Chapter 1:
Yang bisa Sungmin lakukan malam ini adalah meringkuk rapuh di sofa ruang tengah apartemennya yang berwarna merah kontras dengan warna-warna perabotan dan dinding ruangan itu yang bertemakan kayu. Dia bahkan masih menggunakan parkanya yang berwarna putih. Tas selempang kecil dari kulit kerbau yang diberikan temannya saat dia menyelesaikan program masternya di KAIST juga belum ia pisahkan dari tubuhnya. Sungmin hanya merasa badannya terlalu lelah, terasa tidak ada energi sama sekali.
Malam ini adalah malam keduabelas di bulan Desember. Saljupun belum turun, yang ada hanya hujan yang terus turun tanpa henti dengan angin yang begitu kencang. Namun malam ini khususnya terasa begitu dingin bagi Sungmin.
Sungmin diam-diam berharap bahwa malam ini lebih mempunyai durasi lebih lama dari malam-malam biasanya. Dia tidak menginginkan malam ini berakhir dan berganti hari. Sungmin berkali-kali menggumamkan kata "Waktu, kumohon berjalanlah pelan-pelan. Kamu terlalu cepat berjalan. Pelan-pelan saja." Sungmin masih membutuhkan waktu. Malam ini saja tidak akan cukup. Malam berikutnya juga tidak cukup. Tidak akan pernah cukup. Sungmin masih belum bisa merelakannya. Dalam beberapa jam lagi, Sungmin sudah harus menjadi seseorang yang baru. Tapi sekali lagi Sungmin tidak siap.
Sungmin menyeka pipinya yang basah kemudian dia bangun dari ringkukannya di sofa. Dengan langkah terseok-seok dia mengambil sebuah botol di laci dapurnya. Dengan putus asa, dia mengambil beberapa butir obat tidur kemudian menelannya begitu saja. Sungmin mengembalikan lagi botol itu di dalam laci lalu ia mencuci mukanya dengan air dingin dari wastafel dapurnya. Setidaknya ia ingin sesuatu yang dingin membuat air matanya bisa membeku agar tidak turun lagi ke pipinya.
Tiba-tiba dengan gerakan cepat, Sungmin mengambil kembali sarung tangannya kemudian berjalan keluar apartemennya. Dia sadar dia tidak bisa berlama-lama di dalam apartemennya sendirian. Dia masih waras, dia tidak ingin membunuh dirinya sendiri lagi. Dia harus keluar, bagaimanapun juga. Di tempat banyak orang yang bisa mengurungkan niatnya untuk mengakhiri hidupnya. Dia juga mengabaikan efek obat tidurnya yang mungkin beberapa menit yang akan datang akan mulai mempengaruhinya.
-Time, Go Slowly-
Kyuhyun mendesah keras saat ia kembali harus mendengar suara orang lain yang mengatakan bahwa nomor yang dihubunginya sedang tidak dapat dia hubungi. Dengan sebal dia kembali mencoba mengubungi nomor tersebut, namun hasilnya sama. Nomor yang sedang dia hubungi sejak semalam tidak aktif.
Dengan gelisah sambil menggigiti ujung ibu jarinya, Kyuhyun mencoba mengubungi salah satu teman terdekat Sungmin, Choi Siwon. Kyuhyun sebenarnya juga tidak yakin jika Siwon bisa mengangkat telponnya karena dia tau bahwa Siwon adalah orang sibuk. Kalaupun telponnya diangkat, Kyuhyun tidak yakin Siwon tahu di mana keberadaan Sungmin.
"Ne, Kyuhyun hyung." Kyuhyun seketika berhenti berjalan mondar-mandir di depan gedung pernikahan itu dan berhenti mengigiti ujung ibu jarinya.
"Oh, Siwon-ah. Apa kau sibuk?" tanya Kyuhyun.
"Tidak, hyung. Hari ini aku tidak sibuk. Ada apa menelpon?" jawab Siwon dengan nada terkejut.
"Begini, aku tidak bisa menghubungi Sungmin sejak semalam. Apa kau tau kenapa? Apa kau bisa mengubunginya?" tanya Kyuhyun lagi berharap bahwa Siwon bisa memberinya sebuah jawaban.
"Sungmin? Kemarin sore aku menghubunginya untuk memastikan keadaannya. Dia kedengarannya biasa saja. Kau tahu kan hyung hari ini—Oh Shit. Aku baru ingat." Terdengar bahwa Siwon sedang bersumpah serapah dan menggeram frustrasi.
