OoO

Kuroshitsuji Fanfiction

Diclaimer by Yana Toboso

Title : Red House Latte

Couple pair : SebaCiel

Rate : T

Genre : Romance

Warning : OCC, AU, TYPO, EYD berantakan dll.

Cerita ini di luar cerita asli dari Anime ataupun Manga-nya, kalau ada perbedaan sifat dan karakter harap dimaklumi, selamat membaca.

Atas saran dari pembaca yang nge-message saya judulnya saya ganti

Happy Reading ^^


Tahukah kalian tentang otaku? Yah, bisa dibilang otaku itu adalah orang terlalu menggemari suatu hal dan selalu berusaha mencari tahu tentang hal yang ia sukai dengan menghabiskan jumlah (uang) terhitung tak sedikit . Namun, entah mengapa istilah otaku yang beredar di dunia… dikaitkan dengan anime ya? Apa mungkin karena kata otaku itu sendiri sering ada dalam animasi Jepang itu? Baiklah, kita tinggalkan saja kata 'otaku' yang asal mulanya itu panjang ceritanya.

Sekarang kita memasuki tempat yang menjadi surganya orang bergelar otaku, sebut saja AKB (Akihabara). Kawasan perbelanjaan yang masih terletak di daerah Tokyo itu, menjadi tempat terintisnya idol group terkenal AKAB 49. Tak tahu? Itu lho grup yang isinya cewek-cewek moe, jago nyanyi dan dance. But, karena jumlah mereka telalu banyak.. jadi banyak yang bilang kayak mau tauran *peace wota*

Selain AKAB 49, ada juga tempat yang benar-benar harus didatangi para otaku. Salah satunya maid café, maid café sendiri sudah ada di Tokyo sejak awal tahun 2000-an. Sekarang sih sudah menjamur lanyaknya pemakai android di dunia, café yang terkenal di kawan Akihabara lumayan banyak, seperti.. moe café, cosplay café, tsundere café dan butler café yang katanya baru mulai popular karena ada anime berkisah tentang seorang butler cakep, serba bisa, pokoknya perfect deh.. ditambah lagi dia setia banget sama Bocchan-nya. Tahu yang saya maksudkan? (abaikan)

...

..

.

Dari banyaknya maid café yang mewabah di Tokyo itu. Ada sebuah café atau tepatnya Cosplay Café yang sedikit berbeda dengan Cosplay Café pada umumnya. Café bernama 'Red House Latte' itu terletak dipersimpangan Akihabara, dari namanya saja orang pasti sudah beranggapan kalau tempat itu didominasi warna merah. Yah, kenyaatannya Café yang bernuansa classic itu memang memadukan warna merah marun, hitam, dan gold untuk dekorasi ruangan plus perabotannya. Menciptakan suasana 'You are the King'

Di depan pintu masuk Red House Latte, berdirilah dua sosok bersurai panjang. "Okaerinasaimase, goshuujin-sama.." [1] ucap mereka bersamaan dengan senyum manisnya. Orang yang dipanggil goshuujin-sama itu pun langsung salah tingkah, "T-tadaima.." [2] balasnya ragu.

Maid berambut blonde itu tersenyum lagi sambil mengantarkan tamunya ke meja yang masih belum terisi. Sedangkan si darkblue-grayish itu masih berdiri di depan pintu, orb deep-blue sebiru samudera itu tampak bosan. Sampai akhirnya, sosok wanita serba merah masuk ke dalam Café dan mengaba-abainya untuk ke ruang staf.

"Shine.." panggilnya pada si blonde yang sedang melayani tamu.

"Ya, Smile?" balasnya singkat sambil menoleh. Iris deep- blue dan light-blue itu saling memandang mengisyaratkan, 'Cepat ke sini.. ini perintah Madam!' Si blonde pun mengangguk, "Princess, bisakah kau lanyani tamu ini sebentar?" tanyanya pada surai blonde yang di drill itu. "Aku ada urusan sebentar.." si Princess pun mengangguk. Lalu, Smile dan Shine pun memasuki ruangan staf.

