Naruto by Masashi Kihimoto
Minato's Way Of Life by Ichigomichiru
Genre: Romance, Family, Tragedy, Adventure, Maybe little humor
Warning: Newbie, Character death, Death fic, IC, Fanon, OC, Prefic, Angst, Bad ending, Maybe have little humor, Cartwright Syndrome, Novel-length.
Don't like don't read!
Otp : MinaKushi, FugaMiko
Sepasang tangan mungil menggapai gangang pintu dan menariknya. Sesosok tubuh terjatuh bersamaan dengan terbukanya pintu. Dia bisa melihat dan merasakan cairan merah pekat menghujani tubuhnya, termasuk wajahnya. Ia menoleh pada sosok yang terjatuh barusan. Sesosok wanita berambut panjang yang warna rambutnya telah bercampur dengan darah tergeletak di lautan darah, sebuah benda logam mengkilat dengan bentuk menyerupai ujung anak panah menancap di dahinya. Dan baru disadarinya ada seseorang lagi yang telah muncul di balik pintu. Pria yang juga berlumuran darah namun masih bernafas.
Kini dia berdiri gementar ketakutan menyaksikan si pria mencabut benda logam itu dari mayat wanita. Pria itu menoleh padanya dan mendekatinya, namun dia bergerak mundur menjauh. Pria itu menggerakan mulutnya, namun dia tak bisa mencernanya dalam ketakutan yang mengaliri sekujur tubuhnya. Punggungnya telah membentur dinding di belakangnya dan kini tidak ada tempat untuknya melarikan diri. Tidak! Jangan mendekat... Jangan mendekat... Batinnya dalam hati. Namun si pria telah berada tepat di depannya dan mengulurkan tangannya yang berlumuran darah padanya...
"TIDAKKKKK!" matanya terbelalak dan keringat bercucuran di wajah bocah pirang yang akan memasuki masa remajanya dalam waktu beberapa tahun lagi.
"Kau bermimpi buruk?" Terdengar suara seorang gadis yang terlihat tiga tahun jauh lebih tua darinya.
Gadis itu sangat cantik dengan rambut hitam terurai dengan indahnya sebahu.
"Yah kurang lebih begitulah, ngapain Nee-chan di kamarku?" Bocah pirang itu mengusap keringatnya dengan lengannya
"'Ngapain' kau bilang? Apa kau lupa hari ini hari apa?" Si gadis melipatkan kedua tangannya ke depan perutnya.
"Mana mungkin aku lupa, hari senin kan?"
"Yah benar bocah pintar, dan boleh aku tahu apa kegiatanmu hari ini?"
"Sikat gigi, mandi, sarapan terus..." Minato menggerakan telunjuknya sambil memutar bola matanya keatas. "Oh iya hari ini hari pertamaku sekolah!"
Minato cepat-cepat beranjak dari kasurnya dan pergi ke kamar mandi dengan terburu-buru. Mikoto menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. Belum pernah ia melihat anak itu sebegini semangatnya.
Yah, tentu saja, Minato Namikaze sangat bersemangat di pagi yang cerah ini. Hari ini hari pertamanya bersekolah di Asrama Ninja Konoha. Dia terlambat satu bulan masuk sekolah karena ada sedikit pertentangan dengan walinya. Namun karena dia tetap ngotot mau dimasukan ke asrama ninja, akhirnya walinya pun mengizinkannya dan mendaftarkannya.
Minato mengambil tasnya dengan sangat cepat dan segera berlari ke luar kamar.
"Hei, kau melupakan makananmu!"
Mikoto menghentikannya dan menyodorkan kotak bekal padanya. Minato mengambilnya dan memperlihatkan seringai khasnya."thanks Nee-chan."
Minato kembali berlari kali ini keluar dari rumahnya. Lagi-lagi Mikoto tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, matanya masih menatap kepergian si pirang.
"Hari pertama saja sudah telat, ditambah lagi tidak pamit padaku dulu. Gimana jadinya dia nanti?" Seorang pria dewasa tiba-tiba muncul dari belakangnya.
Pria yang berambut sama hitamnya dengannya dan berbola mata sama hitamnya dengannya.
"Sudah lah Paman, inikan hari pertamanya sekolah jadi wajar saja kalau dia gak terbiasa bangun pagi." Mikoto tersenyum pada pamannya.
"Yah daripada itu bukankah kau seharusnya juga pergi berlatih?"
"Oh iya! Aku lupa! Aku siap-siap dulu ya Paman!" Kali ini justru Mikoto yang berlari terburu-buru mengambil tasnya dan pamannya justru yang menggeleng-geleng kepala.
"Namaku Minato namikaze, salam kenal." kata Minato di hadapan anak-anak yang duduk rapih di belakang meja dan memandanginya.
"Baiklah Minato sebelum kau duduk, aku ingin tahu apa alasanmu mau menjadi ninja? Aku rasa teman-teman mu juga ingin mengetahuinya." kata seorang guru yang berdiri di sampingnya.
Orang itu menggunakan ikat kepala dengan logam perak berlambang seperti pusaran lingkaran dengan paruh lancip di kirinya menempel pada kainnya.
