A Doll
Chapter 1: "That Forest"
Author: Azzelya Bara
Rated: T
Genre: Romance, Fantasy
Cast: KaiSoo
Summary: Pernah dengar cerita tentang seorang pemuda yang dikutuk menjadi boneka karena masuk ke hutan terlarang? Cerita tersebut benar-benar nyata di Dongguk/KaiSoo Fic/DLDR
'Namja berambut Brunette itu berlari tak tentu arah. Di belakangnya ada 2 pria bertubuh besar yang mengejarnya sambil berteriak-teriak. Yang dikejar mempercepat larinya meski kakinya sudah lelah. Ini semua karena ulahnya sendiri sehingga bisa dikejar 2 orang galak. Tadi Namja itu mengambil salah satu tas milik dua pria yang sedang mengejarnya sekarang. Sekarang Ia sangat menyesali itu semua.
"Berhenti, Kim Jongin!"teriak salah satu pria bertubuh besar, Seungri.
Kai tak menghiraukan teriakan Seungri. Ia tetap berlari dan berlari. Hingga akhirnya Kai menemukan sebuah hutan besar. Tanpa pikir dua kali, Ia melangkahkan kakinya menerobos hutan tersebut meski sangatlah gelap. Sebelum masuk hutan, Kai sempat melempar tas milik Seungri. Ia harap Seungri dan saudaranya, Taeyang, tak mengejarnya lagi.
"Hosh… hosh…"Kai berhenti berlari dengan nafas tersenggal-senggal. Ia menoleh ke belakang dan tak melihat siapapun. Bagus, mereka tak mengejarku, pikir Kai senang.
Namun, ia sama sekali tak menyadari sepasang mata berwarna merah menatapnya dari kejauhan. Kedua mata itu memancarkan kemarahan. Dengan cepat, sesosok makhluk keluar dari semak-semak dan mendekati Kai. Makhluk itu seorang wanita tua. Rambutnya berwarna putih, dan memegang sebuah tongkat. Kai tercengang dengan kehadiran sosok di hadapannya.
"Berani-beraninya kau masuk ke hutan ini!"bentak si wanita tua. Tubuh Kai gemetaran. Ia tak tahu harus berbuat apa. Lidahnya kelu untuk berteriak.
"S-siapa kau?"
"Aku Kim Taeyeon, pemilik hutan ini. Karena kau telah masuk ke sini dengan seenaknya, kau akan kusihir."Taeyeon mengangkat tongkatnya. Kai malah terkekeh pelan. Ia sangat tak percaya oleh ucapan Taeyeon barusan, padahal Taeyeon telah berkata yang sebenarnya.
"Jangan bercanda. Lagipula tak mungkin kalau hutan sebesar ini milikmu!"remeh si pemuda berkulit tan tersebut.
"Aku serius. Kau akan kusihir menjadi boneka. Kau hanya akan kembali jadi manusia normal saat pukul 12 malam sampai matahari terbit. Tapi, saat siang hari kau akan kembali jadi boneka."ucap Taeyeon. Ia mengarahkan ujung tongkatnya ke Kai.
Tak lama, sebuah cahaya putih keluar dari tongkat dan menyorot tubuh pemuda berkulit tan tersebut. Taeyeon tersenyum puas setelah sosok Kai tak terlihat lagi, melainkan sebuah boneka berambut brunette yang terkapar di atas tanah. Wanita tua itu tertawa sebelum tubuhnya hilang entah ke mana.'
Seorang Namja bertubuh mungil tengah duduk di dalam taksi sambil menatap keluar jendela. Suasana di luar sana sangatlah tenang dan damai. Orang-orang hilir mudik, jarang yang menaiki kendaraan. Udara masih sejuk dan segar. Sungguh suasana yang nyaris tak pernah ditemui di kota-kota besar.
"Maaf, Anda darimana?"tiba-tiba si supir taksi bertanya, sontak Namja yang duduk di jok belakang mengalihkan perhatiannya ke supir.
"Seoul, Korea Selatan."jawab pemuda itu. Namanya Do Kyungsoo.
"Oh, Seoul."si supir bernama Cho Kyuhyun itu ber-oh ria. "Selamat datang di daerah Dongguk."
"Iya."Kyungsoo tersenyum tipis sebelum kembali mengarahkan pandangannya keluar jendela.
