.

Love and Destiny

(Chapter 1)

.

"Nghh fasterhhh Chanhhh aaahhh," desahan sexy itu terus keluar dari bibir mungil milik Baekhyun.

"Aaaahh Baekhyunhh you're so damn sexy!" Chanyeol semakin cepat menggerakkan juniornya di bawah sana. Sesekali ia meraup mulut mungil Baekhyun, menghisapnya pelan seolah sebagai sumber energy.

"I wanna cumhhh ohhh Baekhyunhh!" seru Chanyeol saat cairan spermanya keluar dan membasahi hole milik Baekhyun beserta kasur yang menjadi ajang 'perbuatan' mereka.

Chanyeol merebahkan dirinya di samping Baekhyun tanpa melepaskan kontak di antara mereka. Ia menarik pelan tubuh kecil yang nampak kelelahan tersebut. Ia memeluknya dengan rasa sayang.

"Aku kira kau akan meminta lebih," bisik Baekhyun sebisanya.

"Hm? Kau mau, Baby Byun?"

"Aaaahh Chanyeolhhh aku hanya bercandaahhh," erang Baekhyun saat Chanyeol kembali menyerangnya.

.

.

.

"Nghh," Baekhyun mengerjapkan matanya, memaksakan cahaya masuk ke dalam matanya.

Baekhyun baru saja terbangun dan merasakan nyeri di bagian bawahnya, "Berapa ronde aku semalam?" Baekhyun berpikir, kepalanya masih agak pening. Membuatnya harus memegangi kepalanya. Ia memaksakan dirinya untuk duduk di atas kasur king size yang ia tempati sekarang. Matanya menemukan sebuah surat kecil di nakas yang ada di sebelahnya.

Terima kasih untuk yang semalam, aku mencintaimu.

-Park Chanyeol

Baekhyun tersenyum sebentar kemudian mendaratkan kembali kepalanya di bantal. Ia mulai berpikir, mengapa ia bisa menyukai namja giant seperti Park Chanyeol? Baekhyun benar-benar gila. Ia bahkan tidak tahu alasannya. Yang ia ketahui hanyalah ia mencintai Chanyeol.

Baekhyun memaksakan tubuhnya untuk bangun. Linu yang hebat menjalar dari bagian bawahnya ke seluruh badan. Jujur saja, ini pertama kalinya Baekhyun melakukan 'hal' ini. Dengan langkahnya yang terpincang ia berjalan ke arah kamar mandi. Mengguyur seluruh badannya seolah mengusir linu yang masih menjalari tubuhnya, "Aku harus cepat. Kalau tidak, Xiumin hyung akan marah kalau aku telat."

.

Flashback

.

Kim's Bakery. Sebuah tempat yang menjadi kenangan tersendiri bagi Chanyeol-Baekhyun. Terlebih karena di sinilah mereka berdua bertemu.

Baekhyun kala itu tengah bekerja di toko roti milik Kim Minseok atau panggilan akrabnya adalah Xiumin. Mereka bersahabat, oleh karena itu Baekhyun bisa dengan mudah bekerja di tempat tersebut. Baekhyun menjadi seorang pelayan di sana dan pada waktu itu, Chanyeol datang dengan wajah cerah. Bukan, wajahnya tidak cerah karena melihat Baekhyun. Oh, mungkin memang ia terlahir seperti itu.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Baekhyun seperti pelayan toko biasanya.

"Satu…" Chanyeol menggantung kalimatnya. Matanya tertuju pada manik mata milik Baekhyun.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Baekhyun sekali lagi, membuat lawan di hadapannya menjadi merah padam karena malu. Oh, dunia terasa berhenti saat manik mata mereka saling beradu.

Chanyeol menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia benar-benar salah tingkah. Takluk hanya karena pandangan pertama, "Satu Cheesecake dan Choco Float," ucapnya setelah lama terdiam.

"Baiklah. Pesanan anda akan diantar sepuluh menit lagi," jelas Baekhyun yang kemudian berlalu.

"Namja itu cantik juga," batin Chanyeol.

Sepuluh menit berlalu dan Baekhyun pun datang tepat waktu dengan membawa sepiring cheesecake serta segelas choco float dihadapannya. "Ada yang bisa saya bantu lagi?"