"Menjadi hokage keempat." jawabnya singkat sambil melihat kearah jendela.
Di luar jendela terlihat pemandangan 3 wajah besar yang terpahat pada dinding tanah yang letakya cukup jauh dari sekolahnya.
"Cita-cita yang bagus baiklah kau boleh duduk." kata sang guru.
"Arigatou gozaimasu." Minato membungkukan kepalanya dan segera menempati salah satu bangku kosong di barisan ke dua.
"Baiklah anak-anak seperti yang telah diumumkan sebelumnya hari ini kita akan melakukan test tertulis jadi siapkan alat-alat tulis kalian dan taruh buku di loker kalian." kata sang guru tiba-tiba.
"Sensei, bagaimana dengan Minato? Dia kan baru masuk. Masa langsung dikasih ulangan?" Seorang anak laki-laki berambut agak panjang dan dikuncir kuda tiba-tiba bertanya, Minato memiringkan kepalanya sedikit kebelakang dan memperlihatkan senyuman yang sangat khas sekali denngannya: senyuman manis dengan tatapan yang sedikit terlihat meremehkan namun ramah. Anak laki-laki itu sedikit bergidik menyaksikan ini.
"Tidak masalah, aku sudah belajar sedikit di rumah." kali ini senyuman telah berubah menjadi senyuman superpolos.
"Oh, eh begitu." anak laki-laki itu masih dalam kebingungan tidak mempercayai perubahan mimik yang super instant.
"Yah aku rasa tidak masalah, jangan terlalu dipikirkan Minato lagi pula ulangan ini hanya untuk mengetahui sampai dimana pengetahuanmu." Kata Sensei sambil membagikan kertas ulangan.
Minato tersenyum menanggapinya dan langsung melihat kertas terlalu sulit, pikirnya. Dia telah mempelajari sebagian besar materinya dan beberapa soal hanya butuh penggabungan logika dan pemikiran yang rasional.
Telah empat jam waktu berlalu untuk mengerjakan soal ulangan dan bel istirahat telah berdering. Anak-anak lain sudah mulai berlarian keluar kelas, beberapa berkumpul dan mengobrol bersama teman-teman yang lainnya. Minato sama sekali tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya. Ia masih sibuk membaca buku-buku pelajaran barunya.
"Hei, anak baru masih sibuk baca buku aja, apa kau ragu dengan jawabanmu?" anak laki-laki yang tadi bertanya pada senseinya tiba-tiba mendatanginya bersama dengan dua orang temannya. ketiganya sama-sama memiliki rambut panjang, yang membedakan mereka adalah bentuk dan warna rambut mereka dan tentu saja tampang mereka. Minato melihat mereka sekilas, tersenyum sedikit dan kembali pada kegiatannya
"Namaku Shikaku Nara, ini Inoichi dan ini Hizashi." anak yang bernama Shikaku itu secara bergantian menunjuk temannya. Minato kembali memperhatikan mereka.
"Hai." katanya singkat dan dia kembali pada kegiatannya sebelumnya
Krik... Krik... Krik...
"APAA KATAMUUUU?! Hanya segitu tanggapanmu? Padahal kami ingin mengajakmu berteman BOCAH ANEEEH!" anak laki-laki berambut putih panjang sebahu dan dikuncir butut kuda itu mengacungkan telunjuknya kepada Minato dengan raut muka syok.
"Oh, hai senang berkenalan dengan kalian," Minato tersenyum ramah pada mereka dan sepersekian detik kemudian, dia telah kembali memandangi bukunya.
SIIING (semuanya terdiam)
"APA-APAAN SIKAP MU ITU? Mana ada orang yang.." Sebelum Inoichi menyelesaikan kalimatnya. Shikaku telah menyumpal mulutnya dengan apel -apelnya dari mana?-. Inoichi menjadi tersedak karenanya.
"Hei apa-apaan kau SHIKAKU?!" Mata Inoichi telah membentuk sudut lancip, memandang marah temannya.
"Mau gimana lagi, kau banyak omomg sih." Shikaku memperlihatkan senyuman menyindirnya.
"Cih." Inoichi memalingkan wajahnya dari tatapan temannya. Beberapa anak-anak yang lain yang menyaksikan kejadian ini terkikik geli.
"Kelihatannya kau anak yang sulit dia ajak bicara ya.." Bocah laki-laki berbolamata ungu keputihan yang terlihat seperti orang buta mendekatinya. Kata-kata ini membuat Minato akhirnya menghentikan kegiatannya.
"Maaf, tapi aku tidak bisa diganggu saat sedang serius." Minato tersenyum lembut. Inoichi tidak tahu harus bersikap seperti apa, haruskah ia marah atau senang dengan sikap lembut namun dingin milik Minato. Orang aneh! Pikirnya.
"Oh lagi belajar, mau kami bantu?" Hizashi mendekatinya. Dan melihat buku apa yang dipelajarinya.
"Haaaah? Kau sudah membaca buku seperti ini?" Hizashi terbelalak menatap buku itu lalu menatap Minato dengan heran.