Sekarang ia berada di Dongguk, sebuah desa kecil yang berjarak cukup jauh dari ibukota Korea Selatan. Kyungsoo pindah ke Dongguk karena tugas ayahnya. Keluarganya sudah terlebih dahulu pindah ke Dongguk daripada Kyungsoo, sebab Kyungsoo ingin menyelesaikan kelas 2 SMA-nya di Seoul.
Kedua mata Namja itu menatap sebuah hutan yang cukup besar di pinggir jalan. Hutan tersebut di batasi oleh pagar-pagar kawat. Entah kenapa, Kyungsoo merasa tertarik dengan hutan itu. Kyungsoo memang suka segala hal-hal yang berkaitan dengan alam, mau hutan, sungai, atau lainnya. Kyungsoo juga senang menjelajahi hutan.
Akhirnya, taksi berhenti tepat di depan sebuah rumah sederhana bercat biru langit. Kyungsoo keluar dari taksi dan mengambil kopernya dari bagasi. Ia membayar si supir, sebelum melangkahkan kakinya menuju sebuah rumah yang ia yakini sebagai rumah keluarganya.
Tok! Tok! Tok!
Tangan mungilnya mengetuk pintu rumah bernuansa biru di depannya. Tak lama, pintu terbuka menampilkan seorang Namja berwajah baby face dengan rambut blonde-nya. Kyungsoo membelak kaget. Seharusnya Appa atau Eomma-nya yang membukakan pintu. Tapi sekarang?
"Kau siapa?"tanya si pembuka pintu dengan wajah heran. Kyungsoo melirik nomor rumah di depannya—27. Kemudian Ia merogoh saku mantelnya dan mengambil secarik kertas bertuliskan alamatnya. Di situ tertulis jelas bahwa nomor rumahnya adalah 28.
"Ah, sepertinya aku salah rumah. Aku masih baru di sini."ucap Kyungsoo, malu, sambil memasukkan kertas berisikan alamat rumahnya ke dalam saku mantel. "Rumahku nomor 28."
"Berarti kau tetangga baruku. Namaku Xi Luhan. Salam kenal."Luhan tersenyum dan memperkenalkan dirinya.
"Namaku Do Kyungsoo. Salam kenal."
"Rumahmu di sebelah situ. Yang berwarna merah. Jangan sampai salah lagi ya."Kyungsoo mengikuti arah telunjuk Luhan yang mengarah ke sebuah rumah bercat merah yang berada di sebelah kiri rumahnya.
"Terima kasih. Aku pergi dulu ya. Bye!"
"Bye!"
Setelah berpamitan dengan Luhan, Kyungsoo berjalan pergi meninggalkan rumah bercat biru itu menuju rumahnya yang bernomor 28. Kyungsoo sedikit merutukki kebodohannya sendiri dalam hati karena telah salah rumah. Ia memang ceroboh, sehingga sering melakukan sebuah kesalahan.
Saat tiba di depan rumahnya, Kyungsoo langsung mengetuk pintu. Untunglah kali ini yang membukakan pintu adalah Eomma-nya sendiri. Kyungsoo masuk ke dalam rumah dan bertemu keluarganya yang sangat ia rindukan. Sudah 5 bulan lebih mereka tak bertemu. Sekarang mereka sekeluarga kembali dipertemukan di sebuah rumah sederhana bercat merah yang ada di daerah Dongguk.
Esoknya…
Pagi ini, Kyungsoo mulai bersekolah di Genie High School. Ia berangkat ke sekolah barunya bersama Luhan yang ternyata satu sekolah di GHS. Meski belum terlalu kenal, mereka berdua sudah akrab dan saling bercakap-cakap selama perjalanan menuju sekolah.
Setibanya di depan Genie High School, Kyungsoo dan Luhan masuk. Kyungsoo akui, sekolah itu tak sebesar sekolahnya di Seoul, tapi sangat bersih dan indah. Banyak pohon-pohon rindang yang tumbuh, sampah-sampah tak berserakan, serta suasananya sangatlah nyaman. Kyungsoo suka dengan sekolah barunya
"Kau kelas mana, Kyungsoo?"tanya Luhan sambil menoleh ke Namja di sebelahnya.
"3-2."Kyungsoo menjawab singkat. Ia sibuk memperhatikan beberapa siswa lain yang berjalan di koridor.
"Kalau begitu kita sekelas."ujar Luhan.
CKLEK!
