ONE SOLID BEAUTY DREAM

Malam yang sempurna untuk menemani kesendiriannya dengan segelas cokelat panas yang ada di depannnya. Laki-laki kecil itu menatap kosong tumpukan kertas yang ada di hadapannya. Dia ingin menghilang dari takdir yang membuatnya harus hidup dengan pekerjaan terhormatnya tersebut. Sekejap dia melihat kalimat terakhir yang ada di halaman kertas di ujung kanan meja penuhnya. Ditulis oleh Taeyong Lee. Dia kembali meneguk cokelat panasnya seraya mendesah pelan saat memikirkan bagaimana orang-orang di percetakan melihatnya dengan kekaguman. Penulis Lee yang pandai, penulis Lee yang sempurna. Sangat menyenangkan pasti menjadi salah satu di antara orang-orang itu, mengagumi dan mengagumi. Jika saja mereka mengerti bagaimana rasanya menjadi seorang pencipta. Kau setidaknya harus mengorbankan salah satu hal solid dalam kehidupanmu.

Sebagai seorang penulis yang ingin karyanya mewakili perasaan murninya, tentu saja hal itu akan lebih mudah jika dia mengambil jalan pintas seperti melukis dengan jemari berbakatnya. Tapi dia menemukan keindahan tersendiri saat dia melukiskan kata-kata itu di atas kertas. Walaupun tidak dengan harga yang rendah, laki-laki mungil itu mengorbankan kebahagiaan dalam hidupnya. Karena hanya dengan kesedihan kau bisa menulis sebuah karya yang bisa membuat maskara tiap wanita luntur karena tintanya. Tapi penulis Lee tidak ingin menyentuh penanya malam ini. Dia hanya menginginkan ketenangan. Dia bahkan sengaja melupakan deadline yang diberikan oleh editor minggu ini.

Jemari kurus itu meraih cangkir yang baru saja ia letakkan di tempat kosong kecil yang tersisa di mejanya. Satu tegukan cokelat panas lolos di tenggorokannya dan saat ia membuka matanya, pintu masuknya terbuka dan si laki-laki beruang datang dengan bajunya yang basah kuyup. Si penulis kecil tentu hanya bisa tersenyum sambil merapatkan balutan selimut bohemiannya di tubuhnya. Laki-laki beruang beranjak ke kamar mandi dan beberapa detik kemudian terdengar gemericik air yang menyenangkan di telinga penulis Lee.

Saat laki-laki beruang keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk di pinggangnya, Taeyong mengerti apa yang diinginkannya. Dia tidak beranjak saat si beruang mendekap tubuh kecilnya dan menghirup aroma tengkuknya dalam-dalam membuat si penulis menjatuhkan selimutnya ke bawah dan menyerahkan tubuhnya seutuhnya pada beruangnya.

Penulis mungil itu menduduki meja kesukaannya dalam café itu. Sambil mengeluarkan secarik kertas dan pensil menggambarnya, dia mulai menyelesaikan goresan-goresan yang semalam ia buat. Dia tersenyum sembari menggoreskan lebih dalam pensilnya, satu-satunya kebahagiaan yang tidak dapat ia korbankan untuk karir serta nafsu menulisnya. Wajah yang sempurna itu masih tergambar jelas di kepalanya.

Seorang bartender yang mengenal pelanggan setianya itu menghampirinya. Memberikan beberapa biscuit dan cake yang biasa dipesan oleh penulis mungil.

"tenggelam dalam pesonanya lagi?" tanya bartender itu. Taeyong mengambil sebuah biskuit dan mengunyahnya perlahan sambil menatap sejenak bartender itu dengan cengirannya yang tidak ia perlihatkan pada siapapun kecuali bartender yang juga teman kecilnya itu.

"tidak sedalam biasanya, maaf Sehun, kau pasti memanggilku beberapa kali tadi" ucapnya.

Barista jangkung itu duduk di depannya sambil menatap lukisan itu dari arah berlawanan, "tampan" ucapnya.

Penulis kecil menarik ujung bibirnya sebelum menggigit biskuitnya kembali. Sayang, remah-remahnya jatuh mengotori wajah tampan buatannya.

"apa kakak beruang datang hari ini?" tanya Taeyong.

"mungkin, tunggu saja. Kau beruntung jika dia tidak bersama kekasihnya" ucap Sehun sambil mengusap pelan rambut temannya itu.

Penulis mungil itu lalu melanjutkan gambarannya. Makhluk kecil di jepitan pahanya mulai mengeras saat ia mengarsir lukisannya, dia mengutuk kebodohannya untuk datang ke café ini di pagi hari daripada tetap berada di rumahnya. Jika saja ini kamarnya, ia akan dengan mudah melepas celananya dan mulai membelai sosis kecilnya.

Tidak tahan dengan keadaannya, si penulis mungil pergi ke kamar mandi dan menyelesaikan urusannya. Selang tiga puluh menit, dia kembali dengan wajah kosong dan duduk kembali di mejanya sambil menunggu si laki-laki beruang datang, sendirian, semoga saja. Tanpa kekasih cantiknya.

Bartender Oh di saat yang sama mengantarkan kopi kesukaannya ke mejanya. Saat itu juga lelaki mungil terus berkutat menyempurnakan lukisannya. Dia melihat lengan sweater kanan Taeyong yang sedikit basah.

"bersenang-senang dengan kakak beruang?"

"mm-hmm" jawab Taeyong malas sambil tetap melukis lelaki impiannya.

"dia sudah datang, baru saja memesan minuman. Lu sedang membuatkan kopinya, dia sendirian" ucap Sehun sambil menepuk pundak Taeyong. Bartender jangkung itu berjalan kembali ke tempat kerjanya meninggalkan lelaki mungil yang masih diam dengan wajah memerah di mejanya.

"Yunho-ssi" penulis mungil itu mendengar suara Sehun saat memanggil kakak beruangnya. Sontak ia menatap ke arah kasir di mana kakak beruangnya berdiri dengan tubuh besarnya seperti yang selalu ada di mimpinya.

THE END

WARMING UP!

Setelah sekian lama nggak nulis fanfiction, akhirnya balik lagi si. Mohon maaf ya karena tidak bisa menyelesaikan beberapa fanfiction yang udah dipost di akun ini. Entah apa masih ada yang baca fanfiction buatanku karena lamanya aku hiatus. Tapi semoga kalian terhibur dengan cerita ini soalnya aku ngga yakin juga soalnya ini couple hampir kayak pedo gitu. Maaf ya hehe. Maaf juga tulisannya masih belum rapi, padahal udah nulis berapa lama tapi tetep gini-gini aja. Semoga suka. Kamsahamnida sebelumnya (review si kalo bisa wkwk)