Disclaimer : Kishimoto Masashi

Genre : Family / Romance

Rate : T

Warning : AU, OOC

oOo

Pein : 35 Tahun

Hinata : 16 Tahun

Conan : 30 Tahun

Itachi : 33 Tahun

Sasori : 30 Tahun

Deidara : 33 Tahun

Sasuke : 16 Tahun

Naruto+Sakura : 17 Tahun

~ CAN ~

Sudah 2 tahun aku meninggalkan Jepang, aku jadi sangat rindu Konoha. Baru beberapa menit aku sampai dibandara Konoha. Suasananya masih tetap sama, tidak ada yang berubah tetap seperti 2 tahun yang lalu.

oOo

Sekarang usiaku sudah genap 16 tahun. Tujuan utama kami kembali ke Jepang, aku –Hyuuga Hinata- dan dia –Pein- adalah untuk mencatat pernikahan kami dicatatan sipil. Hal pertama yang kami lakukan di Jepang adalah mencatat pernikahan kami, setelah itu bebas. Tidak ada pesta yang meriah untuk sementara waktu, karena kami berencana untuk menyembunyikan pernikahan ini. Mengingat Pein adalah seorang leader band no. 1 di Jepang, Konoha, kami jadi tidak bisa mengumumkan ke publik untuk sementara waktu.

Hal pertama yang ingin kulakukan adalah tidur karena perjalanan Amerika – Jepang tidaklah dekat. Aku dan Pein baru saja tiba di salah satu Hotel Internasional di Konoha. Kamar untuk orang terkenal memang beda.

"Sekarang aku sudah resmi menjadi istrimu Pein-san," teriakku didalam kamar presiden suite di salah satu hotel Internasional di Konoha, setelah itu kurebhkan tubuhku ke atas kasur empuk dibelakangku.

"TIdak apa-apa kita kembali kemari?" Pertanyaan Pein seketika membuat wajahku berubah mendung.

"Sudah kuputuskan aku akan sekolah disini, dan menetap disini. Aku lelah melarikan diri terus," balasku dengan penuh keyakinan, akhirnya.

"Begitu. Sepertinya malam ini aku akan menginap di studio. Jadi jangan tunggu aku pulang," usai berkata, Pein langsung lenyap seketika. Suara pintu yang tertutup menandakan kalau dia sudah tidak ada didalam kamar.

"Secepat itukah? Padahal kan baru saja sampai.. Huft~" Keluhku dalam hati.

Ruangan yang besar ini membuatku bosan. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain bermain NDS, PSP, dan Laptopku. Aku mulai jenuh. 2 tahun yang lalu, hanya ini yang aku lakukan, karena hampir setiap hari aku sendirian dikamar. Pein selalu sibuk dengan band-nya "Akatsuki". Maklumlah, Akatsuki adalah band yang sangat terkenal baik didalam ataupun diluar negeri. Kami kembali ke Konoha juga ada alasan lain, karena Akatsuki akan mengadakan konser ke-20 Anniversary. Akatsuki ada sejak tahun 1991-2011. Mereka akan menggelar konser besar-besaran di Tokyo. 3 bulan lagi konser itu akan diselenggarakan, tapi dari info yang aku dengar sudah 1 bulan yang lalu tiket konsernya sudah habis terjual. Pein –suamiku sekaligus laki-laki penuh percing diwajahnya namun tidak menutupi auranya yang mempesona- dia adalah leader dari Akatsuki sekaligus gitaris, Uchiha Itachi dia adalah vocalis dengan suaranya yang khas dan rambut panjangnya yang indah seperti bintang iklan shampoo, Akasuna Sasori –laki-laki berwajah imut yang selalu tersenyum sekaligus anggota termuda di Akatsuki- dia adalah bassist terkeren yang pernah kulihat karena aku adalah penggemar Sasori, Deidara –laki-laki pecinta seni yang selalu merusak drumnya tiap konser- dia adalah drummer terganas para J-rockers. Selama 2 tahun ini, aku dikelilingi oleh para cowok keren. Walau umur mereka sudah tak muda lagi tentunya tapi mereka tetap terlihat sangat keren.

oOo

Mobil berwarna hitam milik Pein telah memasuki gedung studio sekaligus markas Akasuki. Laki-laki berambut kuning dengan percing penuh diwajahnya itu keluar dari mobil dengan sedikit tergesa-gesa. Didalam lift ia melepas kacamata hitamnya dengan tangan kirinya, sedang tangan sebelah kanannya ia gunakan untuk menekan tombol '17'.

