Malam hari penuh ketenangan di kota indah Konoha. Pada siluet sebuah gedung pencakar langit yang gelap gulita, jelas saja karena itu adalah gedung tua yang sudah tidak layak dan tak guna. Dari bawah gedung itu dapat terlihat seseorang yang sedang terduduk santai dengan kaki yang menjuntai dan bergerak bebas seakan sudah biasa.
Senyumnya terkembang, wajahnya yang menyandang gelar good looking itu terlihat indah dipiaskan cahaya rembulan yang terang. Entah apa yang dirasakannya sekarang, melihat sang mangsa duduk santai di gedung seberang. Dikeluarkannya senjata laras panjang, satu tarikan dan mangsa tumbang.
Pshyu...
Suara tembakan dari laras sang penembak sudah menjelaskan semua, sang pembunuh bayaran nomer satu sudah memulai pekerjaannya. Dan sekali lagi, Konoha kehilangan anggota negaranya.
.
Honey
Naruto still Masashi's chara
Story by : Shan
Rated : T
Genre : crime, romance, hurt/comfort
Naruto .U / Orochimaru / Hinata .H / Sasuke .U
Warn : TYPO! Gaje, Crime kurang berasa, alur rada ngebut, boring, OOC(maybe)
Dipublish sesuai keinginan temanku yang rada psycho, Hana.
Oke, HAPPY READING MINNA ^^
Berawal dari rasa penasaran, Naruto sang pembunuh bayaran mengiyakan permintaan Orochimaru untuk membunuh orang yang disayanginya, Hyuga Hinata yang sudah seperti adiknya. Tapi rasa penasarannya itu berhasil menjungkir balikan perasaannya, bahkan pikirannya. Sekarang dia hanya harus menghadapi semua intrik dan kejadian yang datang dari rasa penasarannya.
.
.
Chapter 1
.
Seorang anak laki-laki berusia tujuh belas tahun dengan baju hitam dan jaket berwarna senada tengah berjalan santai di tengah sunyinya malam, rambutnya yang biasa bersinar sekarang terlihat redup karena sinar yang temaram. Tangan tannya menyandang sebuah tas golf yang sangat tidak sesuai dengan bajunya yang legam, tapi siapa peduli? Wajahnya cukup tampan untuk memakai hal yang berbagai macam, lagi pula siapa yang akan melihatnya di jam-jam dimana orang telah terbuai oleh mimpi malam.
"Kau lama sekali, Naruto" Sapa seorang yang tengah menunggunya di depan pintu sebuah restoran cepat saji.
Anak laki-laki - yang dipanggil Naruto - itu hanya dapat tersenyum menggantikan kata maaf untuk sang penunggu. "Tadi ada sedikit urusan" jawabnya sambil menunjukan tas golfnya.
Yang di beri tunjuk hanya dapat menarik sebelah bibirnya menunjukan seringai. "Well, kau kembali lagi setelah dua tahun berhenti, ini aneh".
"Tidak usah dipikirkan, sekarang ada apa ini? Kenapa memanggilku di jam sekarang?" Tanya Naruto dengan wajah penuh pertanyaan.
"Ada orang yang menunggu mu, tuh di dalam" kata orang itu sambil menunjuk dengan dagunya memberi sinyal untuk segera masuk.
"Aah... Orochimaru, terimakasih Kiba"
Pria yang dipanggil Kiba itu hanya mengangguk dan berlalu pergi, mungkin untuk pulang dan beristirahat atau pun mungkin juga ada 'sesuatu' yang harus dipenuhi.
Naruto masuk dan mencari seseorang disana, orang yang sudah melakukan janji dengannya. Itu dia, pria tua dengan jas berwana sekelam rambutnya.
"Cheh, kau disini untuk membayar atau minta ganti rugi? Kalau ganti rugi, silakan lihat berita dulu besok" cibir Naruto melihat pria itu hanya duduk santa sambil menyesap asap rokoknya.
"Aku tidak mungkin meminta ganti rugi, aku tau kemampuan si nomer satu" kata orang itu mengakui kehebatannya, ia mulai bergerak untuk mematikan puntung rokoknya dan mengambil sesuatu dalam jasnya, keluarlah uang yang sangat banyak jumlahnya.
"Itu baru setengahnya, karena aku belum tahu keadaannya"
"Lalu?"
"Aku ada tugas lagi untukmu, jadi kau harus sekolah di Konoha High School, semua itu berhubungan dengan tugasmu" jawab orang itu sambil menyeringai.
