Da jia hao! Saya author baru di sini... Sebenarnya gk baru2 amat sich.. dulu (duluuuu sekaliiii) sempat punya akun ffn, tapi gk keurus dan sekarang bikin akun baru dengtan username baru dan fandom yang baru pula XD

.

.

.

.

yoow wis lah, gk usah kebanyakan bacot, langsung aja baca ini cerita pertama saya di akun yg baru ^^

.

.

.

.

.

Pairing : HunHan; KaiLu; HunD.O

Genre : *bingung* *tentuin aja sendiri*

Rating : T+

Disclaimer : They are belong to their own respective owner. No money was made from this.

Warning : Genderswitch; OOC banget

Note : Ide cerita diambil dari serial drama "Qing Shenshen Yu Mengmeng"; Ada beberapa orang yang menyebutkan nama asli Kris adalah Wu Fan dan ada pula yang menyebut Wu Yifan. Entah mana yang benar, saya juga tidak tau. Di sini saya menggunakan nama Wufan. Karena dalam bahasa Mandarin, kata 'yi' tidak benar-benar diucapkan 'yi' dan cenderung diucapkan 'i'. Jadi Wufan diucapkan seperti i-fan. Dan mengingatkan saya pada Ivan Gunawan. OK! BYE!

Kai membolak-balik album foto lamanya. Ia memperhatikan setiap moment yang terekam di sana. Kenangannya saat masih kecil masih tersimpan rapi. Pandangannya terhenti ketika ia menatap sebuah foto dirinya dengan sahabat masa kecilnya, Luhan dan Sehun. Ia masih berhubungan dengan Sehun sampai saat ini. Tapi tidak dengan Luhan, sudah beberapa tahun ini ia tidak pernah bertemu dengannya ataupun mendengar kabarnya. Luhan yang empat tahun lebih tua darinya itu merupakan gadis yang ceria. Sebenarnya ia gadis yang cerdas, namun sayang dia tak pernah mengenyam pendidikan formal layaknya anak-anak yang lain. Lamunan Kai terhenti ketika ada seseorang yang mengetuk pintu rumahnya.

Tok... Tok... Tok... Seseorang mengetuk rumah Kai. Kai yang saat itu sedang menonton televisi segera membuka pintunya.

"Paman Suho?" seru Kai saat melihat siapa yang datang mengunjungi rumahnya.

"Maaf, aku terpaksa datang kemari. Aku menemui jalan buntu."

"Kenapa? Ada masalah apa? Apakah tentang Luhan?" tanya Kai khawatir.

Suho mengangguk.

"Bagaimana keadaannya? Apakah dia sakit?"

"Dia kurang baik. Bahkan bisa dibilang sangat buruk. Aku bingung harus meminta bantuan siapa lagi. Kau adalah teman Luhan sejak lama. Mungkin saja kau bisa membantunya."

"Ada apa sebenarnya?" tanya Kai bingung.

Kai dan Luhan memang teman akrab sejak mereka masih kecil. Sebenarnya, Kai sudah lama memendam perasaan pada Luhan, namun sampai saat ini ia tak pernah berani mengungkapkannya, ia takut hubungannya dengan Luhan akan merenggang. Sementara kedua orang tua Luhan adalah maid di rumah keluarga Huang. Dan Kai sering berkunjung ke rumah keluarga Huang karena Huang Sehun, putra tunggal keluarga Huang adalah teman sekolah Kai. Namun tiba-tiba Luhan menghilang. Luhan memtuskan untuk berhenti sekolah. Dan Kai sama sekali tidak pernah mendengar kabar tentang Luhan. Kai sudah berusaha mencarinya. Dia mendatangi kediaman keluarga Huang, tempat di mana orangtua Luhan bekerja sebagai maid. Tapi Huang Zitao, nyonya besar di rumah itu mengatakan kalau Suho dan Yixing sudah tidak bekerja lagi padanya. Dia juga mengatakan kalau dia juga membawa putri mereka, Luhan, ikut bersama mereka. Dan sekarang Suho berdiri di hadapannya, mengatakan bahwa Luhan dalam keadaan buruk.

"Katakan apa yang terjadi sebenarnya." desak Kai.

"Beberapa hari yang lalu, Luhan kumat lagi. Aku sedang tak ada di rumah, sedang mengangkut beras di pasar. Yixing tak menjaganya dengan baik. Dia kabur sampai melukai orang." jelas Suho.

"Melukai orang?"

"Luhan melukai kepala orang itu hingga kepalanya harus dijahit. Keluarganya meminta biaya pengobatan. Bayangkan saja, aku seharian bekerja sebagai kuli angkut di pasar hanya mendapatkan beberapa won. Mana bisa aku memberikan mereka biaya pengobatan."

