Hallo, Guys! Aku kembali dengan FF-ku ini. Mian tapi kali ini aku bawanya XiuHan bukan HunHan lagi *ditabok HunHan shipper*. Tapi, di FF ini, akan ada HunHan juga kok. Tenang aja... Bisa dibilang slight HunHan .
Gak pake banyak bacot, CEK THIS OUT, GUYS!
.
.
Namja berjas putih dengan kemeja hitam itu masih sibuk dengan ponselnya seraya melangkahkan kakinya menuju ke suatu tempat yang tak asing lagi baginya. Tangannya dengan lihai memencet tombol-tombol huruf dan angka di layar ponsel android-nya. Ia benar-benar tertuju pada ponselnya itu tanpa menghiraukan beberapa orang yang telah ia tabrak selama ia berjalan.
From: Kkamjong
Kau di mana, Umin hyung? Aku sudah menunggu dari tadi! CEPAT DATANG KE SINI, UMIN HYUNG!
"Aish.. Mwoya?", desis namja itu dengan kesalnya.
To: Kkamjong
Aku sudah dekat! Tunggu sebentar! SABAR!
Namja itu pun memencet tulisan 'send'. Selesai membalas pesan singkat dari seseorang yang ber-nickname Kkamjong itu, namja itu segera meletakkan ponselnya ke dalam kantong celana panjang hitam yang ia gunakan.
Kini, namja itu sudah berada di depan cafe dengan tulisan 'Coffee Bean and Tea'. Dengan cepat, ia membuka pintu cafe tersebut dan tentu ia disambut oleh beberapa pegawai yang ada di sana namun dengan wajah dinginnya, namja itu hanya berjalan cepat menuju ke meja yang berada di pojok cafe dan telah dipenuhi 3 orang namja yang mungkin temannya atau entahlah...
"Oh, Umin hyung...", ucap seorang namja berambut blonde dengan wajah cool-nya atau lebih dikenal dengan nama Kris Wu.
Namja berjas putih itu, sebut saja Xiumin, langsung menjatuhkan dirinya di sofa empuk cafe itu. Ia langsung menghelas nafas dan menutup matanya dengan lengan kirinya, seakan ia terlihat sangat lelah.
"Sepertinya hyung sudah tahu alasan ayah hyung menyuruh hyung pulang cepat tadi malam, kan?", tanya namja berkulit tan yang duduk di samping Kris.
"Ck, jangan diungkit!", decak Xiumin kesal.
"Baiklah, kami akan diam sampai kau berbicara apa yang membuatmu bad mood.", ucap namja dengan kantung mata di sekitar matanya atau panggil saja Tao.
"Argh... Sialan!", gerutu Xiumin seraya mengacak-acak rambutnya.
"Sebenarnya kau...", ucapan Kris terputus ketika Kai dengan tidak sopan memasukkan kue isi coklat ke dalam mulut Kris.
"Sst...", desis Kai agar Kris diam.
"Kenapa harus dia, huh?", gerutu Xiumin dengan nada kesal dan tak percaya.
"Memangnya apa yang terjadi, huh?", bisik Tao pada Kai.
"Nanti hyung akan tahu sendiri...", bisik Kai singkat seraya menatapi betapa berantakannya pakaian dan rambut Xiumin sekarang.
"Kalian tahu apa yang terjadi semalam?", tanya Xiumin dengan nada masih tetap kesal dan frustasi. Sementara itu, Kris dan Tao menggeleng dengan wajah konyolnya sedangkan Kai mengangguk dengan seringaian andalannya.
"Aku tak perlu seringaianmu, Kkamjong! Aku tak akan terpesona oleh seringaimu itu.", kesal Xiumin seraya menoyor dahi Kai.
"Aku hanya berusaha tetap cool, Hyung.", ucap Kai membela dirinya seraya mengusap-usap dahinya yang ditoyor oleh namja dihadapannya yang tengah frustasi.
