinggalkan berkas itu sampai aku kembali."
Suara keluhan terdengar setelah pintu kembali tertutup.
Antrian di kasir cukup panjang. Sesungguhnya hal itu menambah kesal Smoker saja, namun dia memilih untuk bersabar. Tiba di gilirannya Smoker memesan secangkir kopi hitam dan roti rasa kopi. Pesanan sudah di tangan, tinggal mencari tempat duduk. Mengedarkan matanya ke sekitar, hampir tidak ada tempat untuknya. Namun sepertinya langit mendengar kekesalan Smoker. Di tengah ruangan, tersisa sebuah kursi kosong di depan seorang pemuda.
"Jika aku duduk di sini, apakah mengganggumu?"
Pemuda tadi, yang asyik dengan novel di tangannya mendongak dan menjawab pertanyaan Smoker.
"Tidak, pakailah." Katanya seraya tersenyum.
'Senyum yang aneh.' "Terimakasih."
Baik Smoker dan si pemuda masing-masing menikmati kesibukannya sendiri. Sambil mengunyah rotinya, Smoker menyalakan cerutu yang dia kantongi. Syaraf-syarafnya membutuhkan nikotin.
'Aku harus mulai dari mana? Total sudah 4 korban ditambah 2 orang yang ditemukan kemarin, Arlong dan Enel. Sssshhhh...sial! Tidak ada yang janggal dengan catatan kriminal mereka. Semua sama, kriminal kelas kakap, punya catatan ekstra panjang tentang kejahatan mereka, kecuali Luccy mungkin. Bila motifnya adalah balas dendam, semua bisa melakukannya. Tidak terhitung berapa kota, rumah, keluarga yang mereka hancurkan. Selama ini mereka bisa lolos karena berhasil menyuap petinggi polisi. Dan satu lagi...' Smoker mengendus-endus udara di sekitarnya. 'Bau aneh apa ini? Seperti duduk di samping rumah sakit.'
Pemuda di depan smoker membereskan novel yang tadi dibacanya lalu beranjak meninggalkan Smoker seorang diri.
'Oh, dari dia bau aneh ini.'
-TBC-
Author's note :
*) aku cuman bisa facepalm ngebaca judul yang aku kasih buat fanfic ini, hahahahaha. Judul aslinya : "Hundred Hearts"