"Yaa... Lalu?" Oke, dia mulai bosan.
"Apa kau ada kenalan agar dapat sekolah disana? Kalau tidak aku dapat..."
"Aku sekolah disana, cepat... Waktuku tak banyak" potongnya dengan malas, bukan kenapa tapi mendengar tentang sekolah dia jadi ingat ada PR fisika yang belum dikerjakannya.
"Membunuh seorang gadis"
"Apa? Yang benar saja?"
"Apa kau takut? Dia hanya seorang gadis"
"Seberapa berpengaruhnya denganmu?"
"Sangat berpengaruh, ini bukan mengenaiku, tapi kau"
"Aku?"
"Ya, kau Naruto"
"Huh, yang benar saja. Memangnya apa pengaruhnya?" Tanyanya, kali ini sang blonde benar-benar penasaran.
"Jika kau berhasil, aku akan beri tahu. Jika tidak, kau akan tahu sendiri"
"Ck... Mana ada perjanjian seperti itu?" Orang ini bodoh, batinnya.
"Tugasmu mudah, hanya membuat gadis itu jatuh cinta, lalu bunuh" jawabnya sambil mengambil cerutu lalu disodorkannya kepada Naruto tapi hanya dibalas dengan gelengan kepala.
"Baiklah aku terima, karena aku juga penasaran"
"Kau tidak akan menyesal Naruto, ini akan sangat menarik" dan segaris senyum aneh terbentuk di wajah pria bermata ular itu. Dan setelah itu Naruto pun pergi.
"Ish... Menarik apanya, secepatnya akan aku bunuh dia, beri aku satu bulan"
"Selama kapanpun... Na ru to. Data-datanya ada di buku ini, kau tinggal baca saja" katanya sambil meletakan buku bersampul biru tua diatas meja dan Naruto mengambilnya.
"Sudah kan? Aku pulang" lalu ia berlalu pergi.
.
Naruto kini berada di kamarnya, sebuah apartemen yang bisa dibilang lumayan megah untuk seorang anak SMA, tapi tak apa lah toh ini semua hasil pekerjaannya selama dua tahun lalu.
Ya, dua tahun lalu, saat usianya lima belas tahu. Dia sudah menjadi pembunuh handal nomer satu di Konoha, atau mungkin dunia, karena hanya dia yang dapat melakukan headshoot berkilometer jauhnya. Naruto sudah dilatih menjadi pembunuh sejak usianya sepuluh tahun, saat itu ia pun sudah handal. Ketika usianya lima belas tahun, ia berhenti membunuh karena ingin istirahat alasannya.
Sekarang ia kembali, Si nomer satu sudah bangun dari tidur panjangnya selama dua tahun lamanya. Merebahkan diri di kasur yang empuk benar-benar berhasil menghilangkan kepenatan, tapi tidak dengan fikirannya. Dirogohnya kantong dimana sebuah foto gadis cantik terpajang disana. Gadis bodoh, itulah komentar Naruto untuk gadis itu. Bukannya si blonde tidak mengenalnya, dia kenal, sangat kenal malah, dia kan gadis yang sering dibully oleh gadis-gadis centil seperti Sakura dan gengnya.
Gadis bodoh bukanlah penggambaran yang sebenarnya, itu hanya perumpamaan saja, Naruto tahu kepintaran gadis itu, dia sangat pandai dalam matematika dan bahasa Inggris. Sayang sekali gadis yang manis seperti dia harus dibunuh, batinnya sedikit kasihan. Sebenarnya ia merasa sedikit sedih sih... Karena Hinata dekat dengannya dan Naruto sudah menggapnya adik. Yah.. Mau bagaimana lagi, dia sudah dibayar untuk membunuh gadis itu.
.
"Na-Naruto-kun, s-sebenarnya ada a-apa?" Tanya gadis yang berada di atap sekolah bersama Naruto sekarang. Gila sekali si Naruto, ia langsung melakukan pertemuan dengan mangsanya.
Hyuga Hinata, anak kelas XI IPA 1. Naruto yang kelasnya bertetangga dengan Hinata jelas merasa bahagia dengan tugasnya karena ia tahu Hinata menyukainya dan ia juga pernah bilang kalau ia menganggap Hinata adiknya. Berarti tidak usah memakan waktu terlalu lama untuk melakukan pendekatan, tinggal mencari alasan yang membuat Hinata luluh.
