Naruto : Kishimoto Masashi

Genre : Romance, Hurt/Comfort

Rate : T semi M

With love pair ShikaTema

Dua Hati by Yoe-chan

_Happy Reading_

.
Pagi ini langit di Kota Konoha sangat cerah. Menjadikan orang-orang dibawahnya senang melihatnya. Karena akhir-akhir ini langit di Kota Konoha sangat muram karena terus-terusan diguyur hujan.

Begitupun dengan sebuah keluarga yang bisa dibilang keluarga baru ini. Karena baru lima bulan menikah. Sepertinya keluarga ini juga sedang bahagia, kelihatannya.

Di ruang makan...

"Shika, apa kau hari ini akan pulang cepat?" tanya sang istri yang tak lain dan tak bukan adalah Nara Temari.

"Gomen, sepertinya aku tidak bisa pulang cepat. Karena ada pekerjaan yang harus aku selesaikan malam ini." jawab sang suami yang tak lain adalah Nara Shikamaru. Shikamaru memang hampir tak pernah pulang cepat setelah mereka menikah. Pulang cepat? Mana mungkin. Pulang tepat waktu saja bisa dihitung berapa kali selama mereka berumah tangga. Memang setelah menikah keduanya memilih untuk membeli rumah sendiri dan hidup berdua saja.

"Baiklah, tidak apa-apa. Tapi, jagalah kesehatanmu. Jangan sampai hanya gara-gara pekerjaan, kau lupa untuk menjaga kesehatanmu. Makanlah tepat waktu." nasihat Temari dengan melempar senyumnya yang menawan. Dan sangat dipaksakan. Dia tahu Suami yang ada dihadapannya sekarang tak pernah menganggapnya ada. Setiap malam menunggu orang yang dicintainya didepan rumah. Bersiap membawakan tas dan jas suaminya ketika suaminya baru pulang kerja. Dan itu semua hanya angan yang tak pernah ia rasakan selama menjalani pernikahan ini.

"Aku akan mengusahakannya, lain kali." dengan senyumnya yang tipis Shikamaru mencoba untuk tidak membuat Temari kecewa. Dan jawaban itu pun cukup untuk membuat Temari menangis dalam hati.

'Lain kali lagi? Tch. Sudah berapa ratus kali kau mengatakan itu padaku, Shikamaru? Tak pernah ada lain kali, tak pernah ada! Kau tak pernah mengusahakannya, Shikamaru!' teriaknya dalam hati. Sepertinya Temari sudah cukup kuat untuk menerima tiap ucapan dusta dari Shikamaru. Ia sudah kebal. Tapi, apa iya?

Temari tetap memberikan senyumnya yang manis pada sang suami.

"Ya, aku sudah mengerti hal itu. Wah, sepertinya kau harus segera berangkat. Hampir telat, loh." Temari memberikan tas kerja pada suaminya. Dikecupnya kening Temari oleh Shikamaru.

"Aku berangkat." pamit Shikamaru.

"Hati-hati Shikamaru." kata Temari melambaikan tangannya. Mobil Shikamaru pun akhirnya melesat jauh meninggalkan kediamannya.

"Tch. Hanya kecupan ini yang bisa kau berikan padaku selama ini, Shikamaru. Kau-" kalimat Temari terpotong. Ia menangis sejadi-jadinya. Ia terduduk lemas di depan rumahnya. Ia tak habis fikir suaminya tak pernah bisa memahaminya. Sakit. Ya, hanya kata itu yang tepat untuk Temari selama ini. Ia tak henti-hentinya menangis. Tiada hari tanpa air mata. Itulah yang lima bulan ini ia lakukan.

"Apa kesalahanku, Shikamaru? Apa salahku sampai kau tak pernah mau menyentuhku." Temari terisak, dia memukuli dadanya. Serasa sesak sekali dadanya hingga ia tak henti-hentinya untuk memukulinya.

