Fic pertama saya udah gitu pairingnya ShikaIno, jadi kalo OOC (terutama Shikamaru) mohon maklumi. oehehehe
Suka aja pairing ini, aku juga tetep suka sama ShikaTema kok, tapi eh tapi sayangnya Temari kan lebih tua dari 'Rusa Bulat' #DiKipasTemari
Yah kalo dalam dunia Naruto jodoh mah ada di tangan Pak Masashi #NangisDiPojokan
THE DESTINY
Pairing : Nara Shikamaru x Yamanaka Ino
Warning : OOC, Typo(maybe), dll
Disclaimer : Naruto milik saya? Bukan ! Naruto milik Pak Masashi Kishimoto deng ! Saya cuma pinjem karakter buatannya tanpa izin buat fic ini
"Shikamaru, Chouji, kita di panggil Tsunade-sama di kantornya" teriak Ino kepada dua sahabatnya.
"Baik Ino... Ayo, Shikamaru" balas Chouji sekaligus mengajak si jenius disampingnya dan menghentikan aktivitas makan keripik kentangnya. Sementara pemuda berhairstyle nanas itu masih berdiam diri melihat awan-awan di langit.
"Shikaa~" teriak Ino yang mampu membuat Nara muda ini menoleh ke arahnya.
"Ck, mendokusai" Shikamaru akhirnya bangun dan menyusul dua rekannya yang sudah berjalan duluan.
.
.
.
"Shikamaru, Ino, Chouji. Kalian akan ku beri misi menyerang para missing nin di perbatasan Amegakure dan Otogakure. Saat ini sudah banyak desa yang resah karena para buronan itu. Berhati-hatilah, jangan sampai lengah, aku mengandalkan kalian." terang Tsunade panjang lebar.
"Baik Tsunade-sama" jawab ketiga ninja itu.
"Seperti biasa, kau jadi pemimpin tim misi ini Shikamaru" imbuh wanita paruh baya itu.
"Baik" balas Shikamaru singkat.
"Sekarang istirahatlah, kalian akan berangkat pagi-pagi besok" ucap Tsunade. Mereka bertiga langsung pulang bersama.
"Shikamaru, Ino, kalian pulang dulu ya, aku masih mau beli keripik kentang" kata Chouji sembari kabur ke arah yang berlawanan.
"Iya Chouji" teriak Ino dari kejauhan.
"Mendokusai~" desah Shikamaru
"Ne, Shika, kapan kau akan berhenti mengatakan itu" kata Ino kesal. Sementara yang diajak bicara cuma terus berjalan memandangi langit yang mendung.
"Hujan akan turun" ucap Shikamaru pada akhirnya
"Kenapa benci hujan Shika? Karena tak bisa lihat awan kesayanganmu heh?" tanya Ino nyerocos
"Ck, mendokusai. Hujan itu kenangan pahit, Ino" jawab Shikamaru datar. Ino cuma menunduk. Mereka berdua sama-sama mengingat bagaimana guru mereka-Asuma meninggal pada saat hujan, langit pun seakan tahu mereka sedang berduka.
"Kau tau Shika? Hujan tak selamanya bawa kenangan buruk, Kami-sama menurunkan hujan karena ada berkah dibalik hujan" kata Ino masih menunduk.
"Entahlah Ino, terlalu merepotkan" balas Shikamaru menoleh ke Ino.
"Ayo, aku antar kau pulang" sambung Shikamaru. Ino menoleh ke Shikamaru tersenyum, Shikamaru pun tersenyum tipis. Entah kenapa duo sahabat sejak kecil itu merasa wajahnya sedikit hangat di cuaca mendung siang itu. Ino kembali jalan masih dalam keadaan tersenyum, sedangkan Shikamaru hanya mengalihkan pandangannya. Sebenarnya ada rasa melebihi seorang teman baik dari Shikamaru maupun Ino. Namun, mereka menyembunyikan perasaan itu dalam-dalam.
"Terimakasih Shika, sudah sampai. Kau mau ikut mampir, aku masak banyak lo hari ini" kata Ino setelah sampai di depan rumahnya.
"Mendokusai, iya" entah kenapa Shikamaru ikut mampir, padahal sangat jarang sekali dia mau mampir, biasanya Ino lah yang sering ke rumahnya. Ino pun sangat senang Shikamaru mau mampir ke rumahnya, sudah lama sejak Shikamaru sibuk dapat misi ke Suna.