"Ok, apa ini perlu kujelaskan?", tanya Xiumin.
"Terserahmu, Hyung. Asal kau semakin tenang...", jawab Tao seraya meneguk cappuchino miliknya.
Flashback...
Xiumin baru saja keluar dari mobil BMW hitam kesayangannya yang ia parkirkan tepat di depan halaman rumahnya yang terlalu luas untuk dikatakan rumah.
"Tuan Kim menunggu anda di ruang kerjanya, Tuan Muda.", ucap pelayan pribadi Xiumin saat ia baru saja menginjakkan kakinya di teras rumahnya.
"Ah.. Benarkah? Kamsahamnida...", ucap Xiumin seraya tersenyum lalu memasuki rumahnya.
Begitu ia membuka pintu rumahnya yang tingginya 2 kali dirinya, belasan maid langsung menyambutnya dengan sopan. Ia hanya bisa tersenyum kecil dan membungkuk 90 derajat, berusaha tetap menghargai mereka walau hanya maid sekalipun. Kakinya pun kembali melangkah ke ruang kerja ayahnya di tingkat 2. Sampai di depan ruang kerja ayahnya, ia langsung mengetuk pintunya.
"Masuk, Min Seok ah...", ucap sang ayah yang ada di dalam ruang kerjanya.
Saat ia membuka pintu ruang kerja ayahnya, ia melihat sesosok namja yang tengah duduk di samping ibunya.
"Siapa namja itu?", pikir Xiumin penasaran.
Xiumin akui jika namja itu er... manis, termasuk dalam kategori tipenya tapi sayangnya dia namja. Ia langsung duduk di sofa tepat dihadapan namja misterius itu.
"Min Seok ah~, ini sekretaris pribadimu sekarang. Perkenalkan, namanya Xi Luhan.", jelas ibu Xiumin.
"Annyeonghaseo, Xi Luhan imnida. Sekarang saya sekretaris pribadi Tuan dan saya mohon bantuannya.", ucap namja misterius yang ternyata bernama Luhan seraya membungkukkan badannya 90 derajat sebagai tanda hormat pada Xiumin.
"Jangan terlalu formal padaku! Aku tidak biasa, Luhan ssi...", aku Xiumin seraya menggaruk lehernya yang tidak gatal. Jujur, ia sering kali gugup ketika menghadapi seseorang yang sangat formal padanya.
"Maaf, maafkan saya, Tuan Muda Kim...", sesal Luhan. Melihat tingkah konyol Luhan, ayah dan ibu Xiumin tak bisa menahan tawa mereka.
"Gwaenchanha, Luhan ssi... Tapi mungkin lain kali aku butuh waktu untuk bicara denganmu tentang hal-hal yang perlu kau tahu tentang aku.", ucap Xiumi dan duduk kembali.
"Luhan ssi...", panggil ayah Xiumin.
"Ne?"
"Kami butuh waktu berbicara dengan Xiumin, apa kau bisa menunggu di ruang kerja Min Seok sebentar?", jelas ayah Xiumin.
"Tentu, Tuan Kim. Saya akan menunggu di sana.", balas Luhan dengan sangat formal lalu pergi ke ruangan Xiumin.
"Min Seok ah.."
"Kenapa ayah mengganti sekretarisku lagi?", tanya Xiumin dengan nada mengintimidasi.
"Biarkan ayahmu bicara dulu, Min Seok ah...", ujar ibu Xiumin seraya tersenyum.
"Jujur, aku sangat gusar karena ayah sangat hobi mengganti-ganti sekretaris pribadiku, Ayah. Sebenarnya apa salah mereka?", tanya Xiumin dengan nada bingung dan setengah gusar.
"Itu bukan dari mereka namun darimu, Min Seok ah..", jawab ayah Xiumin dengan tenang.
"Maksudnya? Aku tak mengerti.", tanya Xiumin lagi.