O.o.o.o.O.o.o.o.O

"Oe, Gaara, kudengar Hinata sedang mengandung ya? Wah, cepat sekali? Padahal baru dua bulan menikah, jangan-jangan kalian 'melakukannya' sebelum menikah? Hahaha." kata si blonde, yang tak lain adalah Naruto Uzumaki. Padahal hanya dia yang belum menikah saat ini, bisa-bisanya dia seceria ini.

"Diam kau! Kami tak akan melakukan hal seperti itu. Usia kandungan Hinata kan sebulan. Jadi wajar kan? Kami menikah dua bulan lalu. Dasar jejaka tua kau itu Naruto." balas Gaara.

"HUAPPAA? Sialan kau, Gaara" marah Naruto.

"Sudah ah, aku pulang duluan, teman-teman. Istriku pasti sudah menungguku dirumah." pamit Gaara dengan nada mengejek Naruto.

"Tch. Pulang sana." kesal Naruto.

"Hei Sasuke, Shikamaru, kalian tidak pulang? Istri kalian pasti sedang menunggu. Kalau kau Naruto, carilah pacar sebelum pulang. Siapa tahu kau dapat tante-tante yang lagi kesepian. Hahaha." kata Gaara mengejek.

"Diam kau, stoic!" kesal Naruto - lagi. Rambut blondenya serasa terbakar, sepertinya.

"Ya, sebentar lagi juga pulang. Sakura juga sudah mengirimiku banyak sms." jawab Sasuke sambil menghela nafas panjang.

"Kalau kau, Shikamaru? Kakakku pasti sudah menunggumu." tanya Gaara.

"Ya, aku tahu." hanya itu jawaban Shikamaru.

Gaara akhirnya pulang duluan. Meninggalkan ketiga pria tampan itu di kafe langganan mereka.

"Kau kenapa, Shikamaru? Apa kau pulang telat lagi kali ini?" tanya Sasuke.

"Ya, aku tidak tahan jika melihat wajahnya terlalu lama. Aku terlalu berdosa untuk melakukan hal itu." jawab Shikamaru.

"Hei, pikirkan juga perasaan Temari. Kenapa kau menikahinya, jika kau masih menyimpan cinta pada Ino? Kau tak kasihan, ha?" tanya Naruto kesal melihat sikap Shikamaru.

"Kau tidak akan pernah tahu rasanya, Naruto. Apa kau tahu, aku sakit! Aku tersiksa, perasaan ini sungguh merepotkan." jawab Shikamaru.

"Ino sudah tiada, seharusnya kau itu sudah melupakannya. Kau sudah mempunyai istri, apa kau tahu dia menderita atau tidak akan sikapmu ini?" ujar Sasuke.

"Jadi, sekalipun, kau tak pernah menyentuhnya selama kalian menikah?" tanya Naruto. Shikamaru hanya menggeleng dan menunduk.

"Kau gila. Benar-benar gila. Temari kuat juga menghadapi suami sepertimu, Shikamaru." kata Naruto semakin kasar.

"Iya, aku memang gila. Setiap kali aku ingin menyentuhnya, wajah Ino selalu muncul. Rasa bersalahku kembali muncul. Ino, karena aku ia mati. Karena kecerobohanku ia mati. Kalau saja waktu itu aku tidak mabuk. Kalau saja-" kata Shikamaru terpotong karena tangan Sasuke menepuk bahunya.

"Itu bukan salahmu. Itu sudah takdir. Pandanglah kedepan! Kau mempunyai istri yang seharusnya sudah jadi tanggung jawabmu. Kau tahu, seorang istri akan melakukan apa pun yang diperintahkan oleh suaminya. Termasuk jika kau menyuruhnya untuk mati dihadapanmu." kata Sasuke yang mencoba memberikan nasihat pada Shikamaru. Shikamaru memandang Sasuke tak percaya. Air mata mulai membasahi pelupuk matanya.

"Dan mungkin, sikapmu ini lama-lama akan membunuhnya secara perlahan." tambah Sasuke.