"Tadaima" Ino memasuki rumahnya.
"Okaeri" sahut orang dari dalam. Lalu keluar seorang pria paruh baya.
"Shikamaru" seru lelaki pirang yang tak lain ayah Ino-Inoichi
"Oh, hai paman" jawab Shikamaru sambil membungkuk memberi salam.
"Hei, anak sendiri dilupakan" ujar Ino kesal. Dia tahu ayahnya sudah menganggap Shikamaru sebagai anaknya sendiri, bahkan kadang Ino di cuekin. Inoichi cuma tersenyum.
"Sudah agak lama kau tidak kemari, pasti sibuk misi di Suna ya" ucap Inoichi mengajak Shikamaru duduk.
"Ah, iya paman" sambung Shikamaru tersenyum.
"Touchan, Shika, ayo makan siang bareng" teriak Ino dari ruang makannya.
"Iya Hime" Inoichi melangkah menuju suara Ino diikuti Shikamaru.
.
.
.
Tiga orang tampaknya sudah siap menuju perbatasan Amegakure dan Otogakure. Misi yang diberikan Godaime Hokage kemarin mengumpulkan kembali Tim 10 yang sudah lama tidak menjalankan misi bersama. Mereka sudah berkumpul di gerbang desa dan memulai perjalanan.
"Shika, perasaanku tidak enak mengenai misi kali ini" ucap Ino menatap Shikamaru seraya berloncatan dari pohon ke pohon. Shikamaru masih tetap menatap lurus kedepan.
"Mendokusai, buang perasaanmu saat melaksanakan misi Ino!" nada Shikamaru memerintah, pandangannya menoleh ke Ino.
"Perempuan itu punya firasat yang baik" jawab Ino
"Itulah alasan kenapa wanita itu merepotkan" sambung Shikamaru datar.
"Ibumu juga wanita tuan jenius, jangan menganggap kaum wanita itu merepotkan, dasar !" gerutu Ino. Shikamaru sendiri tidak melanjutkan pembicaraannya, dia tau adu mulut dengan Ino pasti tidak akan menang. Perjalanan misi kali ini membutuhkan waktu hampir tiga hari. Tentunya perjalanan ini cuma ada keheningan karena tidak mau membuang waktu dengan mengobrol.
"Kita istirahat dulu" ajak Shikamaru pada dua rekan mantan timnya.
"Baiklah" sahut Ino dan Chouji bersamaan.
Srekk. . .
Semua menoleh ke arah suara namun tidak ada apa-apa.
"Shika~ apa tadi itu?" bisik Ino ke Shikamaru di dekat telinganya. Kalau situasinya tidak mencekam, bisa di pastikan wajah Shikamaru memerah dengan Ino sedekat itu.
Srekk. . . Suara itu muncul lagi, diikuti gerakan tangan Ino memeluk lengan kiri Shikamaru.
"Kita lanjutkan perjalanan" ucap Shikamaru menyembunyikan rona merah di wajahnya. Dia sendiri lebih memfokuskan untuk membuat strategi cepat setelah sadar ada yang mengikuti mereka.
"Kenapa Shikamaru?" tanya Chouji menghentikan makan cemilannya.
"Sudahlah, kalian duluan, nanti aku menyusul" ucap Shikamaru diikuti anggukan dari Ino dan Chouji.
Tak berapa lama, Shikamaru pun menyusul teman-temannya.
"Ada apa Shi-"
Duarrr. . . Duarr. . .
Belum selesai Ino bertanya sudah terdengar suara ledakan bom kertas.
"Ada yang mengikuti kita, ini sudah malam, bahaya lewat hutan, kita lewat jalan utama" jelas Shikamaru.
Setelah hampir tiga hari, mereka tiba di penginapan. Akhirnya mereka bisa beristirahat setelah perjalanan panjang tersebut.
"Shika, Chouji, aku pilih ranjang yang di atas ya" teriak Ino dari dalam kamar. Yah, penginapan hanya tinggal satu kamar dengan ranjang atas bawah.
"Tsk, Mendokusai" Shikamaru menghela nafas.
"Tak apa Shikamaru, kita bisa tidur bersama" ucap Chouji menepuk bahu Shikamaru.
"He, Chouji, ranjangnya kecil, aku tidur di sofa saja" balas Shikamaru.
"Cepatlah mandi kalian berdua" bentak Ino. Lepas itu Ino tertidur setelah mandi.
