Simpanan Palsu

Burung hantu berbunyi di sebuah basement hotel bintang 7, alias hotel bintang 5+2, dua tambahannya adalah bintang tambahan di kepala si owl yang cekat-cekot, pusing memikirkan ulah orang yang berada dalam mobil lamborgini murci'lago yang baru saja diparkir. Tiada gempa, tiada musik dangdut, mobil itu bergoyang, dari hanya getaran ringan lama-lama akhirnya goyang caesar.

Ajussi di dalam mobil itu menjilat liurnya yang hampir menetes di bibir, matanya seterang mata owl yang hendak menerkam tikus di depannya, mangsa di depan ajussi itu mengkerutkan badan dan membuang muka, enggan disentuh pria tua yang telah menenggak sebotol obat kuat yang dibelinya di toko obat china. "Sonsengnim sudah janji akan menyewakanku suite room, aku tidak mau melakukannya di sini"

"Kita pemanasan dulu saja, sambil menunggu asistenku mengantarkan dompetku, kita bermain-main sebentar"pria itu mngendurkan ikatan sabuknya lalu membuka retsleting celananya lalu terjulurlah mahluk yang serupa mangsa burung hantu yang lain, kemudian ajussi itu meraih tangan pemuda di depannya, lalu membimbing tangan pemuda tadi agar membelai-belai ular kesayangannya.

Pemuda yang diajaknya itu memicingkan mata, tak sanggup ia melihat hutan lebat habitat ular guru kesayangannya. Sejurus kemudian si tua itu tampak memonyongkan bibirnya, mendekatkan wajahnya ke pemuda tadi.

Dengan refleks pemuda tadi mengelak, "Saya tidak mau anda cium kecuali, anda sudah sikat gigi, ingat tadi anda makan semur jengkol!" pemuda itu mundur ke belakang, dia melepaskan tangannya dari si ular pendek, lalu menutup hidungnya dengan tangan yang telah memegang ular tadi. Tiba-tiba pemuda itu merasa mual, di perutnya seolah ada kupu-kupu menari, dia tidak tahan dengan bau ular milik gurunya yang ternyata tidak pernah dimandikan, hanya dilap dengan tisu saja setelah dipakai, maka bisa dibayangkan bangkai tikus pun akan tercium jauh lebih wangi dibandingkan perabotan si profesor, tak mampu mengendalikan diri, pemuda tadi mengeluarkan isi perutnya ke jok kulit luxurius lamborgini yang masih kredit itu.

"Ya! Keluar! Ajussi itu hendak membuka pintu mobil untuk si pemuda, namun tiba-tiba ponselnya berdiring, "Suamiku, tadi asistenmu datang dan mengambil dompetmu, jadi kamu menyetir tanpa membawa sim?" Ujar suara wanita diseberang sana ingin tahu.

"ne, aku lupa, kira-kira sudah berapa lama Asisten Choi berangkat, kenapa dia belum sampai juga?" ucap profesor dengan was-was, ia takut istrinya bertanya macam-macam dengan asistennya lalu merusak malam bahagianya.

"Oh tenang saja, sebentar lagi sampai, kita sudah dapat tiket parkirnya" suara ajumma cantik terdengar riang. Sementara bola mata lawan bicaranya hampir keluar dari kelopaknya. Asistennya datang bersama Istrinya! Pasti istrinya telah mengintrogasi asistennya lalu memaksa ikut, kenapa, kenapa dompet itu bisa di tangan istrinya? Padahal dompet itu tertinggal di kantor, dan ia tahu istrinya arisan sampai sore, lalu ada jadwal perawatan wajah. Aha! Ternyata itu sebabnya, si professor lupa memberi jatah perawatan wajah, pantas, istrinya mendatangi kantornya.

Seketika nampak dari belakang mobil goyang itu disorot, mobil audi dari belakang mendekati, sinarnya amat terik menyilaukan, dengan tergesa-gesa profesor mencium kening pemuda yang setengah mabuk tadi lalu membisikkan dengan lembut, "Sayang lain kali ya, aku janji lain waktu aku tidak lupa bawa dompet, sekarang keluarlah pelan-pelan merunduk, lalu jalanlah seolah tak terjadi apa-apa, aku akan mentransfermu setelah masalah dengan nenek tua itu beres" dia membukakan pintu untuk pemuda yang kini nampak lemas itu.

Burung hantu tak lagi mengeluarkan suara saat melihat mangsa, itu sudah hukum alam, begitu pula saat ia melihat ular pendek yang terlihat saat lamborgini itu terbuka, melihat ular menegang dengan sigap ia menyambar mangsa dengan paruhnya yang kokoh.

