Hai, halo! 8"D
The name's Revantio Van Cario, you can call me Revan or Reva or whatever nicknames you'd like to. Salam kenal semuanya! Ini fanfik pertama di fandom TKRB dan isinya drable-drable delusional gaje (lol) Ini sebenernya idenya terinspirasi dari dojin TKRB yang waktu itu kebetulan lewat di tumblr hahahahaha
Well, hope you enjoy this!
.
.
.
Touken Ranbu by Nitroplus/DMM
Rainbow by RVC
Warn: No Homo—only slight hints, maybe. Possibly OOCs. Typos. Humor garing dan cerita ngaco (yha).
Footnote: Male!Saniwa, biasa dipanggil sebagai 'saniwa' atau 'aruji' atau 'master.' An 18 y.o boy with messy black hair and yellowish-brown eyes. I'll leave the face to your imagination (wink)
.
.
.
Shopping
"Hasebe, temenin belanja," si saniwa menarik salah satu coretbabucoret pedang kesayangannya, Heshikiri Hasebe. Sementara yang ditarik mau protes tapi ragu karena aktivitas ladangnya terganggu. Mana mungkin Hasebe protes pada tuannya, kan?
"Nih," pemuda yang akrab disapa 'aruji' itu memberikan sebuah kertas kecil—yang ternyata berisi daftar (belanjaankah?) saat manik Hasebe melihat kertas tersebut.
Marshmellow 2 kardus [1 kardus] (Tsurumaru—edit by hensum saniwa)
Permen Kapas (Hotarumaru)
Permen Apel (Aizen)
Cake Strawberry (Kashuu)
Shampo suns*lk (Tarou/Jirou)
Burung bangau (Tsuru) [GA ADA YANG JUAL!]
Cake cokelat (Namazu)
Kue mochi (Toushirous)
Wine (Jirou) [MAHAL OY]
Itu baru seperempat list dan Hasebe menatap sang master, bingung.
"Aruji,"
"Ya?"
"Ini mau belanja apa mau jajan?"
"Entah ya, hayati juga nggak paham."
"…."
.
Waiting
"Seb, tunggu disini sebentar, dong." Manik Hasebe melirik sang master di sebelahnya dan mendapati pemuda bersurai hitam itu tengah tersenyum lebar—atau nyengir, bahasa gaulnya, kepadanya. " Aku mau ke toko mochi sebentar. Jangan kemana-mana, ya."
Hasebe mengangguk, terdiam di depan etalase toko kimono tradisional sementara melihat punggung sang saniwa menjauhinya perlahan. Maniknya tetap mengikuti pungung itu sampai hilang saat berbelok masuk ke dalam sebuah jalan kecil, sebelum kedua manik itu menatap langit biru di atas sana. Iya, dia juga sadar kok banyak orang yang lewat memandangnya kaget—atau bahkan biasa saja. Aruji pernah bilang kalau sebagian besar orang biasa melihatnya sebagai pedang, bukan manusia. Mungkin melihat sebuah pedang bersandar di etalase toko itu aneh, ya.
Hasebe tidak ingat sudah berapa lama ia berdiri, dan sejak kapan hujan mulai turun, tapi ia mulai khawatir dengan keadaan tuannya saat ini dan apakah ia akan kembali atau apakah ia ditinggalkan dan dibuang begitu saja—
Tangannya dikepal. Ia tidk boleh memiliki pikiran buruk pada tuannya sendiri.
.
Forget
"Aruji,"
Taroutachi mendatangi tuannya yang saat ini sedang leha-leha, duduk makan kue mochi ditemani teh hangat, menikmati hujan bersama para Toushirous di teras Citadel.
"Hmm?"
"Apa Aruji melihat Hasebe-san? Aku tidak melihatnya sejak siang tadi."
"…"
Si Aruji terdiam, sebelum pelan-pelan ia menaruh tehnya kembali ke atas meja diikuti tatapan heran para Toushirous. Pemuda bersurai hitam legam itu lalu mengambil sebuah payung di ruang tamu, dan memakai sendalnya, siap melangkah keluar.
"Eh, Aruji mau kemana?" Tanya Midare, bingung sekaligus penasaran.
"Mau jemput Hasebe."
?!
.
Relief
Hasebe mendengar suara langkah kaki yang terbentur genangan air di tengah hujan dan melihat Tuannya, sang saniwa, yang berjalan gontai dengan hanya mengenakan Yukata tipis di tengah hujan. Ia membawa payung berwarna biru tua bermotif bunga sakura, dan Hasebe membelalakkan maniknya terkejut. Bagian kaki dan yukata bawahnya basah, seperti sedikit bagian di punggungnya.