Ino terbangun, merasa hawa dingin menyelimuti tubuhnya. Tak sengaja pandangan matanya mengarah ke Shikamaru yang tidur di sofa. Dengan hati-hati Ino turun membawa selimutnya. Dia pun menyelimuti Shikamaru yang tertidur pulas. Wajah Ino memerah memandang wajah Shikamaru.
"Kau pasti kedinginan Shika~" bisik Ino tepat di depan wajah Shikamaru.
"Aku tau ini salah, tapi perasaanku padamu melebihi perasaan sekedar sahabat" secara tak langsung Ino mengungkapkan perasaannya pada Shikamaru. Ino mencium kening Shikamaru. Lalu Ino kembali ke ranjangnya. Tanpa Ino ketahui, Shikamaru tersenyum dengan wajah memerah bak kepiting rebus. Sebenarnya Shikamaru sudah terbangun sejak Ino memakaikan selimut tadi tapi dia memilih pura-pura tidur.
"Mendokusai, aku juga" bisik Shikamaru dalam hati.
"Apa rencanamu Shikamaru?" tanya Chouji di tengah markas musuh.
"Kita gunakan formasi C" ucap Shikamaru.
"Baiklah" ujar Ino bersemangat.
"Kita serang mereka, seraaang" kata ketua missing nin tersebut.
"Formasi C, Kai" ucap mereka bertiga bersamaan. Ino memegang tengkuk Shikamaru, Chouji diikat jurus bayangannya Shikamaru. Semua musuh sudah di tandai Ino. Formasi ini seperti halnya sebuah mainan yoyo. Akhirnya semua musuh pun tumbang. Mereka melepas jutsu tersebut. Ino berjalan paling belakang melewati musuh yang sudah sekarat, tanpa di sadari masih ada yang belum benar-benar mati.
"S-Shika~" panggil Ino lemah. Shikamaru dan Chouji menoleh.
"INOO !" teriak Shikamaru dan Chouji setelah melihat Ino tertusuk kunai di perut sebelah kiri. Tanpa aba-aba Shikamaru membopong Ino menuju penginapan dengan panik.
Brakk. . . Semua melihat kearah pintu yang dibuka.
"Tolong, siapapun ninja medis disini tolong" Shikamaru tergopoh-gopoh di penginapan. Chouji juga panik, sudah hampir menangis.
"Aku ninja medis, kenapa gadis ini? Baiklah akan saya obati" ucap seorang pria dari belakang.
"Terimakasih" balas Shikamaru singkat. Sedikit lega.
Setelah menunggu agak lama,lelaki ninja medis itu keluar.
"Lukanya sudah saya perban dan sudah coba saya pulihkan dengan kemampuan saya" cakap orang itu
"Arigatou, anda siapa?" tanya Shikamaru
"Oh, saya ninja medis Suna, kalian dari ninja Konoha ya. Siapa nama kalian?" lelaki itu balik bertanya.
"Saya Shikamaru" jawab Shikamaru singkat.
"Nama saya Chouji" jawab Chouji sopan.
"Jaga gadismu itu, lindungi dia" bisik pria itu saat melewati Shikamaru. Shikamaru terpaku, menyebut Ino gadisnya. Wajahnya merona.
"Shikamaru, kau tidak ingin masuk melihat Ino?" tanya Chouji heran dengan Shikamaru yang bengong.
"Ck, mendokusai" Shikamaru tersenyum, lalu mengikuti Chouji masuk.
"Hai, Shika, Chouji" sapa Ino
"Maaf Ino" bisik Shikamaru sambil memeluk Ino, Ino blushing. Sudah banyak kali Ino dipeluk atau memeluk Shikamaru, tapi kali ini rasanya lain. Shikamaru melepas pelukannya sedetik setelah Ino balik memeluknya.
"Ino, syukurlah" ucap Chouji hampir menangis.
"Tak apa, aku baik-baik saja kok" jawab Ino tersenyum.
"Maaf Ino" tersirat penyesalan di wajah Shikamaru. Dia merasa bodoh tidak menyadari masih ada musuh yang akan menyelakai Ino.
"Shika~ ini semua bukan salahmu, tidak ada yang menyalahkanmu atas kejadian ini" terang Ino.
"Iya Shikamaru" sambung Chouji
"Aku pemimpin tim yang bodoh" ucap Shikamaru yang masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri
"Aku kan baik-baik saja Shika, jangan mengkhawatirkan aku" balas Ino
". . ."
