My 'Lil Mermaid

Cast:Kim Jaejoong (21 years)

Jung Yunho (22 years)

Choi Sooyoung as Kim Sooyoung (Jae's sist, 17 years)

Karam D-NA (21 years)

Summary:Terinspirasi dari kisah putri duyung. Dimana Yunho jatuh cinta pada penolongnya yang mempunyai suara emas,Kim Jaejoong, namun siapa sangka kalau Yunho salah mengira dan mengira Karam sebagai penolongnya?#author bosen Ahra

Genre:Romance

Chapter:1/5

Warning:yaoi

Disc:This story is MINE ^^

Fabia Kim

Waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam dan saat ini hujan deras mengguyur kota Seoul, sesekali diiringi suara petir yang menggelegar, belum lagi diiringi angin yang bertiup kencang, meniupkan dedaunan dan beberapa sampah kota. Seorang namja cantik dengan kulit seputih porselen dengan poni yang dikuncir ke atas (cute ,) yang tengah berdiri di halte bus melangkah mundur beberapa langkah ke belakang, menghindari dirinya dari terpaan angin dan juga derasnya hujan. Dipeluknya gitar kesayangannya, temannya paling berharga yang selalu setia menemaninya menyanyi di sebuah café bernama Bolero Café demi menafkahi dirinya dan adiknya. Sesekali bibir cherry lips itu mengerucut kesal mendapati hujan didepannya tak kunjung reda. Ditambah lagi tak ada satu pun bus yang melintas meski jalanan sangat ramai oleh kendaraan lain yang melintas. Kim Jaejoong,namja tersebut melihat ke arloji kulitnya yang telah usang yang telah menunjukkan jam empat sore. Huh! Ingin sekali rasanya Jaejoong cepat-cepat pulang dan beristirahat setelah seharian ini lelah menyanyi di Bolero Café.

Merasa usahanya sia-sia dan mengomel tak jelas hanya akan membuang tenaganya saja, Jaejoong memilih mendudukkan dirinya di salah satu kursi halte bus yang paling dekat dengan jendela. Disandarkannya kepalanya ke kaca halte bus yang telah berembun akibat hujan sambil sesekali bernyanyi tak jelas.

Disaat doe eyesnya hampir saja tertutup akibat pengaruh rasa kantuk, tiba-tiba saja terdengar suara hantaman yang sangat keras, membuat doe eyes itu terbuka saat itu juga saking kagetnya. Belum hilang kekagetan Jaejoong akibat suara hantaman tadi, kini dia kembali dikagetkan oleh orang-orang yang tiba-tiba saja berlari ke seberang jalan.

"Ajhummonim, ada apa?" ujar Jaejoong pada seorang ajhumma yang terlihat bangkit dari tempat duduknya dan pergi ke seberang jalan.

"Ah, itu, ada kecelakaan. Tadi aku lihat ada mobil menabrak seorang pengendara motor" ujar ajhumma tadi.

Sebagai mantan petugas palang merah, jiwa kemanusiaan Jaejoong merasa terpanggil begitu mendengar kata 'kecelakaan'. Memang sih sebelum ini dia belum pernah menangani korban kecelakaan sebelumnya tapi entah kenapa Jaejoong sangat ingin sekali menolong orang itu.

Tanpa pikir panjang, Jaejoong segera berlari kea rah kerumunan, mengabaikan omelan beberapa pengguna jalan akibat dirinya yang menyeberang tanpa lihat-lihat jalanan.

Dengan susah payah, Jaejoong menerobos kerumunan itu. Belum lagi dengan gitar bawaannya yang cukup besar yang beberapa kali menyenggol orang dan membuat orang lain melontarkan kekesalannya akibat ulah Jaejoong.

Namun diabaikannya omelan tak jelas orang-orang yang menjadi korban kecerobohannya itu dan memilih langsung menolong si korban kecelakaan yang kepalanya sudah berlumuran darah dan helmnya terlepas tak jauh darinya.

