"Apa yang kau sembunyikan? "

"Tak ada"

"Heiiii... Tuan Uchiha aku tau, kau sedang menyembunyikan sesuatu"

"Tck... Tidak ada yaa tidak ada, Sudahlah aku mau pulang"

Gadis itu menatap kepergian kekasihnya yang akan melangkah keluar rumahnya namun sebelum pemuda dengan marga Uchiha itu berhasil keluar gadis itu terlebih dahulu menarik baju pemuda itu hingga membuat benda yang sedari tadi disembunyikan sang pemuda akhirnya jatuh.

"AHAA... Kau tak bisa menyembunyikannya dan aku selalu benar"

Teriak sang gadis kegirangan mengetahui dugaannya tepat. Sedangkan sang Uchiha hanya menghelah nafas pasra.

Kedua remaja yang masih dibaluti oleh seragam sekolah itu akhirnya berjalan kearah kamar sang gadis. Namun dengan paksaan gadis itu terlihat dengan tarikan paksa yang menuntun sang pemuda yang pasra.

"Heii... Sakura, kenapa memperlakukan sasuke seperti itu? "

Gadis dipanggil sakura sedangkan pemuda yang dipanggil sasuke itu menoleh menatap wanita paruh baya yang sedang menatap mereka bingung.

"Ini urusan remaja ibu Kami selesaikan dulu yaa"

Kembali menarik sasuke mengikutinya yang hanya tak peduli dengan sikap sakura. Sedangkan wanita yang dipanggil ibu itu hanya menggulum senyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Nahh... Sekarang katakan apa ini? "

Kata sang gadis setelah memperlihatkan buku tebal yang berada ditangannya.

"Apa kau buta"

"Ishhhh... Jujur saja sang Uchiha keras kepala"

"Hahh... Apa kau tidak lihat sakura itu buku"

"Aku tau tap_"

"Buku catatan untukmu selama kau tak kesekolah. Tadi aku ingin memberikannya tapi sepertinya kau tak membutuhkannya"

"Ahhh... Kau cemburu karena gaara mendahuluimu yaa.. "

" memang sepantasnya aku cemburu"

Bluss. Wajah sakura memerah padam. Tadi ia hanya bercanda tapi dibalas serius oleh sasuke. Ia tak menyangka mengapa kekasihnya itu begitu pencemburu dan overprotektiv padanya.

"Hmmm... Hahahaha.. Aku tak percaya, seorang Uchiha arogan sedang merajuk"

"Berhentilah tertawa sakura"

"Hahahaha... Kyaaa"

Betapa terkejutnya sakura saat sasuke dengan cepat menindih tubunya setelah ia mendarat dikasurnya yang empuk.

"Heii... Heii... Sa.. Sasuke ibuku nanti lihat.. SASUKE! "

"baguslah, kita akan segera menikah jika ibumu melihat"

"Ohhhayolah... Sasuke, apa yang membuatmu seperti ini"

"Hanya satu orang yang mampu membuatku seperti ini"

Sial!

Itulah umpatan pertama yang dikeluarkan oleh pemuda itu saat melihat hujan yang semakin deras seiring dengan langkahnya yang juga bertambah cepat.

Berjalan mencari tempat untuk berteduh akhirnya ia menumukan halte tempat sasarannya agar hujan tak semakin membuatnya basah.

Ia tak sendiri di halte tersebut. Ada seorang gadis yang juga sedang berdiri disana sepertinya ia sedang menunggu seseorang terlihat dengan payung yang masih terbuka lebar yang sedang ia pegang sehingga tak menampakkan seluruh tubuh sang gadis akibat tertutupi oleh payung besarnya.

"Aku di halte bus konoha, cepatlah kesini"

Kata pemuda bernama sasuke itu datar pada seseorang diseberang sana yang sedang ia telepon.

Ia sebenarnya tak peduli pada gadis disampingnya ini. Namun melihat reaksinya setelah ia berbicara tadi membuatnya sangat tertarik untuk melihat siapa gerangan dibalik payung tersebut.

Namun belum sempat beberapa deting sang gadis beranjak berjalan dengan cepat menjauh darinya. Entah apa yang membuat sasuke merasa kecewa setelah tak berhasil melihat wajah gadis yang semakin menjauh tersebut.

"Oiiii... Sasuke apa yang kau lakukan? Cepat masuk!!"

Barulah sasuke sadar dari lamunannya tentang gadis tadi itu. Sekarang ia beralih menatap temannya yang sedang menatapnya heran dari dalam mobil.

"Berisik naruto! "

"Yayaya.. Cepatlah, Hinata sudah menungguku nihh"

Sasuke hanya mendecih sebagai jawabannya kemudian berjalan dengan tenang memasuki mobil naruto membiarkan sedikit hujan membasahi tubuhnya.

"Ada apa? "

Tanya naruto setelah melihat tingkah sasuke yang tak seperti biasanya. Pemuda itu melamun entah apa yang berhasil memenuhi pikiran sasuke sehingga membuatnya terlihat sangat berbeda sekarang.