"Kita pulang sekarang ya" Ino memohon ke Shikamaru
"Tidak dengan keadaanmu seperti itu"
"Aku mohon Shika, aku pengen dirumah" pinta Ino lagi
"Mendokusai~ baiklah" Shikamaru tersenyum. Ino pun tersenyum
"Aku akan siap-siap dulu" sambung Chouji meninggalkan ruang itu.
Ino sudah mau melangkah dari ranjang, namun Shikamaru menahannya.
"Jangan bergerak sedikitpun" ancam Shikamaru. Ino hanya nyengir.
"Akan kuambilkan barang-barangmu, mendokusai" imbuh Shikamaru meninggalkan Ino. Ino sendiri masih terdiam dikamar dekat check in. Tak berapa lama Shikamaru dan Chouji sudah menuju ke kamar tempat Ino di sembuhkan tadi.
"Ayo pulang Ino" ajak Shikamaru. Ino tersentak lalu blushing karena Shikamaru menawarkan punggungnya untuk menggendong Ino.
"Ck, mendokusai~ cepat Ino" kata Shikamaru malas padahal cuma kikuk aja. Ino mengangguk dan pastinya merona.
Dalam perjalanan pulang, Ino mengeratkan tangannya di leher Shikamaru.
"Kau mau membunuhku, Ino?" tanya Shikamaru tersenyum tipis
"A-aku kan cuma takut jatuh Shika" jawab Ino gugup.
"Tsk, mendokusai" Shikamaru menyeringai. Ino menenggelamkan wajahnya di leher Shikamaru. Wajah Shikamaru berubah warna.
.
.
.
"Maaf Paman Inoichi, misi kali ini aku ceroboh, sampai Ino terluka" Shikamaru membungkuk meminta maaf pada ayah Ino. Ino sendiri sudah diantar Shikamaru ke RS Konoha.
"Shikamaru~" panggil Inoichi. Shikamaru perlahan mengangkat wajahnya. Apapun yang akan di lakukan Inoichi, Shikamaru siap menanggungnya. Toh, dia merasa paling salah. Namun Shikamaru malah kaget dengan perlakuan Inoichi yang memeluknya.
"Shikamaru, setiap orang pasti bisa ceroboh atau berbuat kesalahan. Kita tak ada yang sempurna Shikamaru. Kau bahkan sudah seperti putraku sendiri" ucap Inoichi tersenyum lembut.
"Terimakasih paman" balas Shikamaru tersenyum, tanpa Inoichi ketahui senyuman Shikamaru berubah menjadi seringai. 'kurasa aku akan lebih mudah untuk menjadi menantumu, paman' batin Shikamaru lalu terkekeh. Hanya saja kenyataan tak selalu sesuai dengan apa yang kita harapan.
.
.
.
Ino sudah sembuh total, dia memilih kembali ke toko bunga Yamanakanya. Dia tampak senang setelah hampir seminggu di RS.
"Hai, Ino pig" sapa gadis berambut merah muda di toko bunga Ino
"Oh hei, jidat, mau beli bunga?" Ino menyapa balik Sakura
"Ah enggak, cuma mau mengunjungi kamu kok" jawab Sakura tersenyum.
"Hehh, apa alasanmu kemari?" tanya si pirang
"Cuma mau memastikan aja, kalo kamu benar-benar sama Shikamaru" goda Sakura, wajah Ino memerah.
"Ee Sakura, aku tidak memiliki hubungan spesial dengan Shikamaru!" bentak Ino dengan menahan rasa panas di wajahnya.
"Shikamaru kan yang menggendong kamu selepas misi. Wajahmu tidak menyembunyikannya, Pig" bisik Sakura menyeringai lalu pergi ke RS Konoha
"Sakura no Baka!" teriak Ino merah padam
Sepulang dari toko bunga Yamanaka, Ino segera menuju rumahnya. Ia akan memasak banyak dan sebagian akan di antar kerumah Shikamaru dan Chouji.
"Aku tak sempat berbelanja beli kebutuhan, baiklah aku akan antar ke rumah Shikamaru saja, gomen ne Chouji" omel Ino pada dirinya sendiri.
Akhirnya Ino menyelesaikan masakannya. Sesudah menata rapi masakannya, Ino bergegas ke rumah Shikamaru.
"Konnichiwa!" sapa Ino dari luar rumah Shikamaru
Cklek. .
"Ah, Ino-chan, ayo masuk kedalam" ajak Yoshino-ibu Shikamaru yang dianggap merepotkan itu.
