Chapter 1 – Seme Han?


"Bagaimana, Hun?"

Mata Sehun menyapu keseluruhan tubuh mungil Luhan dari atas ke bawah. Ia sempat terkejut tapi sisi dinginnya berhasil menutupi. Kalau menganga di depan kekasihnya, bisa turun jati diri Sehun.

"Kau kesambet apa, Lu?"

"Ish!" Luhan menghentak kakinya satu kali. Tapi begitu ia ingat imej baru yang ia miliki, Luhan menghentikan rajukannya. Ia harus keren, lebih daripada Sehun.

"Bagaimana penampilanku?" Dan akhirnya Luhan kembali memberatkan suara, kembali ke karakter baru miliknya.

"Kau lebih cocok dengan hoodie pink daripada pakaian itu." Sehun menatap ke jaket kulit dan jeans (tambahan; yang bagian lututnya robek) yang dikenakan kekasih cantiknya. Tak lupa dengan rambut Luhan yang dinaikkan, tak lagi bermodel jamur seperti yang terakhir Sehun lihat.

"Lebih baik kau masuk." Luhan membukakan salah satu pintu lamborghini yang dibawanya.

"Kau membukakan aku pintu?" Sehun mengernyit tak suka, merasa direndahkan harga dirinya.

"Aku kan pria sejati."

"Pria sejati yang mendesah dibawah seorang Oh Sehun." Cibir Sehun. Sedikit menahan geli mendengar ucapannya sendiri.

Paras Luhan memerah. Entah malu entah tergoda. "CEPAT MASUK KUBILANG!"

Sehun mengalah. Daripada harus mendengar suara melengking pacar sensitifnya, lebih baik ia mengalah saja. Sehun duduk, sempat melirik Luhan yang masih memegang pintu mobil.

Sehun tak menutup pintu karena tahu Luhan akan melakukannya. Begitu pintu tertutup, Luhan segera ke kursi kemudi. Duduknya dibuat dengan gerakan santai, terkesan jantan, khas seorang seme.

Luhan tersenyum miring melihat Sehun yang nampak bingung mencerna perubahan sikapnya yang tiba-tiba. Ia bersorak girang dalam hati. Merasa menang karena bisa berpenampilan gentle setelah Sehun meledeknya cantik terus-terusan.

Alis Luhan terangkat sebelah. "Ada yang ingin kau katakan, Hun?" Dan lagi ia tak menyebut Sehun dengan 'Sehunnie-Honey' atau 'My Hunhun' seperti biasa. Ingat, Luhan sudah jantan sekarang.

Sehun mengatur duduknya sebentar, menghadap ke Luhan. "Pertama, apa yang kau lakukan sampai-sampai Suho hyung mau meminjamkan mobilnya padamu. Kedua, kau tak lebih dari pria manis dan cantik di mataku meski memakai pakaian aneh seperti itu. Ketiga, bagaimana dengan nasib mobilku di parkiran jika kau menyuruhku masuk kesini, bodoh!"

Luhan mengangkat satu tangannya. Berlagak keren, seperti sedang menenangkan kekasihnya yang ngambek. "Pertama, mobil ini menjadi mobilku selama Suho mendapatkan mobil sportmu sebagai gantinya– "

"Kau menukar mobilku?!"

" –Kedua, berhenti mengataiku cantik karena sekarang aku sudah berbeda. Dan untuk pertanyaan ketiga, sudah terjawab di pertanyaan pertama tadi, Hun." Luhan berkata enteng. Mengabaikan pelototan tak terima dari Sehun yang merasa mobilnya dijadikan bahan gadaian.

"Jadi, mari kita pulang."

Sehun pun pasrah. Ia menyender malas di kursinya, menatap datar keluar jendela.

Hihihi, tingkahnya persis seperti uke yang merajuk –Luhan.


Bocah berkulit pucat itu nampak menunduk dalam. Ujung-ujung sepatunya menggesek tanah tak beraturan. Kedua tangannya menggenggam erat setangkai bunga mawar. Sesekali ia mendongak, lalu menunduk lagi. Tak kuat bertatap muka terlalu lama dengan anak dua tahun lebih tua di depannya.

"Ada apa, Haowennie?"

Ye Ziyu, bocah manis itu memiringkan kepala bingung dengan tingkah aneh Haowen. Haowen terlihat kaku. Padahal biasanya mereka main kejar-kejaran, hujan-hujanan, atau makan es krim bersama yang dibelikan Sehun. –Karena Sehun tak mau kencan manisnya dikacaukan oleh dua bocah ingusan.