"Hei, buku apa yang dia baca? Jangan bilang itu buku porno yang sampulnya sengaja diganti supaya tidak ketahuan sensei." Inoichi ikut mendekati Minato dan melihat isi buku itu.
"Eh ini kan buku untuk ninja tingkat menengah ke atas, aku rasa kau terlalu cepat untuk mempelajari teknik ninja semacam itu." Shikaku yang juga penasaran juga ikut mendekatinya dan melihat bukunya."Daripada membaca buku yang sulit dimengerti. Mendingan kau ikut kami main, soalnya kami kekurangan pemain nih." Shikaku menarik paksa Minato dari kursinya dibantu dengan Hizashi "Yuk!"
"Eh! Hey,hey!"
Minato tidak bisa menolak ajakan teman-teman barunya. Dia akhirnya mengikuti mereka keluar kelas. Ia melihat beberapa anak berkumpul di tengah lapangan dan ketiga temannya membawanya ke arah tempat sekelompok anak itu itu berkumpul.
"Hei teman-teman, ada yang mau gabung main sama kita nih." Shikaku mengangkat tangannya yang masih memegang tangan Minato. Segerombolan bocah itu kini menatap kearah mereka. Melihat tangan Minato yang juga ikut terangkat ke atas dan melambai-lambai karena tangan Shikaku.
"Hey! Kau kan anak baru itu! Boleh kami kenalan?" salah seorang di antara mereka maju mendekatinya.
"Eh! Yaa... tentu.." kataya sedikit malu karena diperhatikan oleh anak-anak lain disekitarnya.
Melihat reaksi Minato yang bisa dikatakan terlihat sangat manis, gadis-gadis di sekitarnya mendadak histeris. Bentuk hati berwarna pink menghiasi mata mereka.
"GYAAA! MANIS SEKALI!" teriak gadis-gadis yang melihat ekspresi Minato barusan. Cowok ini kelewat manis! Pikir anak-anak laki-laki lainnya.
Kini Minato dikelilingi anak-anak yang ingin mengetahui tentang dirinya –terutama anak-anak perempuan-
"Apa kau berasal dari negara lain? Rasanya aku belum pernah mendengar ada klan ninja bermarga Namikaze di negara api." tanya seorang temannya yang berambut coklat.
"Ngghh.. aku cuman berasal dari keluarga biasa. Orangtuaku hanya orang-orang biasa, bukan seorang ninja."
"Haaa? Kau berasal dari keluarga biasa? Jangan-jangan kau sama sekali tidak memiliki kemampuan khusus yang harusnya dimiliki semua ninja!"
"Yah, begitulah." Minato menghela nafas. Kepalanya menunduk kebawah. Entah megapa kenyataan itu menyakiti hatinya.
"Hei! Kalian para cowok benar-benar tidak punya perasaan ya!" Salah satu anak perempuan memukul kepala anak laki-laki berambut coklat tadi.
"Kau yang ga punya perasaan, sakit tahu!" anak itu mengusap-usap rambut coklatnya.
"Itu karena kau tidak bisa menjaga mulutmu! Ah! Minato, jangan dipikirkan kata-katanya barusan, dia memang menyebalkan."
"Tidak masalah. wajarkan kalau orang ingin tahu sesuatu dan menanyakannya?" ya memang begitu kenyataannya, dia memang tak memiliki bakat ataupun kemampuan spesial yang bisa menuntunnya menjadi seorang ninja.
"Eh.. ya.. kau benar." gadis itu tergagap, pipinya telah memerah. Sikap dan kata-kata Minato barusan terdengar sangat dewasa dan cool. Hal yang membuat para gadis kecil di sekelilingnya makin tergila-gila dengannya.
TENG... TENG... TENG
Suara bel masuk pun berbunyi. Anak-anak yang tadi ramai membentuk sebuah kerumunan dengan Minato yang termasuk di dalamnya segera kembali kekelas bersamaan. Namun sebelum salah satu dari mereka menginjakkan kakinya kedalam kelas, sensei mereka telah menunggu di depan pintu.
"Anak-anak kali ini kalian tidak akan masuk kelas karena test daya tahan tubuh dan kecepatan. Tentunya kalian semua tahu kalau yang aku maksud adalah test lari cepat. Sekarang semuanya berbaris dan kita pergi ke lapangan!"
Mereka segera melakukan apa yang diperintah sensei mereka. Satu-persatu anak diabsen dan mereka dibariskan menurut nomor absennya dan dipisah antara barisan laki-laki dan perempuan. Barisan laki-laki lebih dulu berlari dan barisan perempuan yang baru akan mendapat giliran berlari sesudahnya menonton peluit telah dibunyikan dan anak-anak laki-laki mulai berlari mulai dari garis star. Awalnya Minato sedikit tertinggal namun perlahan-lahan kecepatannya bertambah, bertambah dan terus bertambah hingga dia telah berada di garis paling depan dan semakin jauh dari teman-temannya. Lagi-lagi para gadis kembali histeris menyaksikan Minato yang telah lebih dulu sampai di garis finish. Minato membungkukan badannya tanda bahwa ia sudah cukup kelelahan. Nafasnya seikit terengah-engah.