Sang saniwa berhenti sejenak di depan Hasebe, mengatur napas sementara manik cokelat-kekuningan miliknya menatap lurus ke dalam manik milik salah satu Uchigatana favoritnya itu.
"Seharusnya tadi kau pulang duluan, Hasebe."
"Tentu saja tidak bisa."
Sang saniwa mengernyit bingung dan Hasebe tersenyum padanya.
"Aruji menyuruhku untuk menunggu, kan? Maka aku akan menunggu, selama mungkin, bahkan mungkin selama-lamanya, asalkan Aruji kembali pada akhirnya."
Kedua manik milik sang saniwa membelalak, selama beberapa detik, sebelum kedua manik itu menyipit dan menatap si Uchigatana curiga.
"Hasebe, kau nggak homo, kan?"
"…"
.
Shopping (2)
"Kenapa, Sayo?"
Ia berhenti sejenak untuk melihat Sayo Samonji menatapnya dengan muram (seperti biasanya) padanya. Ada apaan, nih? Biasanya kalau Tantou atau Wakizashi diajakin belanja pasti seneng. Contohnya Imanotsurugi yang langsung hyper lari kesana-kemari dan lihat ini-itu. Bahkan Tsurumaru aja seneng, kok, diajak belanja.
"Kau mau menjualku?"
Hening.
"Apa kau punya masalah ekonomi sehingga membawaku kemari untuk menjualku?"
Saniwa itu terdiam sejenak. Ia lalu tengok ke kanan dan ke kiri, seolah mencari sesuatu, lalu berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Sayo yang terkejut. Bungsu Samonji itu berpikir mungkin tuannya sedang mencari sebuah toko senjata terlebih dahulu atau mungkin tuannya itu memang meninggalkannya di tengah jalan begini dan membiarkannya diambil oleh orang.
Sayo Samonji sedikit menunduk, manik birunya menatap lurus ke tanah. Mungkin, mungkin, memang nasibnya tidak akan pernah berubah—selalu menjadi senjata yang dibuang oleh tuannya.
Tapi lalu ia merasakan tepukan di atas kepalanya, dan saat ia mendongak, ia melihat sang master yang menyodorkan kue dango yang ditusuk pada stik kayu. Kedua manik biru itu membelalak, sebelum ia mengambil kue dango itu.
"Kalau aku ada masalah ekonomi, aku tidak akan membelikan kue dango itu untukmu."
Eantah kenapa, senyuman Aruji yang sering disebut sebagai 'cengiran bodoh' oleh Izuminokami-san bisa membuatnya ingin menangis.
"Lagipula, kalau seandainya aku punya masalah ekonomi, aku tidak akan menjual satu pun pedang kesayanganku."
Pemuda yang akrab disapa 'Aruji' itu kembali menepuk puncak kepala Sayo, mengacak-acak sedikit surai biru itu.
"Yah—paling juga jual ginjal."
Sebuah tawa hambar dan Sayo menatap tuannya itu dengan wajah pucat.
.
Proud
"Kashuu sialan!"
Yamato meraung. Sapu di tangan kanan, kotoran kuda di tangan yang lain. Rambut dan yukata sama-sama berantakan dengan noda kotoran kuda. Entah kenapa dia berani memegang kotoran kuda—padahal biasanya ber-'ewh' ria bersama Honebami. Mungkin dia ketularan Namazuo, atau mungkin dia terlalu murka dengan Kashuu yang sudah membuatnya jatuh ke kolam lumpur penuh kotoran kuda.
Dari depan terdengar tawa girang dan Kashuu Kiyomitsu berlari sambil tertawa macam titan girang dari anime sebelah. Ya, sebuah sapu juga aada di tangan kanannya. Yukata merah-hitam bernoda kotoran tapi tidak separah Yamato.
Oh dan jangan lupakan Yamato yang berlari bak kesetanan dibelakangnya.
Langkahnya dipercepat. Napasnya makin memburu. Lemparan kotoran kuda mengenai punggung Kashuu dan yang bersangkutan menjerit histeris—berhubung yang bersangkutan jijik tingkat phobia sama yang namanya kotoran kuda. Ngomong-ngomong, Yamato tidak berhenti sampai disitu saja.
Mengikuti gerakan dari anime bola dengan ost fenomenal (karena Aruji sering sekali menyanyikannya) yang sering ia tonton bareng dengan tuannya, ia melakukan tackle pada kaki Kashuu.