Kai semakin tak mengerti. "Memangnya ada apa dengan Luhan? Beberapa tahun ini kalian kemana? Kenapa kau sekarang menjadi kuli angkut? Kenapa berhenti menjadi sopir keluarga Huang? Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Tak usah bertanya, aku tau kau merindukan Luhan. Kita pergi melihatnya, bagaimana?"

Kai mengangguk.

Di suatu tempat, terlihat seorang wanita muda berlari dan berteriak. "Lepaskan aku!" Dandanannya semrawut. Rambutnya tak tertata rapi.

"Luhan... Luhan... Luhan... Jangan lari!" seorang wanita tua memanggilnya. Dia Yixing, istri Suho.

Luhan terus berlari. "Lepaskan aku!"

Suho tiba di sana bersama Kai. Melihat Yixing mengejar Luhan ia ikut membantunya. Sedangkan Kai hanya menatap pemandangan di depannya dengan bingung.

Yixing berhasil menangkap Luhan. "Luhan, ampuni ibu. Ibu tak akan mengurungmu lagi."

Suho menatap anak istrinya dengan mata berkaca-kaca. Ia bingung harus mengatakan apa.

"Kenapa kalian menghalangi aku? Aku mau mencari anakku." ucap Luhan dengan pandangan mata bingung.

"Ya Tuhan! Apa ini Luhan?" tanya Kai pada diri sendiri. Ia bingung melihat wanita yang dipanggil Luhan tadi.

"Luhan, ini aku Kai. Apa kau masih ingat padaku?" tanya Kai perlahan.

"Kai..." Luhan memandang Kai sejenak. Kemudian ia berjalan mondar-mandir seperti orang linglung sambil mengoceh tidak jelas.

"Di mana bayiku? Mereka merebut bayiku. Mereka ingin membunuh bayiku." Luhan kembali berteriak. Sambil berlutut Luhan memohon. "Langit, Buddha. Tolong kembalikan bayiku."

"Berikan talinya. Cepat!" ucap Suho. Suho berusaha mengikat Luhan yang terus berteriak-teriak memanggil bayinya.

"Jangan..."

Tiba-tiba Luhan melihat seorang ibu yang sedang menggendong bayi melintas di dekatnya. Luhan mendorong Suho hingga terjatuh dan merebut bayi itu dari tangan ibunya.

"Celaka, bayiku direbut orang gila." ibu itu berteriak histeris.

Yixing menenangkan ibu itu dan berusaha membujuk Luhan untuk menyerahkan bayinya. "Luhan..." Yixing mendekati Luhan. "Bayimu harus segera ganti popok."

"Tidak." Luhan memeluk bayi itu, seolah-olah anak kandungnya. Ia tak membiarkan siapapun untuk mendekati bayinya. Luhan mundur beberapa langkah menuju ke tempat yang sepi. Ia terus memeluk bayi itu dan menimangnya. Menyanyikan sebuah lagu pengantar tidur.

Kai mendekati Luhan. "Luhan, aku Kai. Apa kau masih mengenaliku? Katanya kau punya bayi? Apa ini bayimu?"

Luhan memandang Kai sejenak kemudian menghindar dan melanjutkan nyanyiannya. Kai terus berusaha mendekati Luhan. Dia ikut menyanyikan lagu itu bersama Luhan hingga akhirnya bayi itu terlelap.

"Biarkan aku melihat bayimu." pinta Kai. "Anakmu cantik sekali. Aku peluk ya."

Luhan menyerahkan bayi itu pada Kai. Segera setelah berada dalam gendongan Kai, ia langusng menyerahkan bayi itu kepada ibunya."

Sadar kalau bayi itu tak berada di tangannya, Luhan kembali berteriak. "Bayiku..."

Suho memegangi Luhan, Yixing sedang berusaha mengikatnya dengan tali. Sementara Kai hanya bisa meneteskan air mata. Mereka segera membawa Luhan pulang ke rumah dlam keadaan terikat..

Di sebuah rumah yang kecil dan sangat sederhana, Luhan duduk di sudut ruangan sambil menyebutkan perkalian secara tak sadar. "Satu kali satu sama dengan satu... Dua kali dua sama dengan dua..."

"Kenapa Luhan jadi seperti ini?" tanya Kai.

"Dulu Luhan pernah punya bayi yang dirawat setahun. Tapi bayi itu meninggal karena sakit. Dan sejak bayi itu meninggal Luhan jadi seperti ini." jelas Yixing.

"Siapa ayah bayi itu?" tanya Kai lagi.

Yixing tak menjawab. Ia menatap Suho, berharap laki-laki itu akan membantunya.

"Kau sudah melihat keadaan Luhan yang seperti ini. Jadi aku tidak akan menutupinya lagi." Suho menghela nafasnya.

"Luhan telah dicampakan oleh orang sekitar enam tahun yang lalu."

Kai sangat terkejut mendengarnya. "Apakah keluarga Huang mengetahui hal ini?"