"1 menit 13 detik, aku rasa ini rekor terbaru kita, kau berlari dengan sangat cepat." senseinya mengomentarinya.
"GYAAA! DIA BENAR-BENAR COOL."
Lama-lama Minato menjadi terbiasa mendengar kehisterisan gadis-gadis itu. Namun dia tidak begitu mempedulikannya.
Satu-persatu temannya sudah menyusulnya ke garis finish. Dan tentu saja seperti juga dirinya mereka juga terengah-engah dan keringat bercucuran di wajah mereka. Setelah itu giliran anak perempuan yang berlari. Dan setelah semua gadis telah mencapai garis finish mereka pun diperbolehkan mengambil tasnya dan pulang.
"Hei lihat gadis yang berdiri dibawah pohon itu, cantik sekali ya." Minato mendengar temannya mengobrol saat dia berusaha menutup resliting tasnya.
"Rasanya aku pernah melihat dia, oh iya dia teman kakakku. Kata kakakku yang baru lulus bulan lalu dia memang anak cewek paling cantik di sekolah ini, yah tentunya sebelum dia lulus. hehehe, aku rasa nii-chan naksir dia," kata anak lain "kalau tidak salah dia dari klan Uchiha."
Mendengar kata-kata terakhir anak itu, Minato pun menenggadah. Dia telah berhasil menutup resleting tasnya dan kini melihat ke arah yang sama dilihat oleh anak-anak yang berbicara tadi. Di bawah pohon memang ada seorang gadis cantik berambut hitam panjang. Gadis itu sepertinya menyadari tatapannya dan tersenyum sambil melambai-lambaikan tangannya. mengira gadis cantik itu melambai pada mereka, anak-anak itu balas melambai. Mikoto menjadi sedikit bingung. Dia kan melambai pada minato kenapa malah orang lain yang membalas lambaiannya.
"Hai Minato gimana sekolahmu?" tanya Mikoto menghampiri minato. Anak-anak yang tadi membicarakan Mikoto terlihat sedikit malu karena telah salah kira Mikoto melambai pada mereka dan merekapun berlalu begitu saja.
"Cukup meyenangkan. Nee-chan kenapa ada disini?"
"Kenapa katamu? Tentu saja aku kesini untuk menjemputmu."
"Tapikan, aku bukan anak kecil lagi. Jadi tidak perlu dijemput."
"Huuuh inikah ucapan terima kasihmu setelah aku bersusah payah menjemputmu?" Mikoto memanyunkan bibirnya. Minato tersenyum melihatnya.
"Makanya, kalau memang susah yasudah ga usah menjemputku."
"Sudahlah, ga ada gunanya juga berdebat dengan mu, yuk pulang!" Mikoto menarik tangan Minato.
Hari sudah sore, tidak disangka waktu berjalan dengan sangat cepat. Rasanya baru tadi pagi dia menginjakan kaki di sekolah dan sekarang sudah waktunya untuk pulang.
Ke dua anak itu berjalan menyusuri taman sambil sibuk bercerita. Diantara klan Uchiha, Minato memang sangat dekat sekali dengan gadis Uchiha ini. Baginya dia sudah seperti saudara kandungnya. Begitu juga sebaliknya. Minato masih ingat ketika saat dimana pada akhirnya Mikoto dapat menguasai sharingan*. Gadis itu mengajaknya kedalam ruang rahasia bawah tanah Uchiha. Seharusnya dia tidak boleh memasuki ruangan itu. Biarpun ia tinggal bersama Uchiha namun dia sama sekali bukan Uchiha. Dan mereka ketahuan telah menyusup ke ruang rahasia itu. Mikoto lah yang membelanya habis-habisan saat dia diinterogasi oleh paman dan ayah Mikoto.
Hari sudah semakin malam. Minato berbaring di kamarnya tapi matanya masih terbuka lebar. Ia sedang menunggu para Uchiha tertidur, dan pergi berlatih diam-diam ke hutan yang terdekat dengan rumahnya.
Syaat
kling kling kling
tak tak tak
suara kunai** yang meluncur kearahnya, ditangkis dengan dua kunai ditangannya dan kembali dilempar ke berbagai arah pusat sasaran tembak yang ditempel pada pohon-pohon tinggi secara tidak beraturan. Bentuk sasaran tembak itu seperti lingkarang kecil dengan warna belang merah-putih menghiasi permuakaannya yang dijadikan sebagai tempat menancapnya kunai-kunai itu. Sebuah gerakan yang sangat rumit yang bahkan ninja kelas menengah keatas tidak mampu melakukannya. Hampir seluruh kunai meluncur tepat di lingkaran merah ada beberapa yang sedikit meleset ke bagian lingkaran yan mendekati pusat lingkaran.
Syat
"Ukh!" salah satu kunai yang tanpa disadarinya meluncur dari belakangnya menyayat lengannya. Darah mengucur dari lengannya.
'Sial aku lupa kalau masih ada satu lagi,' gerutunya dalam hati."masih jauh sekali dari sempurna."
nafasnya terengah-engah, keringat telah bercucuran di sekujur tubuhnya. Dia sudah sangat kelelahan, namun ia tidak mau berhenti begitu saja.