SREEEETT

Pintu pun terbuka, tampaklah sosok wanita dari rambut sampai sepatunya berwarna merah. Untung kulit wanita itu seperti porcelain.. banyangkan kalau kulitnya berwarna serupa dengan atribut yang menempel ditubuhnya? Pasti mengerikan, bukan?

"Madam Red.." ucap si Smile tiba-tiba, "Sampai kapan aku harus begini?" tanyanya pasrah pada wanita bernama Madam Red itu.

"Sampai aku menemukan maid yang baru, Ciel.." jawabnya dengan perasaan sedikit merasa bersalah.

"Kau tahu, semenjak Paula dan Hannah cuti melahirkan.. sulit mencari pengganti mereka.." lanjut Madam Red sambil menghela napas panjang. "Jadi, aku sangat memerlukan bantuan kalian berdua.. Ciel, Alois.."

Si blonde pun mangangguk, "Well.. Aku sama sekali tidak keberatan kok.. membantu Madam." Ucapnya sambil tersenyum. "Gajinya lumayan sih.. tapi, seragamnya memang 'sedikit ribet' sih.." sambungnya sambil menunjuk dress pendek Lolita berwarna marun dengan celemek hitamnya ditambah headdress, stocking, dan sepatu Lolita dengan kombinasi warna tersebut.

"Itulah yang jadi masalahnya.." ucap Ciel menggantung, "Alois.. bagaimana kalau ada orang yang mengenali kita?"

Kini si blonde memasang tampang 'o' sambil menepukan kedua tangannya. "Bukannya, di sini memang banyak yang kenal kita ya?"

Ekspresi wajah Ciel pun berubah menjadi panic, "Siapa?" tanyanya. 'God, ini memalukan..'

"Itu, Madam Red dan Lizzie.." jawabnya polos dan berhasil membuat Ciel sweatdrop.

"YANG KUMAKSUD BUKAN ITU BAKAA!" terang Ciel kesal.

"Slow, Ciel.. kalau marah gitu wajahmu makin imut.. lho.." ucap Alois , "Terus maksudmu apa?"

"Yang kucemaskan itu—"

"Kalau ada teman sekolah yang melihat kita berpakaian seperti ini.."

Alois pun diam, ia tak pernah berpikir sampai sejauh itu sih. "Hmm, kurasa kau terlalu parnoan.. Ciel.." ucapnya asal dan sukses membuat dahi Ciel berkerut. "Gini ya Ciel, ini AKIBA~ orang yang memakai pakaian seperti ini bukan Cuma kita aja.. kau ingat kakek GAR kemarin? Dia PD aja tuh pake seifuku, padahal badannya kan uda keriput semua." Jelas Alois sengenanya.

Well, Ciel perlu mencerna apa yang dikatakan Alois barusan. 'Apa hubungannya kakek-kakek GAR yang pake seifuku, sama masalahnya sekarang?' protes Ciel dalam hati. 'Memang ada konselt dalam otaknya Alois, kali..'

'Tch.. ya udalah.. terserah aja..' batin Ciel pasrah.

Iris crimson itu menatap Ciel dengan tatapan memohon, dan Ciel hanya bisa menghela napas.. "Baiklah akan kubantu sampai Bibi An menemukan perkerja baru.."

Wanita yang tidak suka dipanggil 'Bibi' itu pun langsung memeluk keponakan semata wayangnya dengan erat.

"Terimakasih, Ciel.." ucapnya sambil tersenyum.


Memasuki musim panas di Tokyo membuat matahari terasa terbit lebih cepat, memaksa orang-orang memulai aktivitas paginya lebih awal. Di sebuah apartemen yang terletak di pinggiran Tokyo, tampaklah surai abu-abu kebiruan sedang mengunci pintu apartemennya bernomor '703'

Dari pakaian yang dikenakannya sudah dapat dipastikan ia adalah anak sekolahan, dengan langkah santai ia berjalan menuju lift. Namun, tiba-tiba..