Tangan Chanyeol bergerak. Dengan lihai, bahasa tubuhnya berbicara. Ia meminta Baekhyun untuk mendekat ke arahnya. Chanyeol hendak membisikkan sesuatu pada namja yang ia pikir cantik tersebut.

"Siapa namamu?"

Baekhyun menjauhkan kepalanya dari Chanyeol. Ia tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Chanyeol. Menurutnya, hal itu tidaklah penting. Lagipula, mana mungkin namja itu tertarik dengannya?

"Maaf aku harus kembali bekerja," Baekhyun pamit dari hadapan Chanyeol yang kini hanya terdiam sambil memperhatikan Baekhyun yang semakin menjauh.

.

.

.

"Jadi… namamu Baekhyun? Byun Baekhyun?" tanya sebuah suara yang berada tepat di sebelah pintu keluar Kim's Bakery.

Orang yang menjadi lawan bicaranya itu menoleh, "Kau…"

Namja itu berhenti menyandar pada dinding bangunan tersebut. Ia memilih mendekat ke arah Baekhyun. Kemudian, namja tersebut membungkuk, "Park Chanyeol imnida," ujarnya memperkenalkan diri.

Waktu terasa berhenti bagi Baekhyun. Ia masih bertanya mengapa namja tersebut bisa berada di sini dan darimana ia berhasil mengetahui namanya.

"Tidak usah memikirkan darimana aku bisa mengetahui namamu, cantik," kata-kata Chanyeol barusan seolah menjawab apa yang Baekhyun pikirkan sedari tadi.

"Maaf, aku harus pulang."

Baekhyun merasa ia tidak seharusnya membalas ucapan namja yang memanggilnya itu. Entah kenapa, Baekhyun merasa hal yang telah ia lakukan adalah suatu hal yang salah.

Dengan sigap, Chanyeol mencegah Baekhyun untuk bergerak lebih jauh. Ia menahan tangan Baekhyun dan membuatnya mendengar ajakan Chanyeol, "Aku tidak berbohong. Sungguh! Dimana rumahmu?" Chanyeol –tanpa persetujuan Baekhyun sebelumnya– menarik tangan Baekhyun ke arah parkiran yang tersedia dimana mobilnya berada.

Kini Baekhyun berada di jok depan –sebelah Chanyeol. Baekhyun sebenarnya masih belum bisa menerima perlakuan Chanyeol. Tapi, namja jangkung tersebut lebih kuat darinya. Sehingga, Baekhyun mengurungkan niatnya untuk melawan.

"Jadi, dimana rumahmu?" tanya Chanyeol mengulang pertanyaannya tadi.

"Antar saja aku dua blok dari sini."

Chanyeol tersenyum. Ia berpikir bahwa Baekhyun kini sudah mempercayainya. "Baiklah, cantik."

Chanyeol mulai mengendarai mobilnya sesuai dengan arah yang Baekhyun tunjukkan. Chanyeol bahkan tidak mengetahui apa yang membuatnya begitu tertarik dengan Baekhyun di hari pertama mereka bertemu.

"Terima kasih sudah mengantarku, Chanyeol-ssi," ucap Baekhyun seraya membuka pintu mobil. Namun Chanyeol menahannya –tangan Baekhyun– agar ia tidak terburu-buru untuk keluar.

"Kurasa itu sebuah kewajiban untukku. Aku juga tidak merasa keberatan. Bagaimana kalau aku jemput besok pagi disini?" tawar Chanyeol sembari menatap lekat manik mata Baekhyun yang menjadi candunya.

"Tidak perlu merepotkan dirimu terlalu jauh, Chanyeol-ssi. Ini sudah lebih dari cukup bagiku," jelas Baekhyun.

Chanyeol terdiam. Begitu juga Baekhyun karena tangannya yang masih dicegah oleh si pemilik mobil, "Baiklah, eum…" Chanyeol memberanikan dirinya mendekati wajah cantik di sampingnya itu dan menutup matanya. Mengecup lembut bibir milik Baekhyun tanpa sebuah penolakan dari si pemilik bibir.

Chanyeol melepas tautannya pada Baekhyun, "Selamat malam."

.

.

.

Baekhyun tidak habis pikir dengan Chanyeol yang bahkan bisa-bisanya melakukan hal gila semalam. Hari memang sudah pagi. Tapi, entah kenapa Baekhyun masih saja berpikir tentang kejadian semalam. Saat namja tersebut membuat waktu berhenti dengan kecupan ringan di bibir Baekhyun.