Sekali lagi! Aku harus bisa! Tekadnya. Dia mencabut kunai-kunai dari lingkaran sasaran tembak berwarna belang merah dan putih itu dengan lingkaran merah kecil sebagi pusatnya. Dia menahan sebagian besar kunai dengan karet penahan yang ujung-ujungnya dikaitkan ke dahan pohon dan menyelipkan sisanya di sela-sela jarinya.
Minato kembali ke tempatnya semula. Menyilangkan kedua tangannya dengan delapan kunai yang terimpit di antara jari-jari kedua tangannya mengacung ke atas. Dia melakukan lompatan dan melakukan sedikit perputaran di udara, membuat rambut pirangnya yang sedikit lebih panjang dibagian depan telinga berkibar mengenai pipinya dan poninya yang hampir semata terurai kesamping berlawanan dengan arah gerakannya. Lalu ia melempar kunai-kunai di tangannya ke berbagai arah dan kunai-kunai itu telah meluncur tepat ke arah sasaran. Kunai-kunai lain yang karena penyangganya telah dipotong oleh kedelapan kunai tersebut, melucur dari berbagai arah mengepung Minato.
Minato kembali menangkisnya dan membelokkan arah kunai-kunai itu kearah sasaran tembak. Kali ini Minato tidak melupakan salah satu kunai yang sengaja diatur agar tidak muncul berbarengan dengan kunai lain. Tepat saat kunai itu meluncur dari belakangnya, Minato membungkukan badannya membuat kunai meluncur dengan mulus di pusat sasaran meskipun begitu dia masih belum puas melihat hasilnya. Beberapa kunai tadi menggores tubuhnya dan tentu saja luka di sekujur tubuhnya makin banyak.
Sekalilagi!, sekali lagi!, lagi, dan lagi! Hal yang sama dilakukannya berulang-ulang sampai akhirnya fajar pun datang. Saat semburat kemerahan muncul dari sela-sela pepohonan saat itu Minato menghentikan kegiatannya. Dia tahu kalau dia tidak pulang saat itu juga, orang yang menjadi orangtua asuhnya dan Mikoto yang selalu ikut campur urusannya pasti akan mencarinya dan melihat luka-luka disekujur tubuhnya.
Biasanya setelah berlatih dia akan tidur di kamarnya -alasan utama kenapa di hari pertamanya sekolah ia nyaris telat- namun kini sehubungan dia harus sekolah, mau tidak mau dia harus menghentikan kebiasaan itu.
Setelah menyelinap ke kamarnya lewat jendela, ia langsung pergi kekamar mandi. Beruntung di rumah itu setiap kamar punya kamar mandi sendiri termasuk kamarnya, jadi dia masih bisa menghindari kemungkinan bertemu dengan orang-orang rumah dan melihat tubuhnya yang penuh luka. Setelah membersihkan luka-lukanya dan menutupinya dengan baju kaus hitam dan jaket tebal putih. Kini Minato telah kembali terlihat seperti biasa, seperti sosok anak pada umumnya.
Suara derak pintu terbuka tiba-tiba terdengar. Seorang laki-laki berambut hitam dengan mata hitam yang tajam muncul di baliknya.
"Oh kau sudah bangun? Aku baru saja mau membangunkan mu, tidak biasanya kau bangun sepagi ini." katanya sambil memasuki kamar Minato. Orang inilah yang membawa Minato masuk kedalam rumah Uchiha dan mengurusinya.
"Kemarin aku nyaris telat, jadi sekarang aku gamau telat lagi paman." Minato memperlihatkan senyuman khasnya.
"Baguslah kalau begitu, bagaimana hari pertamamu di sekolah?"
"Sangat menyenangkan, aku dapat banyak teman disana." Minato memperlihatkan mimik polosnya.
"Begitu? Awalnya memang mudah tapi kesananya nanti akan menjadi semakin sulit terutama untuk anak yang tidak memiliki kemampuan khusus ninja sepertimu, mungkin ini akan menjadi sangat sulit kelak," kata-kata ini menghantamnya begitu keras ,"Kau boleh berhenti jika kau tidak sanggup." lanjutnya.
"Aku... tidak akan berhenti, aku memang tidak punya kemampuan apapun. Tapi aku tidak akan berhenti." katanya tegas. Nyala api terpancar di matanya.
"Yah baiklah, aku beharap kau memegang kata-katamu barusan," orang itu menghela nafas, "Sebaiknya kau makan dulu sebelum berangkat sekolah, ayo! Kakakku sudah menyiapkan sarapan pagi." pria itu berbalik memunggunginya dan berjalan keluar kamarnya, Minato mengikutinya dari belakang.
"Ini adalah hasil dari ulangan kalian kemarin dan akan dibagikan oleh teman kalian yang mendapat nilai tertinggi."
Sensei menggenggam setumpukan kertas di tangannya.
"MINATO NAMIKAZE! Selamat kau mendapatkan nilai sempurna ayo maju kedepan!" Sensei mengucapkan namanya dengan bersemangat dan tersenyum padanya. Minato mengikuti perintah gurunya.