"Iya, baachan" Ino mengikuti Yoshino
"Ano, aku tadi memasak banyak baachan, ini" Ino menyerahkan kotak berisi masakannya.
"Heh, arigatou Ino-chan, sudah lama tidak merasakan masakanmu. Sungguh menantu idaman" balas Yoshino mencubit pipi Ino. 'menantu idaman? aku rasa tak cukup sulit untuk menjadi pendamping Shikamaru' pikir Ino senang.
"Oh ya, dimana Shika bibi?" tanya Ino celingukan
"Pemalas itu sedang di hutan kami, kau mau menyusul, sekalian bawakan maka siang yang tadi kamu masak ya" pinta Yoshino diikuti anggukan Ino.
"Shika~" teriak Ino dadi kejauhan
"Mendokusai" bisik Shikamaru lalu melanjutkan tidurnya.
"Ne Shika, aku bawakan bento, aku yang masak lo" ucap Ino berbinar-binar, tapi sejurus kemudian raut wajahnya jadi kesal karena Shikamaru masih tertidur di sampingnya.
"Shikaaaa" panggil Ino, tapi Shikamaru tidak menggubrisnya. Sebenarnya Shikamaru tidak tertidur, tapi dia suka membuat Ino kesal.
"Baiklah, aku mau pulang" namun wajah kesal Ino berubah menjadi terbelalak saat pergelangan tangannya dipegang Shikamaru.
"Mendokusai~ temani aku sebentar Ino" entah kenapa yang mengucapkan dan diberi ucapan terlihat kikuk serta canggung.
"A-ano Shika, aku bawakan makan siang tadi aku ke rumahmu, tapi kata bibi kamu sedang disini" kata Ino memecah kecanggungan diantara mereka.
"Terimakasih Ino" Shikamaru bangkit dari tidurnya dan duduk berdampingan dengan Ino serta memakan makanannya. Setelah selesai makan, Shikamaru melakukan hal yang tidak pernah terpikir oleh Ino. Shikamaru mencium kening Ino. Sedangkan Ino hanya melebarkan kedua matanya
"A-apa y-yang k-kau lakukan S-Shika?" Ino tergagap setelah sadar dari keterkejutannya. Baik Ino maupun Shikamaru jelas wajahnya berubah pias.
"Hanya melakukan seperti yang kau lakukan" bisik Shikamaru sambil mengatur detak jantungnya yang mulai over
"H-Heehh? A-Aku tidak melakukan apapun" balas Ino menegang
"Kau pikir aku tak tau saat di penginapan itu, Ck mendokusai" Shikamaru kembali berbisik disertai seringai. Ino tambah tegang, campur malu juga sekarang tubuhnya memanas seperti orang demam.
"K-Kau tau semuanya?" tanya Ino menunduk tanpa berani menatap Shikamaru sedikitpun.
"Lihat aku" Shikamaru menarik dagu Ino sampai tatapan mereka bertemu, lalu melepaskannya
"Aku tau kau itu merepotkan sama halnya ibuku-" Shikamaru menggantung kalimatnya, Ino hanya menunggu kelanjutan Shikamaru
"Dan aku suka orang yang merepokan" kata Shikamaru mengalihkan pandangannya. Terlihat jelas rona merah di wajah Shikamaru, Ino pun melihat itu. 'Apakah saat ini Shikamaru menyatakan cintanya?' tanya Ino dalam hatinya yang berbunga-bunga
"Shikaa~" Ino menenggelamkan wajahnya di dada bidang Shikamaru. Shikamaru terkejut, namun dia membalas pelukan Ino. Keduanya merasakan bahwa jantung mereka memompa lebih cepat.
"Hei, Ino" panggil Shikamaru dalam pelukannya
"Apa Shika?" tanya Ino tidak terlalu jelas karena wajahnya di dada Shikamaru
"Kau mau merahasiakan hubungan ini untuk sementara?" Shikamaru balik bertanya
"Iya aku mau saja, asalkan kau tidak selingkuh, tidak meninggalkan aku" cerocos Ino melepas pelukannya, menatap Shikamaru
"Mendokusai, aku hanya ingin membuat kejutan banyak orang dengan segera menikahimu." Shikamaru tersenyum, wajah Ino merona mendengar pernyataan Shikamaru
"K-kita kan baru menjalin hubungan, apa iya langsung menikah?"