Luhan membuka pintu kelasnya. Ia masuk bersama Kyungsoo. Beberapa siswa di kelas menatap sosok Kyungsoo dengan bingung dan penasaran, sisanya tak terlalu mempedulikannya. Luhan menarik Kyungsoo ke depan kelas. Kyungsoo agak canggung ketika mendapat tatapan dari teman-teman barunya.
"Ini Do Kyungsoo, teman baru kita. Dia pindahan dari Seoul."ucap Luhan memperkenalkan Namja bertubuh mungil di sebelahnya.
"Salam kenal."Kyungsoo tersenyum dengan malu-malu sambil sedikit membungkukan tubuhnya lalu kembali menegakkan tubuhnya.
Setelah sedikit berkenalan dengan siswa di kelas 3-2, Kyungsoo duduk di kursinya yang berada di urutan ketiga baris kedua. Di depan mejanya adalah meja Luhan, sedangkan teman sebangku Kyungsoo adalah seorang Namja bertubuh tinggi dan tampan. Rambutnya brunette, serta wajahnya datar.
"H-Halo… Aku Kyungsoo. Salam kenal."Kyungsoo berkenalan dengan teman sebangkunya.
"Aku Sehun, Oh Sehun. Salam kenal."balas Namja yang duduk di samping Kyungsoo sambil tersenyum hangat.
Saat jam istirahat, Kyungsoo menghabiskan waktu di kantin sekolah bersama Luhan dan Sehun. Kyungsoo terlihat menikmati teh hangatnya sambil sesekali ikut berbicara. Mereka sedang membahas Dongguk Forest, sebuah hutan misterius yang berada di utara Desa Dongguk. Kyungsoo sangat penasaran dengan hutan bernama Dongguk Forest. Ia ingin sesekali mendatangi tempat tersebut.
"Konon, ada seorang pemuda yang dikutuk oleh penyihir karena memasukki hutan tersebut. Sampai saat ini Dongguk Forest tidak pernah didatangi penduduk Desa Dongguk. Mereka semua percaya kalau cerita tersebut benar-benar nyata setelah menemukan sebuah boneka yang mereka yakini sebagai pemuda yang dikutuk jadi boneka."terang Sehun penjang lebar. Luhan ber-oh ria setelah menyeruput Bubble Tea-nya.
"Kau tau dari mana, Sehun?"tanya Kyungsoo.
"Penduduk di sini. Aku kan orang asli Dongguk."jawab Sehun.
"Boleh aku ke sana?"tiba-tiba Luhan menyeletuk. Sehun menggeleng mantap.
"Tidak. Itu terlalu berbahaya, Luhan."
"Jadi, kau percaya ucapan penduduk desa sini?"
"Iya! Sudahlah, jangan ke sana kalau kau masih ingin hidup."
Sebenarnya Kyungsoo tak terlalu percaya soal pemuda yang dikutuk penyihir di Dongguk Forest. Ia bahkan tidak yakin kalau ucapan Sehun soal Dongguk Forest adalah 100% asli. Kyungsoo berencana akan ke hutan itu sepulang sekolah nanti bersama Luhan—jika Luhan mau. Kalau mengajak Sehun, sudah pasti Kyungsoo akan diseret pergi dari hutan yang terletak di utara Desa Dongguk itu.
"Kyungsoo, jangan sampai kau berpikir untuk pergi ke hutan itu."ucap Sehun seolah mengetahui pemikiran Kyungsoo.
"Tidak kok."Kyungsoo berbohong.
"Sehun, bukankah tadi kau dipanggil Park Seonsaengnim untuk latihan menari?"Sehun menepuk keningnya usai mendengar ucapan Luhan.
"Iya! Aku lupa. Aku pergi dulu ya! Bye!"setelah pamit, Sehun berlari meninggalkan kantin.
Kini, tinggal Kyungsoo dan Luhan. Kyungsoo melirik Namja di depannya yang tengah asyik memakan makan siangnya. Dalam hati, Kyungsoo ingin mengajak Luhan untuk menemaninya ke Dongguk Forest. Namun Ia masih sangat ragu untuk melakukannya.
"Kyungsoo, apa kau percaya ucapan Sehun soal Dongguk Forest?"
Namja berambut hitam yang daritadi meminum teh hangatnya tersentak kaget begitu mendengar pertanyaan Luhan.
"Kyungsoo?"
"Umm… sebenarnya sih, tidak terlalu."jawab Kyungsoo. Luhan menatapnya dalam.