"Lihatlah teman kalian yang satu ini! Baru kemarin dia belajar bersama kita namun sekarang dia mendapatkan nilai tertinggi, dia pasti sudah belajar dengan tekun sebelumnya. Kalian harus mencontohnya." Sensei memegang pundak Minato sambil membanggakannya di hadapan teman-temannya yang lain. "Baiklah sekarang kau bagikan kertas hasil ulangan ini pada teman-temanmu yang lainnya."
Minato mengangguk pelan dan mulai berjalan kesetiap meja, membagikan lembaran perlembaran kertas ke setiap meja dan terakhir dia menatap hasil ulangannya, angka 100 berwarna merah tertera di bagian ujungnya. Minato tersenyum lebar. Sepulang sekolah nanti dia akan menunjukannya pada walinya untuk membuktikan dia mampu untuk menjadi ninja.
"Setelah ini akan ada ujian praktek, aku harap kalian telah mempersiapkan diri kalian masing-masing." Kata sang sensei saat bel istirahat berbunyi. Begitu Sensei telah meninggalkan kelas. Murid-muridnya pun mulai berhamburan meninggalkan tempat duduknya.
"Kau hebat sekali bisa dapat nilai sebagus itu, aku telah meremehkanmu. Kau pasti sangat pintar, nilaimu mengalahkan nilai ku." kata Hizashi yang duduk di sampingnya sambil mendongkak melihat hasil ujiannya.
"Kelihatannya aku juga terlalu meremehkanmu, hehehe senjata makan tuan nih." kata Shikaku yang ikut nimbrung.
"Aku tidak percaya! Kau pasti mencontek!" kata Inoichi dengan tatapan menyelidik. Minato terkikik geli mendengar pendapat ini.
"Hei apa ada yang lucu?" mata Inoichi menatapnya makin tajam.
"Eh! Ah..ya.. bagaimana aku bisa mencontek? Aku kan baru masuk waktu itu, jadi gak kenal siapa-siapa. kalian orang pertama yang aku kenal lagian tempat duduk kalian kan kemarin jauh sekali dengan tempat duduk ku." lagi-lagi Minato memperlihat kan senyuman polosya.
"Kau menanyakan pertanyaan yang aneh Inoichi, dan itu kedengaran sangat lucu." sindir Shikaku. Hizashi tersenyum geli melihat sahabatnya.
"Oh hentikan!" wajah Inoichi pun memerah seketika.
"Apa kau sudah siap mengikuti ujian praktek? Mau ikut berlatih bersama kami?" tanya Shikaku.
"Boleh! Dimana?" untuk pertama kalinya nada bicaranya terdengar sangat bersemangat oleh teman-temannya. Rasanya aneh mendengarkan anak yang kemarin bersikap dingin dan acuh tak acuh pada mereka kini terlihat sangat bersemangat meladeni mereka.
"Tentu saja di ruang latihan sekolah memangnya dimana lagi?" Kata Hizashi. Ia telah beranjak dari tempat duduknya dan berjalan kearah pintu diikuti teman-temannya.
"Ayo! Kau lama sekali!" desah Inoichi.
Minato segera membereskan barangnya yang masih tergeletak di meja dan menyusul teman-temannya.
Mereka menuju ke ruangan besar berlantaikan kayu. Ada banyak benda berbentuk lingkaran dengan garis-garis melingkar belang merah-putih menghiasinya dan lingkaran merah kecil sebagai pusatnya. Benda yang sama persis yang digunakan Minato semalam itu ditempelkan pada penyangga yang terbuat dari kayu, ada beberapa yang di tempelkan sejajar vertikal di dinding. Beberapa pasang tiang-tiang disusun berjejeran dan ada beberapa bantalan yang biasanya digunakan berlatih tinju tergantung pada tali-tali rantai.
Beberapa siswa lain telah berlatih lebih dulu disana. Ada juga siswa yang jauh lebih tua dari mereka berlatih disana.
"Tuh ada tempat yang ga dipakai," Inoichi menunjuk ke salah satu ujung ruagan. "Kita berlatih disana saja." katanya sambil berjalan mendahului teman-temannya. Teman-temannya mengikutinya di belakangnya.
"Benda apa itu?" Minato menunjuk ke benda berbentuk tabung aneh yang tergantung di langit-langit dan ada beberapa yang disangga oleh tiang besi menghadap ke bawah.
Benda yang kelihatannya terbuat dari logam itu memiliki banyak lubang dipermukaanya dan di tengahnya ada lubang berwarna merah yang dikelilingi lubang-kubang gelap lainnya.
"Oh itu, itu mesin penembak kunai. Kau bisa menembakkan beberapa kunai sekaligus dengan benda itu. Dipakai buat berlatih pertahanan diri untuk menghindari kunai-kunai yang ditembakkan musuh." jelas Hizashi.
"Bolehkah kita mengunakannya?"
"Tentu saja boleh, tempat ini kan untuk berlatih siswa jadi semua barang-barang disini boleh digunakan oleh semua murid disini. Kita baru bisa belajar teknik pertahanan diri kalau sudah kelas dua dan tiga, jadi abaikan aja benda itu." jawab Shikaku sambil mengambil kunai berbentuk bintang dari kotak besar berisikan setumpukan kunai-kunai yang tidak terlalu tajam, namun cukup tajam untuk menusuk dan menancap di tempat sasaran.