"Kau tahu kalau ayah semakin tua dan tak sanggup mengurus perusahaan. Sekarang sudah saatnya kau mengambil alih jabatan ayah tapi sejauh ini, kau belum mempunyai calon pendamping hidup. Jadi, sejak awal, sebenarnya ayah berusaha membuatmu jatuh cinta dengan sekretarismu namun, sepertinya gagal. Jadi ayah putuskan untuk menjodohkanmu dengan Luhan.",
"APA?! LUHAN?! AYAH, JANGAN BERCANDA!", seru Xiumin yang tak terima dijodohkan dengan sekretarisnya itu.
"Itu sudah jadi keputusan ayah, Xiumin. Dua minggu lagi akan diadakan acara pertunanganmu dengan Luhan.", ucap ayah Xiumin.
"APA? DUA MINGGU LAGI?! AYAH!", teriak Xiumin semakin tak terima dengan semua keputusan ayahnya yang dianggapnya sangat konyol.
"Itu agar kau bisa mengambil alih perusahaan dan setelahnya, terserah bagaimana kau menjalani hubungan dengan Luhan. Tapi ayah harap, kau bisa bersama dengannya sampai kalian menikah. Kupikir, dia namja yang baik.", jelas ayah Xiumin lagi.
"Tapi, walaupun begitu, tetap saja aku bertunangan dengannya, Ayah. Bagaimana dengan teman-temanku? Aku masih terlalu muda, Ayah...", protes Xiumin lagi.
"Maaf, tapi ayah tak bisa berubah pikiran.", ucap ayah Xiumin dengan tegas.
Flashback End...
"Jadi 2 minggu lagi kau akan bertunangan?", tanya Kris memastikan.
"Iya. Ayahku bilang pertunangan ini agar aku bisa mengambil alih perusahaan. Setelahnya, terserah apa aku mau melanjutkan dengan namja itu atau tidak.", jelas Xiumin.
"Sebaiknya kau lanjutkan. Jika kau memutuskan pertunangan itu setelah kau mendapat perusahaan ayahmu, sama artinya kau mempermainkan namja hanya untuk harta dan perusahaan ayahmu.", komentar Kai diikuti anggukan yang lainnya.
"Benarkah? Seburuk itukah?", gumam Xiumin.
"Itu hanya menurut persepsi kami saja, Hyung. Semestinya hyung tahu apa yang terbaik untuk hyung.", timpal Tao.
"Apa Tuan Muda butuh bantuan saya?", tanya seorang namja manis yang berdiri di samping namja yang tengah duduk di kursi kerjanya.
"Kau itu sekretrisku bukan pelayanku, Luhan. Kenapa kau sangat formal hingga terlihat justru kau yang menjadi pelayanku?", tutur Xiumin dengan dinginnya.
"Maafkan saya, Tu..."
"Panggil aku Xiumin atau Min Seok atau siapalah yang penting jangan terlalu formal, Luhan.", Xiumin kembali bicara dengan dinginnya.
"Baik, Xiumin ssi...", ucap Luhan pada akhirnya.
"Bagus, sekarang kembalilah ke ruang kerjamu, Luhan. Aku akan menemuimu nanti jika aku ada keperluan denganmu.", suruh Xiumin dengan dingin.
"Ne, Xiumin ssi...", Luhan berjalan keluar dari ruangan Xiumin hingga hanya menyisakan Xiumin di ruangan itu.
"Apa aku terlalu keterlaluan pada namja itu?", gumam Xiumin.
.
.
TBC
Continue or delete? I need your review(s), Guys... Don't be silent readers! Don't bash and flame, Ok...
Gimana ceritanya? Pasti gak nyambung gitu, ya? Gak ngerti arahnya ke mana, ya? Jeongmal mianhae, ne... *bow & bbuing bbuing*. Next chapter rilis 1 smpe 2 minggu (tergantung review juga, ya). Kalau dikit em... entahlah, ditunggu aja, ne... BYE BYE!