"Bagaimana kalau kau menemaniku ke Dongguk Forest?"
Dua orang Namja berlari kecil menyusuri jalan yang cukup sepi. Kyungsoo yang sudah tak sabaran mempercepat langkahnya sambil menarik tangan Luhan. Akhirnya mereka tiba di depan sebuah pintu gerbang yang terbuat dari besi berkarat. Di baliknya ada pohon-pohon lebat tumbuh, dan juga ada sebuah papan bertuliskan 'Jangan masuk!' yang tertempel di gerbang. Kyungsoo dan Luhan tak mempedulikan tulisan tersebut dan berjalan masuk ke dalam Dongguk Forest.
Saat di dalam hutan, pohon-pohon tinggi menyambut kedatangan mereka. Suasana cukup gelap karena sinar matahari tak bisa menerobos masuk ke dalam hutan. Kyungsoo sangat takjub dengan Dongguk Forest. Menurutnya, hutan ini sangat besar dan indah. Dongguk Forest terlihat belum pernah tersentuh oleh manusia.
"Lihat? Hutan ini tak ada apa-apa. Sehun cuma bergurau."ujar Luhan sambil menatap ke sekitarnya.
"Iya! Sehun bohong."Kyungsoo mengiyakan.
Tiba-tiba, kedua mata besar milik Kyungsoo menangkap sebuah benda yang tergeletak di atas tanah. Kyungsoo menaikkan sebelah alisnya sebelum melangkahkan kedua kakinya mendekati benda tersebut. Kyungsoo berjongkok dan mengamati benda itu—boneka. Tangannya terarah untuk menyentuh boneka berbentuk Namja berambut brunette itu.
"Siapa yang membuang boneka sebagus ini di Dongguk Forest?"gumam Kyungsoo pelan sambil memungut boneka tersebut.
"Kyungsoo, ada apa?"Luhan menghampiri Kyungsoo dengan bingung. Kyungsoo bangun berdiri dan menunjukan boneka yang ia pungut ke Luhan.
"Aku menemukan boneka ini. Masih bagus."
"Jadi, kau ingin mengambilnya gitu?"tebak Namja berambut blonde keturunan China itu. Kyungsoo tersenyum tipis sebelum menjawab.
"Ya. Kan, sayang kalau ditaruh di sini."ujarnya sambil memasukkan boneka di tangannya ke dalam tas.
"Haha… masa kau main boneka sih?"Luhan malah tertawa.
"Ini untuk adikku saja. Besok dia ulang tahun."
"Oh begitu."
'Ring! Ring! Ring!'
Ponsel Kyungsoo berdering. Ia merogoh saku jaketnya dan mengangkat panggilan masuk dari nomor yang tak ia kenal.
"Yeoboseyo? Ini siapa?"tanya Kyungsoo pada si penelepon.
"Sehun?! Kau tau nomorku dari mana?"Kyungsoo kembali berucap.
"Tidak kok. Aku tidak di Dongguk Forest."
Sementara Kyungsoo berbicara dengan orang di telepon—Sehun—Luhan menatap ke sekelilingnya. Hingga ia menemukan seorang Yeoja cantik dengan rambut hitamnya. Ia berdiri di belakang semak belukar sambil memegang tongkat. Kedua matanya menyorotkan rasa marah pada Kyungsoo dan Luhan. Entah kenapa muncul rasa tak enak di dalam hati Luhan.
"Bye!"
Pik!
Kyungsoo memutus sambungan telepon dan menaruh ponselnya ke saku jaketnya. Ia sedikit heran melihat Luhan yang tengah menatap ke arah semak-semak.
"Kenapa, Han?"tanya Kyungsoo, penasaran. Luhan menoleh ke arahnya. Wajahnya terlihat agak pucat.
"Aku lapar. Pulang yuk!"ajaknya sambil memaksakan diri untuk tersenyum.
"Umm… Oke."Kyungsoo mengangguk ragu. Luhan menarik pergelangan tangan Kyungsoo pergi meninggalkan Dongguk Forest.
Sementara itu, seorang Yeoja yang daritadi memperhatikan mereka berdua menyeringai. Ia membalikkan tubuhnya ke belakang dan berjalan menjauh. Perlahan, tubuhnya hilang entah kemana.
TBC
Author's note: Aku author baru di FFn. Aku tahu masih banyak kekurangan di FF-ku. Jadi, mohon kritik dan sarannya! Review please!