"Ada sesuatu yang ingin aku katakan Hinata..." Katanya sambil menggaruk pipinya dengan telunjuk, berlagak seperti orang gugup, kau pasti dapat piala oscar sebagai aktor paling mendalami peran Naruto.
"A..a-ap-apa?" Mendengar itu semakin membuat Naruto tertawa dalam hati betapa bodohnya gadis di depannya ini. Hinata dengan wajah yang memerah itu benar-benar membuatnya tertawa.
"Ee...etto, Hinata um... Aku menyukai - ah tidak, aku mencintaimu. Ini memang sudah lama, tapi aku tidak berani mengatakannya padamu Hinata" Hinata yang mendengar itu hanya dapat menutupi wajahnya dan tersenyum malu.
"Bukannya Naruto-kun hanya menganggapku adik?" Wajahnya kian memerah saat mengatakan itu.
Naruto menghela nafas "haah... Aku hanya berbohong, aku menyadari kalau aku mencintaimu."
"A-aku j-juga mencintai Naruto-kun" jawabnya malu. Kena kau! Akhirnya satu tahap sudah selesai.
"Jadi? Sekarang kita.." Hinata hanya mengangguk kecil dan menunduk menutupi wajahnya, dan ia semakin kaget saat Naruto memeluknya dan dengan malu-malu Hinata membalas pelukan sang mata sapphire. Kau kena!.
.
Pagi cerah di hari sabtu. Naruto dan Hinata tengah berada di taman bermain, yah... Kencan mereka setelah satu minggu hari jadian.
"Apa lagi yang bisa dimainkan, Naruto-kun?" Tanya sang Hyuga kepada kekasihnya yang sekarang sedang menggandeng tangannya dengan senyuman yang menawan. Entah bagaimana caranya kegugupan Hinata terhadap Naruto perlahan hilang dan Hinata justru berubah menjadi kekasih manja.
"Wah... Ada yang sedang kencan heh?" Suara bariton itu mengingatkan sang blonde kepada rivalnya...
"Uchiha... Kau mengikuti kami? Dasar penguntit" entah kenapa ada rasa panas dihatinya ketika tahu bahwa sang Uchiha itu menyukai Hinata dan sekarang dia tengah menguntit mereka.
Uchiha Sasuke, adalah rival Naruto dalam segala hal. Sebenarnya sebelum semua ini mereka sangat akrab, selalu bersama layaknya saudara, tapi hanya karena sesuatu yang tidak (seharusnya) diketahui keduanya terjadi dua tahun lalu, semua kedekatan yang sudah dibangun mereka runtuh seketika. Banyak yang menggosipkan mereka memperebutkan Hinata, tapi ada juga yang bilang Naruto semakin menjauhi Sasuke karena punya kekasih, tapi, hanya sang tokoh asli yang tahu kan?
"Oh.. Tidak, aku hanya menghindari suatu kejadian yang mungkin membahayakan nyawa salah satu dari kalian" mendengar itu Naruto serasa tersengat sesuatu, apakah dia tahu? , batinnya menjadi tidak tenang.
"Naruto-kun akan menjagaku Uchiha-san" jawabnya dengan senyum misterius terhadap Uchiha itu.
"Aku tahu itu, tapi pepatah bilang bunga mawar itu berduri bukan begitu?" Seringai sang raven semakin terkembang akibat kekagetan keduanya.
"Apa maksudmu Teme! Aku akan menjaganya" dan di saat yang sama si pirang itu menggit lidahnya. Bodoh! , Batinnya.
"Aku tetap menghawatirkanmu" jawab sang raven dengan menatap Hinata dengan pandangan yang hanya mereka yang tahu.
"Baiklah, aku pergi dulu. Nikmati sisa waktu kalian, jaa ne" lalu sang raven berlalu pergi.
"Apa-apaan orang itu?!" Naruto yang merasa panas tanpa sadar mempererat genggaman tangannya terhadap Hinata.
"Su-sudahlah Naruto-kun..."
"Aku rasa aku harus menjagamu lebih lagi, karena sepertinya si Teme itu menyukaimu" suara Naruto sengaja dilantangkan agar orang yang dipanggil Teme itu mendengarnya.
.
Sasuke sekarang berada di wahana lain sambil mengawasi pasangan itu "cih.. Aku benci penipu".