"Bagaimana cara kerjanya?" tanya Minato dengan ketertarikan yang sangat besar terlihat jelas di matanya.
"Kau cuma perlu memasukan kunai kedalam mesin terus menyiapkan satu kunai untuk di lemparkan ke lubang merah di tengah itu. Kalau lubang di tengah sudah ditancapkan kunai otomatis mesinya melepaskan kunai-kunai di dalamnya. Tapi Shikaku kan sudah bilang tadi, kau tidak perlu memperhatikan itu dulu." Kata Inoichi sambil berlalu.
"Kelihatannya kau sangat tertarik," kata Hizashi tiba-tiba. Ia bisa melihat ketertarikan yang sangat besar dari mata Minato yang terus menatap benda itu. Minato hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari benda itu. "Tapi kita harus latihan untuk menembakkan kunai dulu. Kita baru bisa mengunakannya kalau sudah naik kelas dua."
Hizashi mencoba membuat Minato mengalihkan perhatiannya dari mesin penembak kunai itu. Namun Minato tetap sibuk melihatnya.
"Hei! Kau mau berlatih atau melihat-lihat sih?" bentak Inoichi menyadarkan Minato tujuan mereka mengajaknya kemari.
"Eh! Ah gomennasai.." Minato akhirnya mengalihkan pandangannya dari mesin penembak kunai tersebut.
"Yah baiklah sekarang giliranmu Inoichi." kata Shikaku telah menembakkan kunai lebih dulu.
Shikaku telah menembakan lima kunai berbentuk bintang kecil pada lima titik sasaran tembak ada satu kunai yang jatuh ke pusat sasaran, dua kunai menancap di garis warna putih yang mengelilingi pusat lingkaran, dan dua kunai yang berada di garis merah yang lebih besar yang mengelilingi warna putih.
"Huh hanya segitu kemampuanmu? Lihat baik-baik ya!" Inoichi melemparkan lima kunai dengan bentuk yang sama ke lima pusat sasaran tembak.
"Apanya yang mau dilihat? Lemparanmu malah jauh lebih buruk dibandingkan aku." Komentar Shikaku. Kunai yang dilempar Inoichi hanya ada satu yang 'nyaris' mendekati titik pusat. dua yang lainnya berada di garis merah yang mengelilingi garis putih, satu kunai berada tepat di bawah sasaran tembak dan satu lagi malah mengenai dinding.
"Giliranku!" Hizashi mengambil kunai dan melemparkannya dengan gayanya sendiri.
"Wow! Kau hebat Hizashi" komentar Inoichi.
Hizashi melempar empat kunai tepat di pusat lingkaran merah dan hanya satu kunai yang sedikit melenceng namun bisa dikatakan berada di antara lingkaran merah kecil dan garis tersenyum kecil.
"Sekarang giliranmu!" dia berbalik menatap minato.
"Tunjukan kemampuanmu yang sebenarnya ya!" Shikaku memukul bahu Minato dengan tinju kecilnya.
Minato mengambil kunai dari kotak besar itu, namun dia tidak hanya mengambil 5 tapi lebih dari sepuluh.
Teman-temannya heran melihatnya. "Hei ngapain kau ambil sebanyak itu? Kita cuman butuh 5 kunai buat ujian praktek. 5 kunai cukup." Inoichi lagi-lagi menatap Minato dengan tajam
"Aku mau mencoba menggunakan mesin penembak itu." kata Minato santai.
"Lebih baik jangan coba-coba! Kita belum belajar sampai sejauh itu. Lagian kita perlu berlatih untuk menembakkan kunai kesasaran tembak. Bukan melindungi diri." Hizashi mengingat kan Minato.
"Yah aku akan menembakan semua kunai ke pusat sasaran tembak dengan benda itu." Minato tidak menghiraukan peringatan dari Hizashi. Dia sudah membuka benda berbentuk tabung itu dan memasukan kunai-kunai kedalamnya. Setelah menutup kembali mesin penembak kunai itu, dia kembali mengambil kuna-kunai dan dimasukan kedalam benda berlapis logam itu
"Haaa? Yang benar saja! Mana bisa kau melemparkan kunai sebanyak itu waktu lagi melindungi diri dari kunai-kunai yang menyerangmu!" Inoichi melotot pada Minato.
"Ya, Inoichi benar, selain itu kalau mau menembakkan kunai sebanyak itu kau kan harus menembakkannya ke seluruh ruangan." Shikaku memberikan pemikiran yang logis. Minato memperlihatkan seringai yang pernah diperlihatkan pada Shikaku pada saat mereka pertama kali bertemu. Seringai yang membuat Shikaku sedikit bergidik.
"Yah, kau memang benar dan itu lah tujuanku." Minato berbicara dengan penuh keyakinan.
"Hei! Apa kau sudah gila?!" mata Shikaku juga terbelalak kaget. Tidak bisa mempercayai apa yang akan dilakukan teman barunya.