BRAAAAAK

Seseorang menabraknya, "I-itte—" [3] gumamnya karena bokongnya mendarat tepat di lantai semen yang keras itu. Daripada dibilang 'seseorang menabraknya' kejadian kali ini lebih tepat kalau si mungil ini tanpa sengaja menabrak orang yang tingginya melebihi dirinya.

Surai gelap itu langsung mengulurkan tangannya, "Daijoubu?" [4] tanyanya dengan tatapan cemas. Si sapphire yang menolak uluran tangan itu pun langsung berdiri.

"Well, seperti yang kau lihat.." ucapnya sambil menepuk-nepuk celananya yang terkena debu. "Aku tak apa-apa, lagipula ini salahku.." lanjutnyasambil mendongak untuk menatap pemuda beriris ruby itu.

Mereka pun terdiam sejenak sampai terdengar bunyi, TING! Dan ke luarlah dua sosok pemuda yang berbeda tinggi dari lift yang tadinya mau mereka naiki itu.

"Ciel, sedang apa kau?" tanya surai blonde itu padanya.

Orang yang dipanggil Ciel langsung menoleh, tapi ia tak menjawab pertanyaan dari orang yang kemungkinan besar adalah temannya itu.

Sementara pemuda 'tinggi' satunya lagi menghampiri orang yang ada dihadapannya, "Sabastian, kenapa kau lama?" tanya iris amber itu pada si ruby. Lalu, kini matanya melirik sosok mungil yang dilihatnya sedang bersama orang bernama Sebastian itu.

"Oh, apa gara-gara dia kau jadi lama?" tanyanya, "Siapa dia? Jangan bilang kalau dia pacar barumu.." tebak si amber itu asal.. membuat si imut sapphire itu 'sangat' kesal dan si blonde dengan mata aquamarine itu girang sendiri.

TOK, Sebastian pun menggetok kepala Claude yang menurutnya sudah nge-hang di pagi hari. "Anime yao* apa yang kemarin kau tonton?" ucap si ruby itu tepat sasaran. Dan membuat si amber nyengir sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Bukan anime sih, tapi doujin.." koreksinya sendiri dan suskses membuat dua sosok mungil itu kaget.

Ciel kaget dan langsung speechless, 'Apa-apan dua orang ini?' batinnya bingung plus kesal sendiri. Sementara Alois kaget dan langsung berlonjak girang. 'Kyaa~ BL in live action~~' teriak si aquamarine itu dalam hati.

"Oh, God.. jangan bilang kalau senpai-tachi ini fudanshi juga?" tanya si blonde itu antusias seperti pemenang lomba undian dari acara TV.

'Tunggu, tadi Alois bilang apa?' Tanya si sapphire itu pada dirinya sendiri. Karena di tempatnya berdiri sekarang ia dikelilingi makhluk Fudanshi seperti Alois, tapi berjumlah tiga orang? Plus, Alois tentunya. 'God, menghadapi seorang Alois saja sudah susah?! Dan.. sekarang?' Runtuknya dalam hati.

"Aku bukan.. dia iya." Elak si ruby itu sambil menunjuk orang yang disebelahnya.

Alis si amber itu terangkat sebelah, "kau bilang apa? Kau bukan fudanshi?" Tanyanya dengan nada jahil, "Tuan Sebastian Michaelis.. seharusnya kau sadar.. akan isi handphone-mu itu—"

"Ngakunya bukan.. tapi wallpaper HP foto anim loli lagi bugil.." lanjut si amber itu sambil menepuk-nepuk pundak si raven. Ciel yang tadinya persis berada di depan Sebastian pun perlahan mundur, 'Ok, ini semakin mengerikan..' si mungil sapphire ini mulai merinding.

Sementara, si aquamarine.. "Kamiya~~ ga bisa dipercaya, tampangnya kakkoii hatinya PEDO, hahaha.." tertawa sejadi-jadinya.