"Fokus saja pada pengawasan mu, jangan bawa perasaan! Kau ini merepotkan" suara perintah dari sang leader membuatnya kembali fokus dengan pekerjaannya (mengawasi NaruHina) meski itu sangat menyakitkan.
"Ck... Dasar cari kesempatan! Pakai peluk-peluk segala!" Umpatnya saat melihat sang mentari mengalungkan lengannya pada pundak Hinata.
"Kau itu, seperti tidak tahu percintaan anak muda saja, hoaaam..."
"Hn" Sasuke malas menghadapi orang disampingnya yang berperilaku seperti bukan usia tujuh belasan saja. "Nee Shika, Buat apa benar-benar cinta kalau akhirnya dia juga yang mati"
"Ia hanya tidak tahu saja kalau yang berada dekat dengannya adalah shinigami nomer satu di Konoha" jawabnya santai tanpa mengurangi kefokusannya dalam mengawasi.
"Huh! Yang benar saja"
"Yah... Permainan rupanya baru dimulai"
Mungkin benar juga kata orang yang berkepala nanas itu, kalau permainan antara mangsa dengan sang pemburu baru saja dimulai, entah siapa yang akan terjebak Naruto yang diperintah untuk membunuh Hinata atau Hinata yang berperan sebagai mangsa Naruto itu. Atau bahkan Sasuke yang akan datang menyelamatkan? Well, we'll see soon.
.
"Merepotkan sekali si tua itu, mengajak bertemu disaat seperti ini.. Harusnya sekarang aku harus membuat Hinata semakin yakin akan cinta ku" dan gerutuan itu terus mengalir halus dari bibir anak SMA bersurai kuning cerah itu, jika masalah siapa yang harus disalahkan adalah si manusia termesum sepanjang sejarah hidupnya a.k.a Jiraiya.
Gerutuannya itu berhenti selaras dengan berhentinya langkah kaki sang blonde di depan sebuah rumah bergaya jepang. Dibukanya gerbang memasuki halaman rumah yang dipenuhi oleh tumbuhan merambat dan bunga-bunga dalam pot, sepertinya sang pemilik rumah sangat merawat rumahnya dengan baik, tapi sekarang bukan saatnya untuk memuji.
Sreek...
Suara pintu geser berpindah dari tempatnya semula, disusul dengan bunyi yang sama dengan sebelumnya. Aneh, ada sandal lain selain milik kakek tua itu. Ada tamu? Tidak biasanya ada tamubatinnya, lalu dari salah satu belokan koridor dengan dengan sang blonde keluar seorang pria dengan rambut putih berantakannya mengenakan yukata hitam bercorak merah.
"Okaeri, Naruto" sapanya sambil mendekati orang yang di dekat pintu.
"Ya. Tadaima, Jiraiya-san. Lama tidak bertemu" jawabnya sambil berojigi tanda hormatnya kepada pak tua itu.
Tuk... Satu jitakan telah menyentuh kepala pirang milik sang mentari itu.
"Ittai! Ittai jii-san"
"Tidak usah berlaku sopan seperti itu, tidak seperti dirimu tahu"
"Hehehe... Nee, ero-jiisan kau ada tamu?" Tanyanya to the point.
"Tamu mu sebenarnya, masuklah" tanpa rasa malu Naruto langsung saja masuk beriringan dengan orang yang di panggil ero itu.
Setibanya dipintu sebuah kamar yang dijadikan ruang tamu itu, tampang Naruto yang sebelumnya tersenyum senang berubah menjadi shock. Di depannya duduk seorang yang sangat dikenalnya, orang yang selalu membuatnya kesal setiap kali Naruto sedang bersama dengan Hinata.
"Bu- buat apa kau kemari?!" Tanyanya -lebih menjurus makian - kepada pemuda yang duduk disana dengan santainya.
"Ohayo, Namikaze-san" jawab orang itu dengan senyum yang sangat manis. Dan melihat itu Naruto hanya dapat kaku dengan wajah yang memerah...
TBC
Cuap-cuap author :
Woow.. Crime pertama. Akhirnya punya keberanian buat ngepublish ginian juga. fuh.. Seperti yang ditulis di atas, ini permintaan teman, sebenernya aku masih ragu buat publish, tapi berkat kata-kata (paksaan) dari dia, cerita ini ada di FFN *alah curhat* sekali lagi thanks buat Hana... Arigatou. Hehe...^^v lagi gamau banyak bicara dulu deh... Akhir kata :
REVIEW Please..!