"Kau akan mati jika tidak bisa menangkis semua kunai itu," mata Hizashi yang terlihat seperti mata orang buta menatap mata biru Minato dengan tajam. "dan kalau tembakanmu meleset kau bisa melukai semua orang yang ada disini."
"Aku sudah tahu itu." Lagi-lagi dia berkata dengan sangat tenangnya.
Teman-temannya kini sudah kehabisan kata-kata untuk menghentikan pemikiran –yang mereka anggap- gila Minato.
Minato pergi menjauhi teman-temannya ketengah ruangan. Membuat ketiga temannya semakin tidak bisa mempercayai apa yang mereka lihat.
"Kau benar-benar sudah gila ya? Melempar kunai dengan jarak sejauh itu?!" teriak Inoichi.
Minato sama sekali tidak mempedulikan teriakan Inoichi barusan. Kini dia telah berdiri di tengah ruangan tempat empat mesin penembak kunai mengarah padanya empat kunai telah diimpitkan di sela-sela jari di kedua tangannya. Ia melakukan gerakannya yang dilakukannya semalam. Menyilang kedua tangannya hingga ke kunai-kunai itu berada di samping pipinya dan menghadap keatas, lalu melompat setinggi yang dia bisa dengan gerakan berputar di udara dan melemparkan kunai-kunai itu tepat pada sasarannya.
Begitu kakinya mengijak tanah kembali dengan ringannya. Kunai-kunai telah meluncur kearahnya. Orang-orang dalam ruang latihan itu telah menghentikan kegiatannya dan menyingkir ke pinggir ruangan karena kaget menyaksikan tembakan beruntun kunai ke tengah ruangan. Mereka semua ternganga melihat bocah kecil pirang yang menangkis kunai-kunai itu dengan sangat lihainya dan membuat kunai-kunai itu terlempar ke pusat sasaran tembak.
"Wow... cool!" Inoichi tidak bisa mempercayai apa yang telah dia lihat. Sama seperti orang-orang yang ada dalam ruangan itu, ia pun terpaku menyaksikan pertunjukan spektakuler ini.
Namun pertunjukan itu hanya berlangsung singkat. Beberapa saat kemudian salah satu kunai berhasil menggores lengan Minato. Minato masih berusaha menangkis setiap kunai yang datang mengarah padanya tapi dia tidak pernah menduga semakin lama kunai ditembakan semakin cepat. Sedikit demi sedikit kunai berhasil menggores tubuhnya namun ia tetap berusaha menangkisnya. Sampai akhirnya...
Sebuah kunai melukai pergelangan kakinya. Membuatnya jatuh terduduk. Namun dia masih tetap berusaha menangkisnya dan mengarahkan arah kunai yang ditangkisnya. Kini kengerian terpancar di wajah semua anak yang berada di ruangan itu. Tapi tidak ada seorangpun yang berani menyelamatkannya dari serangan kunai-kunai itu.
Minato sudah kehabisan tenaga namun masih tersisa beberapa kunai lagi yang mengarah padanya. saat dia akan menangkis 5 kunai terakhir tiba-tiba saja pandangannya buram, kepalanya pusing. Dia sudah sangat kelelahan dan tidak mampu lagi mengangkat tangannya untuk menangkis kunai yang terakhir. Dia bisa melihat kunai-kunai itu mengarah kepadanya dan dalam sepersekian detik kemudian...
"MINATO!" hanya teriakan histeris teman-temannya yang bisa didengarnya sebelum dia merasakan tubuhnya terkapar di lantai dan di sekelilingnya menjadi gelap gulita.
TBC
*sharingan(dibaca 'sharin-gan' bukan 'saringan' yang buat nyaring teh): salah satu jutsu spesial Uchiha yang terdapat pada matanya
**kunai: senjata ninja ada banyak bentuk, mulai dari bintang, spiral dan kayak anak panah dll. minato menciptakan sendiri kunai spesialnya.
Gomen na sai: maaf kan aku.
nee-chan: panggilan untuk kakak perempuan.
Sensei: guru.
Hai para fanfic readers, terima kasih ya sudah mau membaca fanfic saya. Ini adalah karya fanfic saya yang pertama lho... jadi mohon maklum yah kalau ada banyak kekurangan.
Oh ya pasti pada bingung ya kenapa Minato tinggal dirumah keluarga Uchiha dan kenapa orang tua asuhnya menganggap dia tidak akan mampu menjadi seorang ninja. Mengenai hal-hal yang saya sebutkan diatas ceritanya sangat panjang sekali dan akan saya bahas di chapter-chapter selanjutnya, bersamaan dengan kisah cintanya dengan Kusina dan perjuangannya untuk mendapat gelar hokage keempat.
Hehehehe ini baru prolog lhooo –ingat hanya prolog!- jadi yang mau tau kisah selanjutnya silahkan baca chapter-chapter berikutnya.
Chapter-chapter selanjutnya mungkin akan saya update tiap 1x seminggu
-syukur-syukur kalau bisa lebih dari 1 chapter-
Sehubungan saya ini masih sangat newbie jadi tolong saran dan masukannya ya...
Arigatou gozaimasu... ^-^