Ting! Pintu lift yang dinaiki oleh Pein pun terbuka. Tanpa buang waktu Pein berjalan keluar lift menuju ruangan khusus para anggota Akatsuki. Sesampainya didepan pintu ruangan Akatsuki, pandangan Pein dibuat beralih oleh suara yang sangat familiar ditelinganya.

"Pein, sudah kuberitahu untuk tidak terlambat!" Nada penuh amarah sangat terasa dari suara familiar yang tak lain adalah manajernya –Tobi.

"Ada urusan yang harus kuselesaikan," jawab Pein tanpa basa-basi.

"Hinata?"

"Hn."

"Sudah kuduga." Tobi menggantikan posisi Pein yang berada di depan pintu, dan membuka pintu terlebih dulu sebelum Pein berhasil meraih gagang pintu didepannya. Hingga membuat posisi Tobi berada didepan Pein, dan Pein di belakang Tobi.

Ceklek!

"DOOOR… DOOOR… OMEDETOU PEIN-SA –" Teriakan para anggota Akatsuki didalam ruangan itu pun terpotong, karena yang membuka pintu bukanlah orang yang mereka harapkan melainkan manajer super cerewet –Tobi- yang membuka pintunya. Pein yang berada di belakang Tobi, hanya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Kenapa kau yang masuk duluan sih manajer?" Sasori menyerobot maju kedepan dengan mata melotot yang tetap menampakkan wajah imutnya dengan kue tart ditangannya.

"Ngomong-ngomong dimana Hinata-chan? Kau tidak mengajaknya kemari? Padahal kita sudah susah payah menyiapkan pesta kejutan untuk kalian, para pengantin baru, suit suit~" Diantara anggota Akatsuki yang lainnya, Sasori memang yang paling jahil dan ramah.

"Sudah kukatakan sebelumnya kan? TIDAK ADA PESTA!" Teriakkan Tobi membuat semua yang berada didalam ruangan menutup telinga mereka masing-masing, tak terkecuali Pein.

"Ayo mulai rapat!" Seru Pein yang berada dibelakang Tobi, lalu berjalan menuju meja bundar yang biasa mereka gunakan untuk rapat.

oOo

"Akatsuki band yang sudah vakum selama 2 tahun ini, telah kembali! Semua para fans Akatsuki menangis terharu atas kembalinya mereka dilayar kaca, mengingat mereka telah meninggalkan Jepang selama 2 tahun ini di Amerika. Tiket konser yang berjumlah tak sedikit telah habis terjual 3 bulan sebelum konser. Konser yang bertemakan 20 Anniversary ini, didedikasikan kepada semua orang yang setia mendukung mereka. Berikut adalah komentar dari leader Akatsuki, Pein, "Akan ada 1 single terbaru dari kami." Usai mengucapkan bocoran tentang konsernya, Pein berlalu sambil mengenakan kacamata hitamnya yang senantiasa menemaninya setiap saat.

"Single terbaru? Aku tidak pernah tahu Pein memainkan gitarnya dengan lagu barunya." Seru Hinata penasaran usai melihat berita yang ada di TV. Hampir semua stasiun TV memberitakan kembalinya Akatsuki ke Jepang.

"Nanti kutanyakan saja lah, kalau Pein-san sudah pulang," ucap Hinata pada dirinya sendiri usai mematikan Televisi lalu meraih laptop pink-nya yang teronggok diatas sofa.

oOo

Cit.. Cit.. Cit.. Kicauan burung membangunkanku dari tidur nyenyakku. Berat rasanya membuka mata ini. Setauku tadi malam aq tertidur di sofa sambil bermain laptop.

'AH! LAPTOPKU BELUM MATI!' Teriakku dalam hati.

Aku langsung beranjak dari tempat tidurku. Namun sesuatu yang melingkari perutku membuatku sulit untuk bangun, saat kutoleh –ternyata Pein sudah tertidur disampingku. Kubalikkan badanku menghadap wajahnya. Hal pertama yang kuliat jelas adalah percing yang menghiasi wajah tampannya, menjadikannya terlihat 'sangar'.

"Pantas saja aku ada ditempat tidur, ternyata kau sudah pulang. Okaeri." Kubelai lembut wajah Pein dengan sayang.

"Tadaima." Pein sedikit menggeliat untuk merenggangkan otot-ototnya.