Dan, JLEEB

Si ruby yang tadinya berusaha jaga image pun mulai murka, pasalnya ia paling TIDAK SUKA di-fitnah sama orang apalagi kalau orangnya itu temannya sendiri. Dan, perlu dikoreksi di sini.. kalau gambar yang jadi wallpaper HP-nya itu memang gambar anime, dengan sosok mungil tanpa busana. Tapi, perlu digaris bawahi yang jadi objek gambarnya itu bukan anak kecil seperti kalian bayangkan, melainkan sosok kucing dengan sanak saudaranya. Haruskah Sebastian meminta animator menggambarkan pakaian untuk gambar kucing di-HP-nya?

'God.. ini mulai menjengkelkan," batin Sebastian. Dengan cuek dia meninggalkan temanya yang sedang asik caper sama kouhai?

Well, ketiga orang yang ditinggalkan si kakkoi ruby itu saling menatap bingung. Banyak prasangka mucul dibenak ketiganya.

'Waaaw, jangan-jangan dia malu mengakuinya?' Pikir si blonde melihat tingkah senpai-nya yang pergi begitu saja.

'Apa dia ngambek padaku?' tanya si amber pada dirinya sendiri sambil memasang muka serius.

Sementara Ciel yang tadinya sudah merinding sekarang malah berpikiran tidak-tidak karena melihat respon kedua orang yang masih asik dengan dunianya sendiri itu.

Alois memasang tampang sumringah bahagia dan orang yang kemungkinan besar senpai-nya sedang memasang muka serius seperti hentai yaro yang lagi mengicar mangsanya pun membuat Ciel..

WUUUUSSSSSSSSSSSSSSSSSHHHHHHHHHHHHHH Lari secepat kilat meninggalkan kawanan otaku yang asik di dunianya sendiri itu.

Intinya pagi ini adalah pagi teraneh dan termengerikan yang pernah ia lalui. Sedikit berlebihan? Mungkin iya, tapi bagaimana tidak? Mengingat si mungil itu kini ada di dalam bus dengan sosok seorang pria (yang katanya) PEDO tadi. Belum lagi, karena kondisi bus yang disesaki manusia membuat mereka berada di posisi sangat dekat. Ciel sekarang berdiri persis di pojok pintu ke luar sementara si raven tadi ada tepat di hadapannya. Jarak mereka sangat dekat, kalau Ciel setinggi Claude mungkin tak akan ada jarak lagi di antara keduanya.

Si sapphire hanya menunduk berusaha untuk tidak menatap iris ruby dari pria jakung itu. Tahu kenapa? Karena menurut Ciel mata berwarna semerah darah itu sangatlah indah, meski Madam Red memiliki warna mata serupa. Tapi, tetap saja si ruby satu ini terlihat tampan dengan perpaduan rambut gelapnya. Ditambah kulit pucatnya mengingatkan Ciel pada sosok fiksi penghisap darah favorite-nya yang bernama vampire.

BLUSH kini pipi si mungil itu memerah, akibat daya khayal dan pikirnya yang sangat— kalian tahukan? Tubuhnya pun serasa memanas mengingat dia harus berada dalam posisi in selama lima belas menit.

'Tuhan, apa salahku? Sehingga Kau menempatkanku dalam kondisi ini?' batin Ciel mendadak religious.

Iris ruby menatapnya dengan pandangan yang tak bisa ditebak Ciel. "Apa kau demam?" tanyanya sambil menyentuh dahi si mungil itu.

BRR tubuh sapphire mungil itu bergetar, jangan bayangkan HP yang lagi di silent mode ya? Badan si mungil ini bergetar layaknya orang ketakutan seakan dikejar gerombolan yakuza? Intinya, sekarang ia merasa kehilangan kesimbangannya. Bagaimana tidak?

'Ciel, keningmu disentuh sama senpai yang katanya fudanshi

Ditambah PEDO—' Dan SYUUUT iris sapphire yang merasa dirinya loli itu kini tertutup dengan sempurna.

Si raven yang tadinya cuek mendadak panic, "Hei.. Kau! Jangan bercanda!" ucapnya sedikit kesal sambil menompang tubuh mungil yang kehilangan kesadaran itu. "Tch, kenapa dia pingsan sih.." kesal si ruby, mau tak mau ia harus membawa serta kouhai dan tas yang menyertainya itu sampai ke sekolah.