"Apa maksudmu, Sasuke?" tanya Shikamaru bingung.

"Apa Temari pernah mengeluh padamu tentang sikapmu selama ini?" tanya Sasuke balik.

"Tidak. Bahkan ia selalu memberikan senyumnya meskipun saat itu aku tidak bisa memenuhi keinginannya." jawab Shikamaru.

"Kau, benar-benar telah menyakitinya, Shikamaru. Perlahan-lahan ia bisa mati karenamu. Hah, kau itu, berilah dia sedikit harapan. Ia pasti sedang menangis saat ini. Dia begitu mencintaimu. Kau merasakannya kan?" ujar Sasuke yang merasa kasihan pada istri temannya itu.

"Kau itu, kejam, Shikamaru." ujar Naruto. Shikamaru semakin bingung. Dia merasa bersalah pada kedua wanita yang ia cintai, Temari dan Ino. Ia merasa bersalah pada Ino karena ia merasa telah membunuh tunangannya itu karena kecerobohannya ketika mengendarai mobil saat mabuk. Disatu sisi, ia merasa bersalah pada Temari, orang yang membuatnya tenang dan tentram saat disampingnya. Hingga tumbuh cinta lain selain Ino. Setiap kali ia melihat Temari, wajah Ino seperti menghantuinya. Ia belum bisa melupakan sepenuhnya rasa bersalah atas kematian tunangannya setahun lalu itu.

O.o.o.o.O.o.o.o.O

Shikamaru memutuskan untuk pulang setelah kedua temannya itu memberikan nasihat padanya. Tapi ia takut untuk melihat istrinya, ia takut akan semakin berdosa.

'Sudah jam dua belas malam, ya? Sepertinya ini waktu pulangku paling awal. Apa dia sudah tidur?' ujarnya dalam hati. Tiap hari ia pulang pagi. Jam empat sampai rumah dan langsung tidur untuk istirahat, jam delapan pagi berangkat ke kantor. Seperti itulah kegiatan Shikamaru.

O.o.o.o.O.o.o.o.O

Shikamaru dan Temari menuju kamar mereka. Bersiap untuk tidur.

"Aku berganti pakaian dulu. Tidurlah lebih dulu." kata Shikamaru.

"Iya." jawab singkat Temari. Akhirnya Temari tidur duluan. Membaringkan tubuhnya di pinggiran kasur. Seperti hari-hari yang sudah.

Shikamaru selesai berganti pakaian. Dia keluar dari kamar mandi. Dia melihat Temari yang sedang tidur dipinggiran kasur dan menghadap kearah luar. Shikamaru menunduk. Ia berjalan menuju tempat tidur mereka. Dan mulai membaringkan tubuhnya. Dia memandang punggung Temari dengan perasaan miris.

"Temari, apa kau sudah tidur?" tanyanya pada Temari. Memastikan bahwa orang yang dipanggil belum tidur.

Temari yang mendengar langsung menolehkan kepalanya kearah Shikamaru.

"Belum. Apa kau membutuhkan sesuatu, Shikamaru?" tanya Temari balik pada Shikamaru.

"Tidak. Kemarilah. Mendekatlah padaku." ujar Shikamaru meminta Temari untuk mendekat. Temari seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Shika?" panggilnya lirih.

"Kemarilah." pinta Shikamaru - lagi.

Temari pun mendekat pada Shikamaru hingga jaraknya tinggal 30 cm. Temari merasa canggung dengan keadaan ini. Hingga Shikamaru yang menyadari kecanggungan Temari mulai mendekat kearah Temari. Memeluk wanita itu. Dan mengecup pelan keningnya.

"Apa kau merasa canggung, Temari?

DEG

"Ti-, iya. Ini pertama kalinya kita tidur bersama sedekat ini. Maaf, jika mem-" belum selesai Temari bicara, Shikamaru mencium bibir Temari. Temari yang menyadarinya pun diam saja. Ini adalah ciuman bibir kedua mereka setelah hari pernikahan mereka lima bulan lalu.