"Bukan apa-apa"

"Kan, aku sudah bilang tadi tunggu saja di halte. Kenapa kau juga ikut kesini"

"Sudahlah ino, kau ingin kutemani atau tidak sih?! "

"Hehehe... Maaf.. Maaf. Yasudah aku bayar dulu yaa, setelah itu kita berangkat"

Gadis bernama Sakura hanya menatap sahabatnya itu jengkel. Kemudian ia menatap sekelilingnya. Cukup kaget setelah menyadari bahwa sahabatnya itu akan keperpustakaan untuk membeli buku resep kue yang akan ia buat dan berikan pada kekasihnya sai. Bukan hanya itu yang membuatnya kaget tapi tempat inipun.

Sungguh setelah ia beberapa tahun di Suna dan baru kemarin ia kembali lagi ke sini. Tak ada yang berubah dengan perpustakaan ini. Bahkan sisah kenangan yang masih terngiang diotaknya pun masih sama.

Berjalan menelusuri perpustakaan itu dalam diam. Hingga akhirnya berhenti pada rak buku dengan beragam buku novel didalamnya. Seakan ada layar rekaman tua didepannya kenangannya bersama seseorang dahulu saat dirinya masih remaja terlihat jelas didepannya.

Sungguh ia sangat rindu akan pemuda itu. Bahkan tadi ia mendengar suaranya. Walau ada perubahan didalamnya namun ia masih sangat mengenal suara itu. Tak mau ambil pusing, entah itu khayalannya atau memang kenyataan sekarang ia tak lagi peduli.

Ya dia tak peduli.

Atau berusaha tak peduli.

Ia berjalan mendekat kearah buku novel tebal dengan judul 'Where I Go' itu kemudian memegangnya. Ia tak menyangka bahwa buku itu masih ada.Membuat kenangan itu kembali memutar.

Kenangan dimana dirinya dengan bangga memperkenalkan buku itu pada seorang pemuda yang hanya mendengarkannya dengan malas.

Membuat setetes air mata kembali jatuh. Namun dengan cepat dihapusnya dan dengan segera beranjak dari sana menuju sahabatnya tak mau berlama-lama disana karena ia tau bahwa hatinya akan semakin sakit jika terus berada disana.

Sasuke hanya menatap datar sahabatnya yang sedang bertelepon ria dengan kekasihnya. Selama perjalanan ia hanha terdiam menatap perumahan yang ia lewati. Hingga akhirnya ia melihat sebuah perpustakaan yang hampir setiap hari ia kunjungi bersama seorang gadis saat ia masih duduk dibangku sma. Saat dimana ia masih memiliki warna dalam hidupnya.

Jujur ia masih sangat sering kesana hanya untuk melepas rindunya dengan gadi itu. Ya tentu ia masih sangat merindukannya hingga sekarang, karena ia tau bahwa tak ada seorangpun yang mampu menggantikan tempatnya hingga sekarang.

Dan betapa bodohnya dirinya dahulu membiarkan gadisnya pergi begitu saja. Waktu dimana dirinya mulai membenci dirinya sendiri hingga sekarang.

"Kau ingin aku putar balik dan kesana?"

Sasuke yang baru menyadari ternyata sahabatnya sedari tadi memerhatikan dirinya itupun melirik sejenak kemudian memandang lurus kedepan.

"Sudahlah, jangan membuang-buang waktu"

"Kau yakin?"

Tanya naruto seolah dirinya sekaranglah yang tak yakin akan ucapan dari sasuke.

"Ya"

Akhirnya naruto hanya diam dan terus menjalankan mobilnya fokus pada pekerjaannya. Ia sangat tau apa yang sedang dialami oleh pemuda itu. Ya tentu saja karena ia adalah orang pertama yang mengetahui permasalah dari sasuke. Baik dari sasuke sendiri yang memberitahukannya maupun dirinya sendiri yang mengetahuinya.

Dan sekarang yang hanya dapat ia lakukan adalah menghibur pemuda tersebut. Seolah semuanya baik-baik saja.

"Kau yakin, tak mau ikut"

Setelah beberapa menit akhirnya mereka sampai didepan apartemen sasuke. Naruto yang sedang bertanya menatap sasuke munggu jawaban dari sahabatnya itu.

"Kau tentu tau jawabanku naruto"

Naruto hanya dapat menghelah nafas pasra. Menatap prihatin sasuke yang beranjak keluar dari mobilnya. Sungguh ia rindu sasuke yang dulu. Bertanya-tanya kemana sosok diri pemuda itu sesungguhnya.

Sebelum sahabatnya itu masuk kedalam naruto sempat mengucapkan sesuatu yang membuat tubuh sasuke mendadak berhenti terdiam mematung.

"Oii... Jangan membuat dirimu menjadi orang bodoh sasuke. Sekarang kau bahkan lebih bodoh dari orang terbodoh didunia ini"

Sasuke berhenti menatap kepergian naruto, baru kali ini ia mendengar sahabatnya itu berbicara serius dan tepat sasaran. Walau memang ia aku naruto sering tepat sasaran namun ucapan sahabatnya tadi itu mampu menusuk hatinya yang terdalam.

Dan sekarang ia akui bahwa ucapan naruto memang benar.

Jadi apa yang akan dilakukannya sekarang ini?

Bersambunggg...