Sekarang jam menunjukan pukul 07:00 pagi, pertanda tiga puluh menit lagi mata pelajaran pertama di FujiKou (Fujita Koukou Gakuen) akan dimulai. Di koridor yang sudah dipenuhi siswa dan siswi itu, tampaklah sosok pemuda. Datang dengan menggendong sosok mungil yang memakai pakaian serupa pula. Seluruh siswa yang tadinya asik mengobrol dan beraktivitas, tiba-tiba saja..

SIIIIIIIIIIIINNNNNNNNNNNGGGGGGGGGGGGGGGG

Tertegun melihat sosok yang melintas, terutama siswa wanitanya. Tahu kenapa? Karena yang lewat di koridor ini adalah orang paling ter-famous di sekolah. Bukan hanya karena fisik dan wajah tampannya saja. Siswa yang dijuliki 'Crow Ruby' itu juga memiliki prestasi sangat mengagumkan di bidang akademik maupun non akademik, membuat wanita seisi sekolah memujanya dan teman se-gender dengannya 'jelous' karena pacar mereka selalu membandingkan diri mereka dengan si Pangeran Perfek itu.

Namun, berita miring selalu dikaitkan oleh pemuda tampan bermata ruby itu. Salah satunya, gossipyang sudah menjadi rahasia umum di Fujita Gakuen. Yah, kalau si perfek itu GAY. 'Oh God' mulanya fans-fansnya berteriak histeris 'tak terima' di dalam hati. Apalagi… katanya sampai sekarang yang jadi pacarnya Sebastian itu adalah cowok tak kalah tampannya bernama Claude Fautus.

Awalnya fans sempat patah hati karena kenyatan pahit yang terungkap, bahwa kedua pangeran bertampang stoic itu— YAOI. Tapi, seiring berjalanya waktu fans yang tadinya patah hati segera bangkit dan mendukung hubungan mereka berdua dengan penuh semangat. Di mata para fujo— eh, fans maksudnya kemesraan antara SebaClau itu adalah inspirasi untuk bikin doujin sho-ai dan fiction lainnya. *abaikan kalimat terakhir*

Sekarang di sini lah Sebastian, di depan pintu ruang UKS dengan menggendong sosok mungil layaknya seorang puteri.

TOK TOK TOK

Ketuknya tak sabaran, mengingat ia merasa sangat risih ketika siswa lain memandanginya dengan tatapan penasaran. Lebih parahnya ada sekelompok siswa cewek yang menatapnya dengan tatapan lapar seakan ingin memakannya hidup-hidup.

BRAAAAAAAAAAAAAAAAAK

Ditendangnya pintu tak berdosa itu. Lalu, ia menidurkan sosok mungil yang digendongnya di atas kasur. Dilihatnya tempat itu kosong tak ada sensei yang seharusnya menjaga, dengan menghela napas ia melangkah menuju lemari tempat menyimpan kotak P3K. Diambilnya 'Faver plaster' dan kembali menutup lemari itu.

Kini iris ruby-nya melirik ke sosok yang masih pingsan di atas kasur, dengan langkah pelan ia mendekati adik kelasnya itu. Dibukanya faver plester itu, lalu ia menempelkan benda itu di dahi pemuda berambut biru keabuan itu.

'Hah, selesai..' batin si ruby sedikit lega. 'Dia ini kan, yang kutabrak tadi pagi?' tanyanya dalam hati sambil memerhatikan sosok mungil itu dengan saksama.

'Badan sekecil dan sekurus ini..' batinnya sambil memegang tangan kecil Ciel.

'Aku kira kau anak SMP.. Belum lagi wajah dan suaranya..' pemuda itu menyetuh lekuk wajah Ciel, 'seperti anak peremuan..' batinnya lagi. Dan.. PUK seseorang menepuk pundaknya. Kini kuku panjang yang di cat hitam itu menyentuh pipinya.