"Um, umm..." Haowen menggumam tak jelas. Tangkai bunga di belakang tubuhnya sudah sedikit bengkok akibat diremas kuat, saking gugupnya.

"Neee?" Ziyu membulatkan mata. Mengerjap polos berharap kali ini sosok satunya mau bersuara.

"Ung, i-itu... ng, Ziyu?"

"Hmmm?"

Haowen menelan ludah lagi. Wajah Ziyu yang mendekat malah semakin membuat jantungnya bertalu-talu. Haowen ambil satu nafas panjang, bibirnya digigit kecil.

Ingat yang diajarkan hyung. Ingat yang diajarkan hyung. –Haowen memantra dalam hati. Berusaha melaksanakan rencananya sesuai yang telah Sehun ajarkan padanya. Perihal tips menyatakan cinta.

"Umh, jadilah pacar Haowen!" Ia berkata cepat. Tangannya menyodorkan setangkai mawar yang sedikit bengkok bekas remasannya. Kepalanya menunduk. Lututnya gemetaran terasa nyaris lepas.

Ziyu menganga. Boneka rusa yang tadinya ia peluk jatuh mendarat ke tanah. Matanya mengerjap-ngerjap tak percaya dengan aksi tiba-tiba Haowen.

"Aku bersumpah akan menyerangmu habis-habisan kalau nanti ada yang meledekku di kampus." Sehun mengomel panjang sedetik setelah ia membanting pintu mobil. Persetan dengan mobil mewah Suho. Ia tak akan sudi jika dibukakan pintu oleh Luhan.

"'Menyerangmu'? Bukankah sekarang aku yang menyerangmu?"

Sehun mendelik, menatap Luhan yang sudah disampingnya. Si mungil mengangkat dagu menantang. "Selamanya aku yang akan memasukimu. Menggenjotmu. Camkan itu." Mata Sehun memicing, makin kesal dengan Luhan yang berlagak aneh.

"Kita buktikan nanti." Luhan membalas pedas. Matanya tak kalah sipit dari Sehun, sama-sama memicing.

Kemudian keduanya membuang tatapan. Menghadap ke pintu masuk rumah Luhan beberapa meter di depan sana. Dua pasang mata mereka membelalak mendapati ada pasangan bocah tak jauh di depan mereka. Sehun melongo tak percaya. Luhan menjatuhkan rahangnya sambil matanya melotot lebih lebar dari Sehun.

Disana, Haowen yang menunduk sambil menyodorkan setangkai bunga. Boneka rusa di tanah dekat dengan kaki Ziyu. Ziyu yang menatap Luhan dengan mata membulat sempurna.

"Luhannie hyung? Omo, omo, hyung tampan!"

Bocah enam tahun itu berlari kearah kakaknya. Pendar matanya terkagum-kagum melihat penampilan baru sang kakak. Tak ada lagi kesan menggemaskan, yang ada manly dan keren, sama seperti Sehun.

Ya, itu hanya pendapat Ziyu tentu saja.

Sedangkan Haowen yang merasakan Ziyu menjauh mulai mendongakkan kepala. Ia melirik kecewa pada Ziyu yang malah asik minta digendong Luhan. Mulutnya bergetar, melengkung perlahan kearah bawah.

"Huweeee!" Tangis Haowen pecah. Mawarnya ia hempas ke tanah, berlari melewati Sehun dan Luhan yang masih membeku di tempat. Menyeberang jalanan sepi, masuk ke rumahnya dan membanting pintu keras-keras.

"Eoh? Haowennie?" dari balik bahu Luhan, Ziyu mengintip Haowen yang sudah menjauh. Baru sadar kesalahan yang ia buat.

Merasa bersalah, akhirnya Ziyu turun dari gendongan Luhan. Kaki-kaki kecilnya berlari menghampiri mawar di tanah, lantas menuju ke rumah Haowen.

"Haowen! Ziyu mau kok jadi pacar Haowennie!" teriakan cempreng Ziyu terdengar hingga tempat Sehun Luhan berdiri. Baik Sehun maupun Luhan saling melempar pandangan. Dan ribut mereka tentang siapa-yang-seme-disini tak lagi dilanjutkan semenjak adegan drama dua bocah itu berakhir.


End of chap 1.

.

PS : Revisi nih, diganti jadi Haowen Ziyu gagapa ya?

Review neeee? /miringin pala/

.

Shend, 23 Maret 2016