"Ya! Berhenti bertengkar! Cepat panggilkan bantuan!" bentak Jaejoong pada dua orang pria yang tengah bertengkar tak jelas. Salah satu dari pria tersebut sepertinya merupakan si pelaku yang menabrak si pengendara motor karena buktinya dari tadi dia terlihat terus menerus menyangkal dan mengatakan kalau bukan dia yang menabraknya. "YA! Berhenti bertengkar kubilang! Dan salah satu dari kalian, panggilkan ambulans sebelum dia mati kehabisan darah dan juga polisi untuk mengurus kasus ini!" bentak Jaejoong saking kesalnya karena tak ada satu pun yang menuruti perintahnya padahal sudah jelas-jelas kalau orang didepan mereka ini mengeluarkan darah yang begitu banyak dari kepalanya.

"S-se-sekarang?" ujar seorang wanita bertubuh pendek yang memegang handphonenya dengan tangan gemetaran.

"Kau pikir kapan lagi, bodoh?!" teriak Jaejoong saking kesalnya. Dia tak habis pikir, bisa-bisanya yeoja didepannya itu bertanya hal yang tak penting disaat suasana gawat begini. Sementara menunggu ambulans yang dipanggil oleh yeoja tadi, Jaejoong memangku kepala pria didepannya yang tak berhenti mengucurkan darah. Sesekali Jaejoong mengecek nadi pria itu, memastikan kalau orang didepannya itu tetap hidup sampai bantuan datang. "Bertahanlah, bertahanlah. Kumohon jangan meninggal, kumohon Tuhan selamatkan dia" gumam Jaejoong pelan sembari memeluk tubuh pria itu erat-erat. "Ya! Kumohon jangan meninggal, kumohon!" ujar Jaejoong panic setengah mati ketika menyadari nadi pria didepannya yang semakin lama semakin melemah sementara ambulans sama sekali tak terlihat tanda-tanda kedatangannya sama sekali. "Ya! Panggilkan ambulans sekali lagi! Cepat! Kondisinya kritis!" teriak Jaejoong pada sembarang orang yang ada disana. Dan tanpa disuruh untuk yang kedua kalinya, kini beberapa orang terlihat sibuk menghubungi nomor darurat atau pun rumah sakit terdekat untuk meminta pertolongan.

"Ya! Jangan mati, bodoh! Bertahanlah….hiks….sebentar lagi ambulans datang….hiks" ujar Jaejoong sembari menepuk-nepuk pelan pria didepannya, berharap agar pria didepannya tetap tersadar. Jujur saja, entah mengapa saat ini Jaejoong ketakutan sekali jika nyawa pria didepannya ini melayang. Bahkan kenal saja tidak. Simpati mungkin? Tapi bukankah ini sedikit berlebihan untuk dibilang simpati?

Entah sejak kapan, kini kerumunan terlihat mulai terbelah menjadi dua, seolah memberi jalan pada seseorang yang tengah lewat. Dan benar saja, karena tak lama setelah itu terlihat dua oran tenaga medis berjalan dengan cepatnya membawa sebuah tandu. Saat itu juga, ketika mereka mengangkut pria tadi ke tandunya dan membawanya ke atas ambulans, tanpa disadari kaki Jaejoong bergerak begitu saja mengikuti langkah mereka ke dalam ambulans.

XoXoXoXo

Dua jam telah berlalu sejak pria yang Jaejoong tolong tadi dipindahkan ke ruang perawatan kelas A. Jung Yunho, itulah nama pria itu. Pria tampan yang telah ditolong Jaejoong.

Dan disinilah Jaejoong berada, di kamar perawatan Jung Yunho. Menjaga Yunho sembari menunggu kedatangan keluarga Yunho. Dari informasi yang Jaejoong dapat dari polisi, keluarga Yunho sedang dalam perjalanan pulang dari Taiwan. Jadi, sebelum keluarga Yunho datang, Jaejoong disuruh menjaga Yunho dulu.