Kyuhyun memijat pelipisnya. Jawaban Siwon bukannya membuatnya tenang tapi justru membuatnya semakin panik. "Kau tahu dia di mana kira-kira? Aku khawatir terjadi sesuatu padanya."
"Selama yang aku tahu, tempat yang sering dia kunjungi hanya taman di depan gedung kuliahnya di Daejeon. Sungmin juga tidak tahu banyak tempat di Seoul. Mungkin dia ada di sekitaran Sungai Han atau Namsan. Mungkin dia ada di sekitar sana."
Kyuhyun mengangguk dengan segera dan mengambil kunci mobilnya buru-buru. "Aku mengerti. Terima kasih, Siwon-ah. Aku akan menghubungimu kembali." Dia kembali masuk ke gedung pernikahan itu dan mendatangi temannya, Lee Donghae. Kyuhyun kemudian mengambil sesuatu dari saku dalam jasnya dan memberikan kotak beludru itu ke tangan Donghae.
"Maafkan aku, sobat. Aku harus pergi." Dengan sebuah tepukan di pundak Donghae, Kyuhyun berlalu begitu saja. Meninggalkan wajah terbengong-bengong dari orang-orang yang akan menyaksikan dua orang yang akan diikat dalam tali pernikahan.
-Time, Go Slowly-
Siwon yang pagi-pagi sekali mendapatkan telpon dari Kyuhyun sedang melengos di atas kasurnya dan merutuki dirinya sendiri. Seharusnya kemarin dia tidak percaya begitu saja bahwa sahabatnya itu sedang baik-baik saja saat dia menelponnya. Dia menelpon Sungmin untuk memastikan bahwa dia baik-baik saja, tapi dia lupa bahwa Sungmin adalah orang yang tidak bisa ditebak. Bisa jadi sore itu Sungmin baik-baik saja karena saat itu Sungmin masih berada di kantor—di tempat umum—sehingga Sungmin tidak akan mempunyai pikiran yang tidak waras. Namun setelah pulang, siapa yang tau.
Setelah dua tahun berteman baik dengan Sungmin, Siwon tidak pernah sekalipun bisa menebak jalan pikirannya. Dia dan satu orang lainnya—Kwon Boa—adalah teman baik Sungmin. Sampai sebulan yang lalu mereka sama sekali menganggap Sungmin begitu misterius. Menganggap Sungmin sebagai pribadi yang periang dan tidak pernah sedih. Orang yang selalu mengerjakan semuanya dengan sempurna dan mempunyai kepribadian yang sopan dan sangat rendah hati.
Mereka memang menyadari keanehan Sungmin yang sangat menyukai musik namun tidak suka dengan musikal. Sungmin yang menyimpan banyak lagu milik Sung Sikyung namun tidak suka mendengarkannya. Sungmin yang suka masakan Meksiko namun tidak menyukai Taco. Siwon dan Boa pernah bertanya mengapa namun Sungmin selalu menjawab dengan senyumnya, "Menyukai sesuatu tidak harus selalu menyukai segalanya dari sesuatu itu."
Baru bulan lalu Siwon dan Boa tahu mengapa Sungmin begitu berbeda. Mereka berdua mendapati Sungmin hampir saja meninggal jika mereka tidak segera ke sana. Sungmin hampir saja mati kedinginan karena duduk seharian di bawah shower. Tangannya keriput dan badannya menggigil. Sungmin mengalami hipotermia dan harus dilarikan ke ruang gawat darurat.
Boa yang mempunyai mata jeli sempat melihat komputer personal milik Sungmin. Boa berasumsi bahwa Sungmin membuka komputernya dahulu sebelum berkelakuan bodoh untuk duduk di bawah shower selama seharian. Di layar komputer itu Boa membaca judulnya. Dan kemudian Boa tahu alasannya. Alasan yang selama ini ia cari bersama Siwon tentang kemisteriusan Sungmin.
Dan semenjak itu juga mereka berdua selalu menjaga Sungmin selama 24 jam seminggu. Mereka akan selalu bersama Sungmin. Atau setidaknya mereka selalu memastikan Sungmin tidak sendirian. Mereka akan sangat berhati-hati memilih topik pembicaraan dan mereka akan segera menjauh dari hal-hal yang membuat Sungmin tidak nyaman. Mereka tidak menginginkan sahabat terbaik mereka yang sudah mereka anggap seperti saudara kembar mereka sendiri kembali mengalami kejadian yang hampir membuatnya kehilangan nyawa.
-Time, Go Slowly-
...to be continued.