"Jika kau bersedia menikah denganku, Ino. Mendokusai" wajah Ino sudah mirip tomat siap panen. Shikamaru hanya tersenyum melihat kekasihnya itu memerah.
"I-iya Shika, lagipula keluarga kita sudah akrab" ucap Ino malu-malu, begitu juga Shikamaru. Pandangan mereka bertemu, keduanya saling memajukan wajah mereka. Semakin dekat dan akhirnya mereka berciuman. Bibir mereka saling menautkan menjadi sebuah lumatan. Mereka saling bermain lidah, menukar saliva. Shikamaru memperdalam ciumannya dengan menarik pinggang Ino. Ino sendiri sudah mengalungkan kedua tangannya di leher Shikamaru. Hutan Nara pun menjadi saksi awal kisah mereka sebagai sepasang kekasih. Bahkan rusa-rusa disana tampak pergi meninggalkan pasangan yang dimabuk cinta itu.
"Ayo aku antar pulang, sudah sore" ajak Shikamaru selepas mereka selesai berciuman.
"Baik Shika" Ino menggandeng lengan kekasihnya, namun hanya berlaku sebentar di hutan Nara, karena mereka masih merahasiakan hubungan mereka.
"Aku pulang" teriak Ino
"Selamat datang" jawab Inoichi
"Ayo masuk Shikamaru, sekalian basa-basi dengan ayah" bisik Ino terkikik
"Mendokusai~" Shikamaru jadi ikut masuk.
"Eh, Shikamaru mampir juga ya?" tanya Inoichi, Ino sendiri sudah lari kedapur
"Iya paman" jawab Shikamaru singkat
"Oyaji!" panggil Shikamaru pada Shikaku-ayah Shikamaru. Shikaku hanya mengangguk datar.
"Kebetulan ayahmu juga sedang mampir disini" ujar Inoichi.
"Wah, ada paman Shikaku, maaf tadi tidak melihat anda paman" sapa Ino yang baru keluar dari dapur.
"Ah, tidak apa-apa Ino-chan" balas Shikaku tersenyum. Ino lalu duduk di samping Shikamaru-kekasih barunya. Mereka berbincang-bincang banyak hal.
Tok tok tok
"Hime, tolong buka pintunya" pinta Inoichi
"Iya touchan" jawab Ino menuju pintu
"Ada apa Sakura?" ternyata Sakura yang ke rumah Ino
"Shikamaru disini ya?" tanya Sakura tanpa basa-basi
"Iya ada, aku panggil dulu, Shika~" Ino berteriak memanggil Shikamaru. Tak banyak waktu Shikamaru sudah berdiri disamping Ino.
"Tsunade-sama mencarimu, ada misi untukmu Shikamaru" kata Sakura
"Mendokusai~" ucap Shikamaru malas
"Aku pulang dulu Ino, jaa~" pamit Sakura pada Ino
"Ino, aku pamit dulu, sebelum di hajar Tsunade-sama" ucap Shikamaru. Ino terkekeh.
"Shika~" Ino langsung lari kedalam rumahnya. Shikamaru hanya bengong lalu tersenyum memegang pipinya yang di cium Ino. Lalu berjalan menuju kantor Godaime Hokage.
"Ada apa Hime? Kenapa kau lari seperti itu?" tanya Inoichi heran
"Hihi, tak ada apa-apa Touchan, aku mau tidur dulu" ucap Ino malu-malu dan langsung kabur ke kamarnya di atas.
"Sepertinya kedua anak kita sudah semakin dekat Inoichi" kata Shikaku setelah Ino pergi
"Ahh, sepertinya begitu" balas Inoichi menerawang
Shikaku berkata serius "Bagaimana jika nantinya mereka benar-benar memiliki hubungan lebih dari teman?"
Inoichi membalas "aku tak tau Shikaku, haruskah kita membiarkannya?"
"Jika dibiarkan maka-"
"Sudahlah Shikaku, mereka sudah dekat sejak kecil, aku percaya mereka hanya menganggap sebagai teman" terang Inoichi memotong pembicaraan Shikaku. Keduanya menghela nafas.
TBC
Kaga tau ini fic apaan. Ya daripada kebanyakan mengkhayal kan mending di tulis, takutnya nih otak terlalu penuh isinya huehehe
Udah bisa menebak kenapa ayah mereka tidak ingin anak-anaknya menjalin hubungan?
Konfliknya baru di chapter 2, mohon review biar tambah semangat #ganbatte