Perlahan, suara indah yang keluar dari cherry lips itu mengalun pelan dengan nada-nada indahnya, diiringi dengan petikan gitar dari si penyanyinya langsung, membuat ruangan yang tadinya sunyi kini menjadi sedikit lebih hidup dan terasa damai. Dan tanpa Jaejoong sadari…..

XoXoXoXo

Disini….diruangan yang serba putih yang tak diketahui keberadaannya, terlihat seorang namja yang tengah duduk bersandar di sebuah bangku taman. Matanya terpejam, seolah menikmati semilir angin sore yang tak tampak yang berhembus pelan. Tapi bukan itu intinya. Kalian salah jika mengira namja itu tengah memejamkan matanya dan menikmati suasana damai yang ada. Karena kenyataannya, namja itu tengah tertidur. Ya….tertidur, tidur panjang yang tak tau sudah dimulai sejak kapan dan kapan tidur panjang itu akan berakhir. Singkatnya, nyawa dan raga namja itu tidak berada disatu tempat yang sama. Dan yang kalian lihat saat ini adalah nyawa namja itu.

Gairoju wo matterukohaku no leaf kaze ni sarawarete yuku
Sukoshi kogoeteiru chiisana kata sotto uwagi wo kaketa

Namun tiba-tiba saja sebuah suara yang halus nan indah, mengalun pelan, diiringi petikan gitar, seolah mengusik namja tampan tadi dari tidur panjangnya, ah –ani, daripada mengusik mungkin lebih tepatnya membangunkan namja tadi.

Perlahan namun pasti, kelopak mata namja tampan tadi terbuka, memperlihatkan sepasang mata musang tajam berwarna cokelat.

Kimi no yasashii koe kimi no mujaki na kao
Marude hidamari no you dakara

Suara itu–suara itu terdengar lagi, batin namja yang baru saja bangun dari tidurnya. Dia menengok kesana kemari, mencari-cari si pemilik suara malaikat yang telah berani membangunkannya dari tidurnya. Namun sejauh mata memandang, dia tak menemukan siapa pun kecuali ruangan kosong berwarna putih tempatnya berada sekarang. Mungkinkah itu hanya mimpi? Tapi kenapa semua itu terasa begitu nyata?, batin pemuda tadi sembari duduk terdiam, seolah meresapi kembali kejadian yang baru saja menghampirinya.

Itsumademo mamoritai yo boku no ude no naka de

Shiroi toiki kasaneawase nagara

Afuredasu kono omoi wo ima kimi ni sosoide

Yawaraka na (toki) wo kokoro kanjita

Suara itu lagi,bati Yunho. Bahkan suara ini semakin lama terdengar semakin indah dan membuat hatinya terasa damai. Dan kali ini Yunho tak mau tinggal diam, ia ingin tau siapa pemilik suara malaikat itu. Bisa dibilang, Yunho telah jatuh cinta dengan pemilik suara itu meski tak tau siapa pemiliknya.

Dilangkahkannya kakinya menelusuri ruangan putih tanpa batas itu dan langkahnya berhenti ketika didepannya terlihat sesosok namja yang terlihat begitu bersinar yang tengah duduk memunggungi Yunho. Tak salah lagi, itu pastilah orang yang menyanyikan lagu tadi, batin Yunho mengingat taka da siapa pun yang ada disana selain mereka berdua.

Perlahan Yunho memberanikan diri mendekati malaikatnya, malaikat nakal yang telah berani membangunkannya dari tidurnya. Diulurkannya tangannya untuk meraih pundak namja itu.

DEG…..DEG…..DEG…..DEG…..

Aigooo….kenapa jantungku berdetak tak karuan seperti ini?, batin Yunho. Padahal menyentuh malaiakatnya saja belum tapi jantungnya sudah berdetak tak karuan. Tinggal beberapa centimeter lagi, tangan kekar itu menyentuh pundaknya…. Namun saat tangan Yunho hendak meraih pundak malaikatnya tiba-tiba saja sosok itu menghilang seketika.

Yunho membelalakkan matanya tak percaya. Kekecewaan yang teramat sangat menyelimutinya. Aigooo….bagaimana mungkin semuanya terjadi begitu saja?