"Se-sensei.. Bikkurishita.." [5] ucap si raven itu kaget ketika menyadari keberadaan dokter penjaga UKS itu.

Pria berambut silver panjang itu tersenyum, "Ara? Kakkoii-kun janai ka?" [6] tanya sensei-nya itu. "Kenapa, pagi-pagi sudah di sini? Khu khu.." tanyanya lagi diiringi tawa khasnya.

"Saya hanya mengantar anak ini.. tadi dia pingsan.." jelas Sebastian sambil menujuk sosok yang belum sadarkan diri itu.

Sensei bernama Undertaker itu mengangguk-angguk, "ah, begitu rupanya.."

"Baiklah sensei, saya permisi.." ucap Sebastian sambil mengambil tasnya dan ke luar dari ruangan itu.

Sementara itu

TAP TAP

"Aduh, Ciel.. kenapa dia pergi duluan sih.." gerutu si blonde sambil berlari kecil.

TAP TAP TAP

"Kau, kebanyakan ngayal sih.. jadi ditinggal kan?" jawab si kacamata sambil menoleh ke belakang.

TAP TAP TAP TAP

"Bukannya senpai juga kebanyakan ngayal tadi?" tanyanya sambil berusaha menyejajarkan langkah kakinya dengan senpai-nya itu. Namun, langkahnya terhenti ketika si kakak kelas yang tingginya melebihi dirinya itu tiba-tiba saja berhenti.

"Sebastian," panggil si kacamata itu panggil si amber, orang yang merasa dipanggil pun dengan cuek mengacuhkan temannya itu.

"Tch, sepertinya dia benar-benar marah—" gumam Claude sambil berjalan meninggalkan si blonde itu sendirian.

Dengan polosnya Alois memasang tampang bingung semenit berlalu, KRIIIIIIIIIIIIIIINNG bel pertanda jam pertama berbunyi.

"Hee?!" Dengan paniknya Alois berlari menuju kelas.


Sekarang matahari sudah meninggi, Ciel yang tadinya pingsan pun sudah sadar dan mengikuti mata pelajaran terakhir. Walau, kepalanya tidak pusing tapi si sapphire tak bisa memfokuskan dirinya untuk mengikuti pelajaran budaya Jepang ini. Dan, sialnya William T. Spears a.k.a kibishi sensei tiba-tiba saja memberi kuis dadakan.

Berakhirlah masa muda kedua pemuda mungil itu. Ketika, mengerjakan soal-soal yang kata (sensei) –nya gampang itu. Ciel bertingkah sangat tenang saat mengerjakan kuis, seakan ia tahu jawabannya (atau memang tahu) dan membuat Alois yang panikan menjadi semakin panik tak jelas. Entah apa yang ia tulis di lembar jawaban itu pun ia tak tahu.

KRRRRRRIIIIIIIIIIIIIIIIINNNNNNNNNNG

Bunyi itu bergema ke sepenjuru sekolah menandakan pelajaran hari ini berakhir, dengan cekatan guru budaya itu mengambil paksa lembar jawaban para siswanya. Setelah itu, Finni si ketua kelas menyuruh teman-temannya berdiri dan memberi salam pada sensei-nya itu. Kemudian, kibishi sensei itu menghilang dibalik pintu.

Surai biru keabuan itu pun bangkit dari tempat duduknya dan mengambil tas yang ia taruh di kolong lacinya. Sedangkan, si blonde langsung menghampiri temannya itu sambil mendengus kesal. "Kuis tadi, MUZUKASHII KATTA YO~"

Ciel melirik heran, "sonna ni.." [7] jawabnya singkat sambil berjalan meninggalkan kelas. Alois pun mengekor di belakangnya.

"Naa, SHI-E-RU.. Pagi tadi kau pingsan? Kenapa? Asma-mu kambuh?" tanya Alois khawatir. Yah, walau Ciel memang sedikit menyebalkan dan kelewat tsundere.. tapi, tetap saja si blonde itu cemas kalau teman masa kecilnya itu tiba-tiba pingsan.