Ciuman yang lama. Shikamaru hanya bisa menutup matanya. Ia takut jika ia membuka matanya, ia akan melihat wajah wanita yang untuk saat ini ingin ia lupakan.

"Shi-, ngh-, ka-?" panggil Temari terpotong-potong disela ciuman mereka. Ia mencengkeram dada Shikamaru. Ia takut suaminya itu lepas kendali.

Mendengar Temari, tak lama kemudian Shikamaru melepaskan ciuman mereka yang penuh nafsu itu.

"Go-gomen, Temari. Kau tidak apa-apa kan? Hah" kini kedua orang itu seperti orang yang hampir kehabisan oksigen.

"Hah," Temari hanya menjawab pertanyaan Shikamaru dengan sebuah gelengan kepala. Lalu ia membenamkan kepalanya kedada bidang sang suami. Shikamaru memeluknya makin erat. Dan akhirnya terlelap.

Untuk pertama kalinya juga kedua pasangan ini tidur dalam keadaan berpelukan.

O.o.o.o.O.o.o.o.O

Temari sibuk menyiapkan sarapan di dapur. Pagi ini ia terlihat lebih ceria. Wajahnya pun berseri-seri. Ia juga sedikit mendandani wajahnya. Cantik. Meski hanya ber-make up tipis.

Terdengar derap langkah kaki pelan. Temari menoleh. Dan didapatinya Shikamaru yang baru bangun tidur.

"Ohayou, Shika" sapa Temari lembut.

"Ohayou" jawab Shikamaru.

"Tumben belum siap-siap? Hampir jam delapan, loh?" kata Temari mengingatkan.

"Ya, aku tahu. Aku mandi dulu ya." pamit Shikamaru. Dan dijawab senyuman oleh Temari.

'Semoga kau tak melupakan kejadian semalam, Shikamaru. Aku ingin kau selalu bersikap seperti itu padaku." ucap Temari dalam hati. Ia berharap suaminya tak kan lagi mengacuhkan dirinya seperti yang lalu.

O.o.o.o.O.o.o.o.O

Hari ini Temari mencoba mencari udara segar. Ia berjalan-jalan keluar rumah. Dia pergi ke taman. Disana dia melihat banyak sekali anak-anak.

"Huft, kapan aku bisa punya anak ya? Apa masih lama, Tuhan?" ucapnya lirih. Ia menyentuh perutnya yang tipis itu.

"Ah, bibi cantik sekali." kata seorang anak laki-laki yang mungkin berumur 4 sampai 5 tahunan. Dia mendekati Temari.

"Ah, bibi, kuncirnya juga banyak." kata anak itu pada Temari. Temari tersenyum melihat anak itu.

"Kau pintar sekali. Siapa namamu?" tanya Temari yang duduk berjongkok didepan anak itu.

"Kai. Nama bibi siapa?" tanya balik anak itu.

"Nama bibi, Temari, Kai manis sekali." Temari mencubit kecil pipi anak itu karena gemas.

"Kai, ayo kita pulang." teriak seorang ibu-ibu setengah baya dari kejauhan.

"Ah, sayang sekali Kai harus pulang. Huft. Bibi Temari, lain kali perkenalkan Kai dengan anak bibi, ya? Daah bibi. Sampai jumpa" Belum sempat Temari menjawab, anak itu sudah berlari kearah ibunya.

"Anakku?" Temari tersenyum kecut.

"Temari? Apakah itu kau?" panggil seseorang dari belakang. Temari menoleh. Dan dia cukup terkejut melihat siapa orang yang memanggilnya.

"I-,Itachi?" Temari terlihat benar-benar terkejut mendapati orang yang ia panggil Itachi itu. Siapa dia?

T.B.C

Nyoba bikin yang bahasanmya agak serius .

Minta review sebelum hiatus makasih…