Dan kini tinggallah seorang Jung Yunho, berdiri sendirian di tengah ruangan tanpa batas, memandangi tangannya seperti orang bodoh, yah tepatnya meratapi nasib.

XoXoXoXo

Tepat pada saat Jaejoong membuka mulutnya, bersiap melanjutkan nyanyiannya, handphonenya bordering. Mau tak mau, konsentrasi namja cantik itu buyar seketika.

Dirogohnya tas usangnya, dan setelah menemukan handphonenya dilihatnya nama si pemanggil. Kim Sooyoung. Adiknya. Cepat-cepat ia beranjak dari ruangan itu sebelum bunyi handphonenya semakin keras dan mengganggu istirahat Yunho.

Jaejoong menekan tombol hijau di handphonenya, "Yeobose–"

"Oppa! Kenapa kau belum pulang juga?" belum juga Jaejoong mengucapkan salam tapi adiknya diseberang sana sudah main serobot saja.

"Wae, Sooyoung-ah?" ujar Jaejoong ketika ia sudah berada diluar ruangan.

"Oppa, dimana kau sekarang? Kenapa belum pulang juga? Aku takut sendirian di rumah. Aku takut rumah kita kemalingan lagi seperti waktu itu" ujar Sooyoung cepat. Sepertinya gadis cilik itu masih trauma akibat kejadian yang menimpanya 5 tahun yang lalu, yang membuatnya hampir saja kehilangan nyawa jika Jaejoong tidak cepat datang dan ia sendirian di rumah. Dan kira-kira seperti inilah situasi yang terjadi saat itu.

Jaejoong menolehkan kepalanya kesana kemari, mencari jam dinding atau apapun itu yang bisa menjadi petunjuk waktu di lorong rumah sakit ini, mengingat jamnya langsung mati karena terkena air hujan. Pukul 10.15 malam waktu setempat. Jaejoong sampai tak sadar kalau sudah selarut ini.

"Oppa, apa kau masih ada urusan diluar? Kalau kau masih lama, aku akan meminta Yoona menginap disini dan menemaniku" ujar Sooyoung ketika kakaknya itu diam saja, tak menjawab pertanyaannya padahal dirinya sudah ketakutan setengah mati. Dan Sooyoung bukanlah anak yang manja yang ingin ditemani terus-menerus oleh kakaknya, jadi meski ia ketakutan setengah mati ia berusaha menyembunyikannya dari Jaejoong dan berusaha agar tidak menyulitkan kakaknya.

Jaejoong menatap kasur tempat Yunho berbaring dari kaca transparan yang terpasang di daun pintu. Pikirannya terbagi antara harus pulang dan menemani adiknya yang ketakutan atau memilih disini, menjaga Yunho. Dua-duanya sama-sama sulit bagi Jaejoong. Entah mengapa dia terlalu takut untuk meninggalkan Yunho disini, dia takut terjadi apa-apa dengan Yunho. Padahal mereka sama sekali tidak saling mengenal. Tapi Jaejoong juga tidak bisa meninggalkan adiknya begitu saja. Meski kelihatannya dari luar Sooyoung itu pemberani dan mandiri tapi sebenarnya adiknya itu penakut.

"Oppa?" ujar Sooyoung yang seolah menyadarkan Jaejoong dari lamunannya.

"Ah, oppa pulang sekarang. Kau jangan takut, arrachi?" ujar Jaejoong cepat-cepat. Bagaimana pun, ia harus memprioritaskan adiknya. Hanya Sooyoung yang ia punya setelah ayah mereka meninggal 7 tahun yang lalu. Dan ibunya? Jaejoong tak tau kemana ibunya pergi. Ibunya telah pergi meninggalkan mereka saat Jaejoong baru berumur 7 tahun dan Sooyoung baru berusia dua tahun.

"Nde, oppa" ujar Sooyoung sebelum memutuskan teleponnya.