Sudut jatuh di luar perkiraan. Kashuu menubruk tanah dan Yamato juga tidak tahu dan tidak mengerti kenapa posisinya bisa pas di atas Kashuu seperti ini. Dua tangannya mengapit kepala Kashuu dan dua lututnya mengapit pinggangnya. Posisi yang sangat ambigu sampai Tsurumaru hanya bisa cengo tanpa bisa berkata 'wa! Odoroitaka?' seperti yang biasa ia katakan.
"GAAAAAAAAAAAAY!"
Keheningan super ambigu dan awkward itu dipecah oleh pekikan sang master, dan semua toudan menoleh ke arahnya.
"YAMATO SAMA KASHUU MAU ANU! ANAK-ANAK PAPA TERNYATA UDAH DEWASA!"
Dengan rusuh (dan lebay) sang master melanjutkan aktivitas sarkasmenya, menjabat tangan Ichigo di sampingnya dengan tampang sumingrah, lalu mulai menangis (buaya) di bahu Ichigo yang masih cengo—mungkin bingung karena punya saniwa edan begini.
"JANGAN LUPA PAKAI PELINDUNG YA NAK! PAPA NGGAK MAU KAMU HAMIL!"
Hijab—kain penutup kepala Yamanbagiri dikibas-kibas layaknya tisu, dan suasana menjadi hening. Setidaknya sampai Kashuu dan Yamato sepakat untuk berteriak seriosa.
"AAAAAAAAARUUUUUUUUUUUJIIIIIIIIIII!"
.
Panic
"Tadaima,"
"Ooh?"
Perhatiannya teralih dari kucing putih yang sedang ia elus-elus tubuhnya pada suara familiar Jiroutachi—kapten tim yang utama yang tadi pagi ia kirim untuk menjalani misi. Berbalik, pemuda itu tadinya hendak tersenyum lebar dan menagih hasil namun manik kuning kecoklatan miliknya justru membelalak. Di antara enam anggota kelompok utama, Shishiou adalah satu-satunya yang harus dibantu berdiri oleh Shokudaikiri, dengan luka di sekujur tubuh dan pakaian yang robek sana-sini.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH"
Sang Saniwa menjerit panik dan para toudan kaget sekaligus sweatdrop.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH"
"Ah—?! Tunggu—"
Sang Saniwa menggendong Shishiou pergi menuju ruang perbaikan sambil berteriak dan Shokudaikiri shock. Shishiou sendiri? Pasang wajah pucat dan diam saja digendong oleh si master.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH"
"Aruji-sama—"
"Dia masih berteriak—"
Sang Saniwa memperbaiki Shishiou sambil berteriak dan para toudan bingung harus kaget atau salut karena tuannya itu kuat berteriak selama beberapa jam sambil memperbaiki Shishiou seperti itu.
.
Fine
Perbaikan Shishiou selesai dan yang bersangkutan sudah rapih lagi—bahkan Shishiou sendiri merasa sangat ganteng karena saat ia berdiri menatap bayangannya di cermin ruang perbaikan itu, ia terlihat sangat rapih.
"UDAH NGGAK APA-APA, KAN?"
Oh iya, Aruji-sama.
"LUKANYA MASIH ADA NGGAK—"
"Aruji-sama—"
Tuannya itu mencengkram kedua lengannya di sisi kanan dan kiri sebelum ia memutar-mutar Shishiou sambil maniknya mencari-cari luka kecil atau mungkin bajunya yang masih robek sedikit. Ngomong-ngomong, diputar-putar begitu, lama-lama Shishiou jadi pusing juga.
"Ahahaha, sudah tidak apa-apa Aruji-sama, aku baik-baik saja, kok!"
Manik emas milik Shishiou bertemu dengan manik cokelat milik si saniwa untuk sesaat, sebelum si saniwa menghela napas lega dan melepaskan cengkramannya dari kedua tangan si pedang. Manik emasnya membelalak sedikit kala ia melihat tuannya itu tersenyum—tulus, bukan senyum iseng yang biasa ia tunjukkan.
"Syukurlah.."
BRUK
?!
"ARUJI-SAMAAAAAAAA—!"
.
.
.
FIN(?)
.
.
Hae guys makasih banyak udah mau baca sampe sini! :")
Jadi sebenernya saya nggak tau ini mau FIN disini atau nggak, soalnya nanti kalau saya ada ide lagi untuk drabble male!Saniwa and his toudans ini, berarti akan ada chapter baru. Kalau lagi stuck dan ga ada ide lagi, berarti FIN sampe sini. Yaah doain aja saya baanyak ide yaa :""
Akhir kata, terima kasih sudah mau mampir! Feedback berupa review/fav/follow sangat berarti untuk Author, maka tinggalkanlah jejak anda~!
Sampai jumpa di (mungkin) chapter depan! \o/