"Laptop ada diatas meja kalau itu yang kau cari." Pein melanjutkan ucapannya lalu mulai membuka matanya dan mengecup keningku dengan sayang, "Ohayo."

"Ohayo," balasku.

oOo

Sudah lama aku tidak memasak masakan Jepang 2 tahun ini, mengingat aku yang tinggal di Amerika dengan Pein. Hampir setiap hari, Pein tidak pernah melewatkan sarapan pagi dirumah, tapi untuk makan siang dan makan malam Pein jarang melewatkannya denganku karena jadwal Akatsuki yang sangat padat.

"Kyaaaa –Pakai bajumu Pein-san!" Melihat Pein cuma mengenakan handuk yang hanya menutup bagian bawah pinggulnya, dengan bagian atas tetap telanjang membuatku blushing.

"Kenapa? Ini bukan pertama kalinya kau lihat aku seperti ini kan?"

"Tapi kan sekarang berbeda. Se-sekarang kita kan sudah menikah."

"Baiklah. Kau memang aneh." Pein berjalan menjauhi dapur menuju kamar.

Kini Pein telah lengkap berpakaian. Kemeja hitam lengan panjang dengan 2 kancing teratas terbuka, dan celana jeans biru dongkernya yang menutupi mata kaki. Sarapan pagi adalah hal yang sangat dinantikan oleh Pein.

"Hinata, kenapa kau memasak sebanyak ini?" Melihat meja yang penuh dengan masakan yang berbagai macam membuat Pein terperangah karena sebelumnya aku tak pernah memasak sebanyak ini di Amerika.

"Untuk perayaan kembalinya kita di Jepang, sekalian untuk perayaan pernikahan kita. Pein-san bisa bantu aku sebentar." Balasku dari arah dapur. Merasa tenaganya dibutuhkan Pein langsung berjalan menghampiriku didapur.

Semua sudah beres. Meja makan penuh dengan berbagai jenis masakan. Pein mulai duduk dipaling ujung bagian meja, sedang aku duduk disebelah kanan Pein.

"Itadakimasu." Seruku kegirangan.

"Buka apronmu dulu sebelum makan." Perut yang lapar membuatku lupa untuk membuka apron.

"Oh iya, aku lupa. Hehehe," Aku mulai membuka apronku lalu tanpa basa basi ku mulai menyantap makanan diatas meja dengan lahap.

'Lalalalalalalalalalalala,' Suara handphone Pein berbunyi merdu di ruang makan. Membuat Pein mengalihkan konsentrasi makannya pada handphone yang tergeletak diatas meja makan. Suara itu membuatku menggembungkan pipiku, jengkel.

"Ada apa Tobi? Apa semua sudah beres?"

"Sudah. Aku sudah mendaftarkan Hinata di Konoha High School, tempat dimana adik Itachi sekolah."

"Terima kasih."

"Kuingatkan sekali lagi yah. Jangan sampai hubungan kalian terendus oleh publik."

"Mau berapa kali lagi kau ucapkan itu padaku. Aku tidak tuli." Pein mematikan telponnya, lalu kembali melanjutkan acara makannya dengan santai. Ingin rasanya aku bertanya ada apa? –tapi aku takut Pein marah.

"Kau sudah kudaftarkan di Konoha High School. Mulai minggu depan kau akan sekolah disana." Pein membuka pembicaraan dengan tiba-tiba.

Mendengar perkataan Pein, membuatku kaget sekaligus senang. "Jadi kita akan tinggal di Konoha? Kita tidak akan kembali ke Amerika kan?" Tanyaku masih tak percaya.

"Hn." Jawab Pein singkat dengan mulut yang masih sibuk mengunyah makanannya.

"ASYIK!"

"Aku tidak memintamu untuk menetap di Jepang, belum terlambat untuk kau putuskan kita kembali ke Amerika setelah konser usai." Untuk sekian kalinya Pein memperingatkanku, lebih tepatnya mengkhawatirkanku.

"Aku sudah lelah melarikan diri, sudah berapa kali aku katakan padamu Pein-san. A-KU BA-IK – BA-IK SA-JA!"

oOo

Ini hari pertama Hinata masuk sekolah SMA. Nuansa baru akan segera Hinata hadapi dengan status baru tentunya. Namun, status Hinata untuk sementara waktu harus tetap tertutup rapat dan menjadi sebuah rahasia yang tak boleh terendus oleh media. Ditempat baru ini Hinata akan memulai semuanya dari awal.