"Apa ia benar-benar akan menjemputku?" pertanyaan tersebut terlontar saat Baekhyun sedang bersiap-siap untuk berangkat kerja pagi itu.

Dengan cepat, ia menampik pertanyaan itu. Menganggap bahwa ucapan Chanyeol hanyalah sebuah omong kosong. Mana mungkin dirinya begitu berdampak besar bagi namja tinggi yang bahkan mencuri ciuman pertamanya.

Baekhyun berjalan dengan santai menuju tempat kerjanya –Kim's Bakery– setelah ia memastikan bahwa dirinya tidak akan bertemu dengan Chanyeol. Namun, dugaannya salah. Baekhyun terpaksa memutar tubuhnya mencari jalan lain. Ia tidak ingin bertemu dengan Chanyeol. Bukan karena kejadian semalam. Tapi, ada perasaan yang tidak enak menyelimuti dirinya.

Kring, bel tanda seseorang masuk yang terpasang di pintu berbunyi. Toko tersebut masih sepi sekali. Tentu saja Baekhyun selalu menjadi yang paling pagi untuk datang ke tempat ini. Karena ia pegawai terbaru, maka ia harus lebih aktif saat bekerja. Salah satunya dengan datang lebih dulu dan berberes.

"Kau sudah datang, Baekhyun-a?" tanya sebuah suara.

Baekhyun menoleh ke asal suara, "Xiumin hyung? Yah, seperti biasa," jawab Baekhyun yang kemudian terkekeh.

"Kau masih ingat dengan namja tinggi yang waktu itu?"

"Namja tinggi? Siapa yang hyung maksud?"

"Ah, tidak. Lupakan saja," Xiumin kemudian masuk ke dalam dapur. Membuat sebuah kesibukan tersendiri.

Baekhyun masuk ke dalam dapur dan menginterupsi pekerjaan hyungnya, "Apa ada yang ingin hyung sampaikan?" Baekhyun berdiri memandang hyungnya yang sedang menyiapkan sebuah adonan.

"Tadinya begitu. Tapi kurasa itu tidak penting bagimu," Xiumin kemudian tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.

"Aku menunggu…"

Xiumin melihat ekspresi Baekhyun yang memohon. Xiumin pun menghentikan pekerjaannya untuk yang kedua kalinya dan mengarahkan fokusnya ke Baekhyun. "Kau ingat dengan namja pemesan cheesecake dan choco float beberapa hari silam?" Baekhyun mengangguk kecil.

"Kurasa, ia menyukaimu," ujar Xiumin memberi pendapat.

Baekhyun memandang heran hyungnya, "Bagaimana hyung bisa bicara seperti itu?"

"Dia kemarin bertanya padaku saat istirahat makan siang. Wajar saja aku meladeninya. Dia adalah seorang pelanggan dan kerabat terdekat yang aku punya. Dia menanyakan namamu dan bagaimana sikapmu selama ini."

Baekhyun hening. Sedangkan Xiumin kembali melanjutkan pekerjaannya. Tak lama kemudian, bel pintu tersebut berdenting lagi. Memecah keheningan yang tercipta dalam diri Baekhyun. "Kembalilah bekerja."

Baekhyun keluar dari dalam dapur guna menemui pembeli yang datang, "Chanyeol…"

Chanyeol hanya tersenyum kecut melihat Baekhyun yang berdiri di hadapannya. "Aku menunggumu, tapi kau tidak kunjung datang," jelasnya kemudian.

"Oh," Baekhyun memasang ekspresi datar. Chanyeol mendekati Baekhyun yang kini tengah sibuk membersihkan kaca etalase.

"Kau mau apalagi, Chanyeol-ssi?" tanya Baekhyun tanpa memandang lawan bicaranya.

Chanyeol menarik pelan pinggang Baekhyun. Baekhyun hanya terdiam menerima perlakuan Chanyeol sama seperti apa yang terjadi di dalam mobil kemarin.

Baekhyun mengalihkan penglihatannya ke arah Chanyeol. Menatapnya dengan tatapan yang sulit dimengerti.

.

Waktu terasa berhenti bagi Baekhyun sekali lagi. Saat Baekhyun menatap Chanyeol.

.

"Aku menyukaimu, Byun Baekhyun."

TBC