Jaejoong memasukkan kembali handphonenya ke dalam tas dan memilih pergi dari sana secepatnya. Toh juga dia tidak perlu khawatir, ada banyak perawat dan dokter yang akan memantau Yunho disini dan sebentar lagi keluarganya akan segera datang. Jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan. Dan sebelum Jaejoong pergi dari sana, ia menolehkan kepalanya ke belakang, memandang Yunho yang tengah tertidur diranjang sambil berujar, "Semoga cepat sembuh, Jung Yunho".

XoXoXoXo

Tak lama setelah kepergian Jaejoong, Yunho sadar dari komanya. Diedarkannya pandangannya kesana kemari, mencari sosok seseorang namja bersuara malaikat, malaikat penolongnya. Namun tak ada siapa-siapa diruangan itu kecuali dirinya sendiri. Ah, mungkinkah itu hanya mimpi? Tapi kenapa mimpi itu begitu nyata?, pikir Yunho.

Tanpa sengaja, tangannya yang terbebas dari infus menyentuh sebuah benda diranjang, tepat ditepian ranjang kanannya. Gantungan handphone gajah pink?, batin Yunho sembari mengamati benda mungil itu lekat-lekat. Yang jelas, ini bukan miliknya. Ah, mungkinkah ini milik pasien sebelumnya?, batin Yunho masih memandangi gantungan kunci itu. Tapi jelas itu tidak mungkin mengingat ruangan ini langsung dibersihkan begitu ada pasien yang keluar. Jadi tidak mungkin milik pasien sebelumnya. Mungkinkah ini miliknya?, batin Yunho lagi.

"Ah, Yunho. Kau sudah bangun?" ujar yang entah sejak kapan sudah berada disana. Sontak Yunho langsung menyembunyikan gantungan handphone itu dibawah selimutnya.

"Eomma, darimana? Dan kapan datang?" ujar Yunho lirih. Sepertinya saking penasarannya dengan malaikat penolongnya dia sampai lupa keberadaan ibunya yang sudah datang sejak sepuluh menit tadi.

"Baru saja. Eomma dari toilet" ujar yang kini berjalan menghampiri putranya. "Apa kau baik-baik saja?" ujar .

Yunho mengerjapkan matanya bingung.

"Ah, tadi kata suster yang merawatmu keadaanmu sudah sangat parah waktu dibawa kemari. Beruntunglah ada namja cantik yang menyelamatkanmu. Kalau tidak kau pasti sudah mati. Aish! Sudah berapa kali eomma bilang agar tidak usah naik sepeda motor, eoh? Dasar bandel" cerocos panjang lebar tanpa memerhatikan anaknya yang sudah berada didunianya sendiri.

Namja cantik?,pikir Yunho. Apa gantungan gajah tadi milik namja cantik itu? Apa berarti namja cantik itu malaikatku yang bersuara emas?, lanjut Yunho dalam hatinya, mulai memikirkan berbagai kemungkinan yang ada. "Eomma, siapa?" Tanya Yunho ambigu.

Kini giliran yang memandang Yunho bingung. Apanya yang siapa?, pikir yeoja cantik itu. Apa anaknya mengalami amnesia atau gangguan lain setelah kecelakaan tadi.

"Siapa namja cantik itu" jelas Yunho melihat raut kebingungan ibunya.

Ibunya mengedikkan bahunya. "Entahlah. Suster itu tidak memberitahu namanya. Eomma kira itu malah kekasihmu" ujar .

Yunho hanya tertawa renyah mendengar kata-kata eommanya. Kekasih. Yang benar saja. Tau nama dan wajahnya saja tidak. Ah, tapi kalau bisa, sepertinya Yunho ingin menemukan namja cantik itu, malaikatnya yang telah menolongnya dan membangunkannya dari koma berkat suara emasnya.

TBC

New story from me xD. Habis nonton Guilty Crown, angstnya kerasa banget terus bikin ff ini saia jadi ngerasa bersalah entah karena apa.

Oke, minta reviewnya ya readersdeul, Found You chap 5 in progress ini TT^TT

Doain saya melek yah? xD

Mind to RnR? No kacang ya!

Sign

Fabia Kim