Kelas 1-E adalah kelas yang akan ditempati oleh Hinata. Wali kelas yang cantik Kurenai-sensei mulai memasuki kelas terlebih dahulu, kemudian dari belakang Kurenai-sensei disusul oleh Hinata. Para murid laki-laki tengah bersiul dan nuansa kelas berubah sedikit gaduh. Kurenai-sensei memggebrakkan telapak tangannya pelan diatas meja, menandakan untuk tak gaduh. Dan berhasil, suasana kelas pun kembali normal.

"Hari ini kelas kita kedatangan murid baru. Dia murid pindahan dari Amerka. Kau boleh perkenalkan diri sekarang." Hinata mulai mengangguk dan berjalan sedikit maju kedepan.

"Salam kenal namaku Hyuuga Hinata."

"Perkenalan lebih lanjut bisa kalian lakukan nanti saat jam istirhat. Hyuuga-san, kau duduklah disamping Ino." Pinta Kurenai-sensei seraya menunjuk Ino yang duduk disamping jendela.

"Hai."

oOo

"Tok.. Tok.." Hinata mengetuk pintu ruang kerja Pein dengan sangat pelan.

"Masuk!" Pinta Pein seraya menghentikan kegiatannya bermain gitar.

Hinata mulai membuka pintu didepannya lalu berjalan masuk dan duduk disamping Pein.

"Ada apa?" Tanya Pein tanpa basa basi.

"Tidak ada apa-apa. Kupikir Pein-san tidak pulang lagi hari ini."

"Kalau tak ada pesan aku tidak pulang berarti aku pulang." Balas Pein santai, sambil kembali memainkan gitarnya dengan merdu.

"Ngomong-ngomong, kau bilang akan ada single terbaru nanti dikonser, apa benar? Tapi kok aku tidak pernah dengar yah, kau memainkan lagu baru dengan gitarmu itu?"

"Itu kejutan."

"Tapi aku kan istrimu…" Rengek Hinata.

"Apa hubungannya dengan laguku?"

"Karena aku istrimu itu artinya aku special. Bukankah seharusnya kau beritahu aku." Rayuan Hinata mulai menjadi, sekarang Hinata mulai menggelayuti lengan kiri Pein.

"Cup –" Pein mengecup bibir Hinata singkat dengan lembut- lalu berbisik ditelinga Hinata, "Ayo tidur."

oOo

"Kyaaaaaaaa… Lihat.. Lihat.. Sasuke-kun kakakmu tampan sekali."

"Tidak bisa Ino, Pein lebih tampan." Seru Karin penuh antusias.

"Sasori lebih tampan!"

"Dei-kun lebih keren!"

Hari masih pagi, bel tanda masuk sekolah saja belum berbunyi tapi suasana kelas Hinata sudah sangat ramai.

"Hyuuga-san, kau kenapa? Sakit?" Tanya Ino, teman sebangku Hinata -khawatir.

"Ah- a-aku tidak apa-apa. Panggil aku Hinata saja yah." Balas Hinata ramah.

"Kalau begitu kau panggil aku Ino."

"Uhm."

oOo

Tet.. Tet.. Bel pulang sekolah telah berbunyi, tak lama usai bel berbunyi, handphone Hinata pun ikut berbunyi.

Hari ini aku meginap di studio. Pein

Usai membaca tulisan yang tertera di layar ponsel Hinata menjadi smakin tak bersemangat.

"Kau kenapa Hinata-chan?" Ino yang tiba-tiba muncul dari arah belakang Hinata, berhasil membuat Hinata kaget dan menjatuhkan ponselnya.

"Maaf Hinata-chan, aku tidak bermaksud." Buru-buru Ino membantu Hinata memungut ponselnya kembali.

"Tidak apa-apa jangan khawatir."

Sepertinya nasib tidak berpihak pada Hinata, ponsel Hinata tak dapat dihidupkan kembali, sehingga mebuat Hinata tak sanggup membalas sms dari Pein.

"Sini handphonemu, biar aku perbaiki dulu nanti baru au kembalikan, bagaimana?"

"Hmmmmmm…." Hinata berfikir sejanak, hingga akhirnya ia melanjutkan ucapannya,"Baiklah." Lanjutnya seraya memberikan handphonenya pada Ino.

TBC

Entah kenapa tiba-tiba pingin Pein-Hina XD

Semoga saja fic baru Presel menghibur kalian semua ^^

Thanks For Reading ^^