Tujuh Keajaiban Cinta dalam Tujuh Menit

Fandom: Nurarihyon no Mago

Rating: T/15+

Genre: Humor/Slice of Life

Pairing dan Karakter: Ittaku/Rikuo, Kubinashi/Rikuo, Kurotabo/Rikuo, Zen/Rikuo, Shouhei/Rikuo, Gozumaru/Rikuo; Kappa/Rikuo, dan karakter lain yang diputuskan muncul

Tema: Seven Deadly Sins

Sinopsis: Ketika cinta datang menyerang, ada tujuh hal yang muncul dari sisi gelap manusia yang terkadang menimbulkan keajaiban yang aneh… "Kenapa selalu aku?" protes Rikuo tak terima.


Disclaimer: Nuramago milik Shiibashi-sensei, luna hanya bermain dengan karakternya

Warning: tanda-tanda shounen ai, humor berlebihan, kondisi seting yang dipaksakan, mungkin penghancuran karakter (semoga saja tidak), author sedang galau saat menulis ini…

A/N: Menjawab [FFC] Seven Minutes in Heaven di Infantrum. Sebenarnya luna juga tak tahu ingin menulis apa. Namun, karena luna sedang blok membuat plot untuk semua cerita bersambung luna, mungkin ini bisa untuk refreshing. Oke, mari kita mulai berkarya! XD


Sin 1: Pride—Ittaku/Rikuo


Rikuo menatap tutor alias gurunya, yang tengah mengajarinya bertarung menggunakan 'Fear' ke dalam senjata pilihannya, ketika ia berlatih di Desa Tersembunyi Toono.

Ittaku memergoki si siluman berambut perak-hitam itu memandanginya lekat-lekat hingga sang siluman Kamai itu pun menjadi sedikit risih. "Kau mendengarkan aku atau sedang berpikir sesuatu yang bodoh di sana, Rikuo?" tanyanya sambil menaikkan alis matanya.

"Apa?" Rikuo berkedip, lalu menggeser tatapan mata merahnya ke mata hitam pekat Ittaku.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Ittaku sembari bertolak pinggang dan memincingkan mata. "Kalau kau tak berniat mendengarkan penjelasanku, bagaimana kalau kita langsung bertarung saja?" tantangnya kemudian.

"Ah, bukannya aku tak mendengarkan," kata Rikuo sedikit salah tingkah. "Hanya saja… kupikir kau itu… kalau dilihat-lihat ternyata…"

"Apa?" tanya Ittaku dengan nada tajam.

"…manis juga ya," kata Rikuo dengan wajah serius.

Alis Ittaku berkedut sekali, tetapi ekspresinya sama sekali tidak berubah setelah mendengar pernyataan tak terduga itu.

Keheningan yang aneh pun melingkupi kedua siluman itu selama beberapa saat.

"Kalau kau sempat memperhatikan wajahku, perhatikan juga apa yang kuajarkan, bocah," kata Ittaku sambil membalikkan badan.

"Heeeeei! Tunggu! Reaksi macam apa itu, Ittaku?" Awashima sang Amanojaku yang dari tadi memperhatikan keduanya dari balik semak-semak tiba-tiba melompat keluar dan kontan memprotes dengan keras. "Padahal sudah kubiarkan kalian latihan sendiri untuk membangun mood! Rikuo! Rayu dia dengan serius, dong!"

Rikuo dan Ittaku menoleh ke arah siluman berambut pirang bergender ganda itu dengan sebulir keringat menetes dari pipi mereka.

Awashima pun masih terus mengoceh tentang dua orang yang terlampau kaku dan antisosial saat Ittaku menoleh kembali ke arah Rikuo.

"Memangnya kau merayuku barusan?" tanya sang siluman Kamai dengan wajah penasaran.

Wajah Rikuo kontan sedikit memerah. "Bo-bodoh, siapa yang mau merayu orang dingin sepertimu?" katanya sambil memalingkan wajah, terlihat sedikit kesal.

"Wah, dia malu," Awashima meringis melihatnya.

"Cerewet! Diam kau, Awashima!" Rikuo pun berteriak ke arah sang Amanojaku dengan kesal karena digoda.

"Bodoh sekali," Ittaku menhela nafas panjang, wajahnya terlihat lelah. "Kita sudahi saja latihan hari ini. Kau pulang dan istirahat saja sana," katanya sambil melambaikan tangan.

"Ah, tunggu, Itta—!" Rikuo hendak mencegah, tetapi suaranya tercekat dan ia tak bisa memanggil namanya.

"Awashima, ikut aku," Ittaku lantas menarik Awashima untuk pergi bersamanya.

"Eh, kok—?" Awashima jadi bingung sendiri saat tiba-tiba latihan berhenti begitu saja.

Rikuo tidak menyusul Ittaku dan Awashima. Mereka terus berjalan sampai Rikuo tidak terlihat lagi. Awashima menatap punggung Ittaku yang ada di depannya dengan tanda tanya.

"Kenapa kau kabur, Ittaku? Katamu kau tertarik dengan anak itu?" tanya Awashima heran.

"Berisik, berhenti ikut campur urusan orang lain, Awashima," kata Ittaku tanpa menoleh ke arah sang Amanojaku.

Awashima terdiam selama beberapa saat sebelum mengambil inisiatif dan mendahului langkah Ittaku untuk melihat ekspresinya, dan benar saja, wajah Ittaku sudah sangat memerah. Sebulir keringat pun menetes dari pipi Awashima.

"Dasar, kau ini terlalu jual mahal. Nanti keburu disambar orang lain, lho," kata Awashima sambil menahan tawa.

"Cerewet," balas Ittaku sedikit ketus. "Dengan bocah yang seratus tahun lebih muda begitu… mana bisa aku menyerah secepat itu, kan?" katanya, masih dengan wajah merah.

Ada harga diri tinggi dalam Ittaku yang melarangnya untuk dengan mudah menerima sang bocah Nura untuk menjadi pasangannya. Setidaknya, Rikuo harus lebih kuat dari sekarang dan berusaha lebih keras dengan 'kekakuan'-nya yang manis itu, baru Ittaku akan mempertimbangkannya lagi.

Meskipun berpikir begitu, saat mendengar pujian Rikuo tadi, jantung Ittaku sudah berdebar-debar seperti akan meledak saking kaget dan senangnya. Kalau lain kali Rikuo mengatakan sesuatu lagi, mungkin Ittaku akan lebih tenang dan bisa menerima pujiannya dengan hati yang lebih terbuka.

Lalu… kalau Rikuo mengajaknya pergi, mungkin Ittaku akan pergi mengikutinya.

Sungguh aneh dan ajaib memang. Nura Rikuo… satu-satunya makhluk yang bisa membuat Ittaku mencoba melawan harga dirinya sebagai Ninja Siluman Toono untuk mengikutinya di kemudian hari….

End of Sin 1: Pride


A/N: Agak gaje. Tapi lumayan lah… Yup, ini hanya drable. Luna harap pembaca menikmati kisah singkat tujuh menit ini. Belum selesai, kok. Kan ada 7 deadly sins, jadi akan ada tujuh capter dengan tema 'sin' dan pair yang berbeda di setiap capternya. Silakan menunggu lanjutannya di kemudian hari ya~ ^_^