Suara jeritan memilukan terdengar seantero gedung, pemuda itu melihat dengan mata kepala sendiri kebrutalan alam liar, namun apa daya dia harus menjauh agar bisa survive dan melanjutkan hidupnya, maka dia abaikan jeritan menyayat hati kekasihnya.

Lelaki itu berteriak kesakitan atau kekagetan, berusaha mencari benda yang, dapat mengusir burung yang ternyata ingin main oral dengan ularnya, tak menemukan benda yang dapat memukul burung ganjen itu, malah tanganya kini berlumur sisa muntahan kekasihnya. Napasnya memburu. Yang dipikirkannya sekarang adalah keselamatan perabotannya, ia tak mau disunat lagi, dia berusaha menarik ularnya dari paruh burung hantu yang kini mulai meremasnya dengan kuat, menjadikannya kesakitan tak terkira. Tangannya yang terkena bekas muntahan tadi ternyata menarik perhatian si burung hantu, burung gaje ini mulai menikmati cairan yang agak solid dan memuakkan itu.

Ajumma di mobil audi itu lega saat melihat yang keluar dari mobil lamborgini adalah sosok pria, mungkin hanya mengantar relasi dari luar kota menginap di hotel, pikirnya. Saat mendengar teriakan suaminya tadi, beliau langsung berlari, cuaca hatinya seketika berubah saat mendapati suaminya terlentang di jok dengan penis berdarah, tangan dan jok penuh dengan bau menjijikan yang berasal dari lambung seseorang. Keadaan ini sulit dijelaskan, apalagi burung itu telah pergi.

"A...aaku, aku mabuk dan...e...o.. orang itu berusaha merampokku" Laki-laki paruh baya terbata..bata, sambil menunjukkan bekas muntahan.

"merampok orang yang tidak membawa dompet? kenapa tidak membawa kabur mobil lamborgini ini?!" ujar perempuan itu sengit.

"Dia maniak kaya raya, karena itu dia memperkosaku" si Ajussi dengan lirih beralibi, lalu memicingkan mata, menahan nyeri.

Asisten Choi meneliti tangan tuannya yang penuh bekas kekerasan, "Nyonya, saya tadi melihat burung hantu, bekas lengan anda juga cakaran burungkan Tuan?

Tuan Lee demikian nama ahjussi itu hanya mengangguk dia tak mampu lagi bicara.

"Aku tak lihat burung hantu, yang aku lihat burungmu! Yang aku tahu seseorang keluar dari mobilnya, kemudian kamu menjerit, dan sudah jadi begini" Istri tuan Lee menghela napas sambil mengingat-ingat, benarkah ada burung hantu yang berperan dalam drama ini?

Lama dia berpikir merenung, sambil menikmati suaminya yang meringis kesakitan, kapan lagi dia bisa menikmati ini, biasanya dialah yang jadi korban saditis suaminya, karena sifat suaminya yang kasar dan brutallah mereka jarang bercinta.

Jangan-jangan kali ini suaminya jadi masochistis dan bermain single, untuk memenuhi kebutuhan pribadinya itu. Bermain sigle tidak mungkin separah ini, lagi pula jeda waktunya sangat sedikit antara pintu terbuka dan jeritan suaminya, mungkinkah pria itulah yang mengerjai suaminya?

Prihatin dengan keadaan tuan Lee, Asisten Choi segera memanggil ambulan, lalu dia berinisiatif melepas jaketnya dan ditutupinya si ular bengkak. Asisten choi ini sangat setia, namun jangan salah kadang dia juga menghayal, kenapa harus pria lain yang membelai junior tuan lee, kenapa bukan dia yang berada di pangkuannya, kenapa bukan dia yang menari pool dance untuknya, apakah tuan Lee tidak suka bulu di dadanya? Kenapa bukan dia pilihan Mr lee Soman

Saat Asisten Choi tersenyum lembut ke arah suaminya, Istri lee soman, Nyonya Kim heechul yang dari tadi merengut kesal, sudah membuat keputusan, "Ayo ke rumah sakit, lakukan visum, kalau sampai ada buktinya, kariermu pasti akan tamat!"

"Asisten Choi, kamu urus ini semua, ganti cover jok mobilnya, tidak usah yang mahal-mahal nanti dimuntahi lagi, Aku harus melanjutkan kegiatan perawatan kecantikanku hari ini, gara-gara ulahnya keriputku muncul lagi" Nyonya Lee menggigit bibir penuh kehawatiran saat bercermin di spion mobil menemukan kerutan halus di dahinya.