"Mereka tidak mengetahuinya. Dan sebaiknya mereka tidak diberitau." ucap Suho.

"Kenapa? Bukankah kalian telah bekerja pada keluarga Huang selama puluhan tahun, bahkan sebelum Luhan dilahirkan. Apa ini juga menjadi alasan kalian untuk berhenti bekerja?" Kai memberondong Suho dengan berbagai macam pertanyaan.

"Bukan begitu. Tapi aku tidak ingin membebani keluarga Huang lagi. Keluarga Huang sangat terpandang. Jika kami terus bertahan di sana, bagaimana tanggapan orang-orang jika mengetahui bahwa Luhan hamil di luar nikah." air mata Yixing menetes saat menjelaskan hal itu.

Mendadak ruangan itu menjadi sunyi. Yang terdengar hanyalah suara Luhan yang menghafal perkalian. "Enam kali enam sama dengan tiga puluh enam... Tujuh kali tujuh sama dengan empat puluh sembilan..."

"Entah kenapa dia selalu duduk di sana sambil menghafal perkalian. Dia seperti kembali ke masa kecilnya." ucap Yixing sedih.

"Anak ini sungguh membuatku pusing." Suho menjadi geram. "Awalnya aku ingin mengirimnya ke rumah sakit jiwa. Tapi jika sedang tidak kumat, ia akan normal-normal saja. Namun kalau kumat, aku terpaksa mengikatnya seperti ini."

Kai diam. Ia memikirkan sesuatu."Aku sudah bekerja dan punya penghasilan. Aku akan membantu kalian untuk membawa Luhan ke dokter. Bagaimanapun juga Luhan masih muda. Masa depannya masih panjang." Kai menyerahkan beberapa lembar uang pada Suho.

"Tidak perlu Kai. Kami tak ingin merepotkanmu." Yixing berusaha menolak permintaan Kai secara halus.

"Aku tidak merasa kerepotan. Aku senang membantu kalian. Aku tak ingin melihatnya terus menderita. Lagipula gajiku sebagai penari juga cukup banyak jika kuhabiskan sendiri."

Mereka bertiga kembali terdiam. Kali ini suasananya benar-benar sangat sunyi. Bahkan jika ada jarum yang terjatuh di lantai pun mungkin akan terdengar. Luhan, entah sejak kapan dia telah tertidur pulas sambil bersandar di dinding. Suho yang tak tega melihat hal itu segera membuka tali yang mengikat tubuh Luhan dan menggendong Luhan masuk ke dalam kamar.

Namun tak berapa lama setelah Suho keluar kamar, terdengar suara Luhan memanggil ayahnya. "Ayah..."

Suho seketika menoleh. "Ada apa?"

"Apa aku membua masalah lagi? Apa aku membuat kalian bersedih lagi?" tanya Luhan lembut.

Yixing menghampiri putrinya. "Tidak. Kau sangat patuh. Kau..."

Belum sempat Yixing menyelesaikan kalimatnya, Luhan menyela. "Aku memang sudah buat masalah. Aku melihat ada tali. Itu berarti kalian telah mengikatku."

Semua orang memandang Luhan terkejut..

Luhan menghampiri ayahnya kemudian berlutut. "Ayah aku salah. Aku telah membuat kalian bersedih."

Yixing membantu Luhan berdiri. "Jangan seperti itu. Ayo lekas berdiri. Apa kau tak ingin menyambut teman lamamu?"

Luhan memandang ibunya bingung. "Teman? Apa ada yang berkunjung kemari?"

"Lihatlah di sana." Yixing menunjuk ke arah Kai. "Ada Kai."

"Kai!" Luhan memekik girang.

"Kau mengenali aku?" Kai mendekat ke arah Luhan kemudian memeluknya.

Luhan mengangguk semangat. "Tentu saja. Kai apa kau tau jika aku sakit? Aku tak tau harus berbuat apa. Kadang pikiranku jelas, kadang aku bingung lagi. Dan aku selalu merepotkan ayah dan ibuku."

Kai menenangkan Luhan. "Kau jangan cemas. Kami akan membawamu ke dokter."

"Aku rasa aku harus mati." ucap Luhan mengagetkan semua orang yang ada di sana.

Yixing mulai panik. "Luhan, kau bicara apa? Kenapa berfikir seperti itu?"

Sambil menangis Luhan menjawab. "Jika aku mati kalian semua akan hidup di dunia ini dengan tenang. Aku sakit parah sekali. Sungguh aku ingin mati. Melihat tali itu, aku tau aku telah membuat kekacauan. Aku ingin mati saja."

"Aku akan mengobatimu sampai sembuh. Lihatlah Kai datang membawa uang." Suho mengambil uang yang tergeletak di atas meja. "kita akan ke dokter."

~~~~~ Bersambung ~~~~~


Yang mau review silahkan, gk juga gak apa-apa, saya gak maksa :)