Orang yang ditanya melah memasang tampang kesal. "Tak usah bahas itu agh—" ucap Ciel.

"Yang penting aku baik-baik saja sekarang.." lanjutnya sambil menghela napas pendek.

Mendengar itu Alois hanya bisa menggelengkan kepalanya dan bernapas lega. "Kau ini— ya, sudahlah intinya sekarang kita harus cepat ke Café."

"Hai hai," ucap si sapphire pada temannya itu.


Di Red House Latte Café

"Ciel, Alo.. kata Bibi An nanti ada koki baru di sini.." ucap gadis bermbut blonde-drill itu. Kedua pemuda yang baru saja tiba di café itu saling menatap bingung.

"Lalu?" tanya mereka kompak.

Lizzie pun menampakan sifat hime syndrom-nya, "bukannya 'lalu' kalian ini yaa—"

"Bibi An meminta kalian memberi tahu tugas koki baru itu karena aku harus pulang sekarang.." jelas gadis bermata emerald itu.

Ciel dan Alois pu ber- 'o' ria, "oh.. baiklah kalau begitu.." ucap mereka bersamaan *lagi*

"Ok, aku pulang duluan ya? Jaa ashita ne~" ucap Lizzie sambil melangkah riang menuju pintu ke luar.

BLAAAAM

Setelah pintu tertutup, kedua pemuda manis itu langsung bergegas ke ruang staff. Mereka menaruh tas di dalam loker dan mengambil baju seragam kerja yang tergantung di ruang itu. Dengan malas-malasan Ciel mulai membuka kancing gakuran-nya, satu per satu kancing itu di bukanya dan terpampang lah tubuh mungil itu dengan kaos putih yang masih melekat di tubuhnya. Begitu pula dengan Alois.

Setelah itu dilepasnya kaos tipis itu. Kemudian, ia beralih ke celana panjangnya. Saat mereka ingin melepas tali pinggang. Tiba-tiba saja..

SREEEKKKKKKK

Pintu terbuka, Ciel dan Alois yang setengah telanjang pun menoleh.

Dan..

"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AA!" Teriak duo mungil itu bersamaan ketika melihat dua orang pemuda yang tak asing di mata mereka.


Tentang cerita

Buat AKAB 49 itu pelesetannya AKB 48. Kalau soal cosplay café kalian bisa cari data lengkapnya via google karena untuk penjelasannya lumayan panjang sih (ga mungkin saya sempelin di fic ini). Jadi, kalau emang mau tau sejarahnya bisa buka wiki dan teman-temannya.

Terjemahan dialog

[1] "Okaerinasaimase, goshuujin-sama.." : "Selamat datang, (kembali) Tuan.."

[2] "T-tadaima.." : "Aku pulang.." tapi kalau dikonteks situasi di maid café atau sejenisnya bisa diartikan jadi. "Ya, terimakasih."

[3] "I-itte—" : dari kata itai yang artinya sakit, tapi di sini bisa jadi, "A-aduh.."

[4] "Daijoubu?" : "Tidak kenapa-kenapa kan?"

[5] "Se-sensei.. Bikkurishita.." : "Dok, Anda mengaggerkan saya."

[6] "Ara? Kakkoii-kun janai ka?" : "Wah? Kamu si tampan kan?"

[7] "Sonna ni.." : "Tidak terlalu.."


A/N

Yah saya balik lagi dengan fic baru tentang anak sekolahan yang part time, sebenarnya saya mau fokus sama fic yang udah terlanjur di publish, tapi apa daya ide datang silih berganti. Ide awal cerita ini datang ketika saya nonoton dorama switch girl seeason2.. tapi, dapat dipastikan jalan ceritanya beda (banget).. sebenernya saya malas nulis romance manis karena takut kena diabetes (?) Di sini saya nyempilin bahasa Jepang sedikit, tidak apa-apa kah?

Di chapter satu aja uda banyak yang saya bikin OOC, demo.. yoroshii desuka?

kritik dan sarannya, douzo~

And last Mind to Review?