Prolog
Hello, My First Love
University, Hurt/Comfort, Romance, Humor
Boy X Boy / YAOI
Kim Taehyung
Jeon Jungkook
Kim Jisoo
And Other Cast
With pairing : TaeKook - KookV
;;Rizkah Hijriyah;;
.
.
-Cinta pertama adalah cinta yang sulit dilupakan. Kebanyakan orang yang pernah merasakan cinta pertama pasti akan berpendapat demikian. Termasuk Taehyung yang hingga kini belum menemukan cara untuk melupakan cinta pertamanya itu, Jeon Jungkook-.
.
.
Taehyung POV
Awalnya, ku kira hanya sebuah rasa kagum. Kagum terhadap seseorang yang memang pantas untuk dijadikan sebagai idola. Namun, rasa kagum itu berbalik menyerangku, dengan seenaknya perasaan itu berubah haluan –aku menyukainya…
—aku menyukai seseorang yang dulu hanya ku kagumi dari sudut pandang seorang teman. Seseorang itu, yang memiliki wajah semirip idolaku. Menjadi cinta pertama dalam hidupku.
Pertemuan yang berawal dari bersatunya kami di kelas yang sama itu, membuatku beserta teman-temanku yang memang menyukai dunia musik, mempunyai satu pikiran yang sama. Orang itu, memiliki wajah yang sama dengan Jeon Junghyun. Salah seorang anggota boy group terkenal Korea Selatan, Negara kami.
"Jungkook mirip dengan seseorang…"
"Ya, dia sangat mirip…"
"Siapa yang kau maksud, Tae?"
"Junghyun Bangtan Sonyeondan…"
"Kau benar… Jungkook benar-benar mirip dengan Junghyun…"
Sejak saat itu secara diam-diam aku mulai menaruh perhatian padanya. Jika teman-teman di kelas akan mengatakan kekaguman mereka secara terbuka pada orang itu, maka aku melakukan hal yang sebaliknya. Karena, seumur hidupku, baru pertama kali aku mengagumi teman sekelas ku sendiri. Aku gugup dan… ragu.
Dia seorang pemuda tampan yang memiliki keahlian di segala bidang; akademik maupun non akademik. Seorang pemuda yang telah memiliki gadis cantik dan berkencan dengannya seminggu setelah dirinya resmi menjadi siswa sekolah ini. Dan jika di hitung, itu sudah dua tahun yang lalu.
Ya, aku kalah telak dengan gadis itu. Karena selain genderku yang sama dengan kekasihnya, aku bahkan baru mengenal kekasih tampannya itu saat kami duduk di bangku dua senior high school. Lagipula, aku juga tidak terlalu pintar darinya yang biasa menjadi juara kelas. Membuatku selalu berpikir jika aku dan dia sangat jauh berbeda.
.
.
Setiap harinya aku akan menatapnya dari jauh. Walau tidak segan pula aku berani menggambar wajahnya di secarik kertas, karena tidak memungkinkan aku mengambil fotonya entah secara langsung ataupun di akun media sosialnya –aku bahkan tidak berani untuk menatap kedua matanya.
Meski dia selalu memanggilku dengan nama lengkapku, Kim Taehyung, aku selalu senang. Karena dalam hati, aku selalu ingin mendengar suaranya, aku ingin menjadi lebih dekat dengannya, aku ingin melihat dia berada di sekitarku.
Maka ketika aku tidak melihatnya di dalam kelas saat salah satu pelajaran sedang berlangsung, aku hanya dapat menatap tasnya yang berwarna merah dengan garis putih vertikal itu dan berdo'a semoga dia baik-baik saja. –Dia suka membolos bersama teman-teman yang lain, itulah sebabnya aku sering memperhatikan tasnya, aku bahkan hafal detail aksesoris tasnya hanya dalam beberapa hari—.
.
.
Meski satu tahun berada di dalam kelas yang sama, 2-5, tidak membuat hubungan kami semakin akrab. Aku merupakan orang yang netral, sedangkan dia memiliki kelompok bermainnya sendiri. Walau tak jarang dia juga netral, tetap saja kami sulit untuk berkomunikasi. Mungkin jika ada kesempatan, kami bisa berada di kelompok yang sama untuk mengerjakan tugas. Itupun, bukanlah aku yang memulai obrolan, tetapi temanku yang lain, sehingga kami bisa mengeluarkan suara dan saling bertukar pikiran.
Dan, dikelas 3-8 inilah, aku dan dia kembali dipertemukan. Tidak! Sebenarnya sebelum pembagian kelas terjadi, aku sempat berdo'a kepada Tuhan. Setidaknya jangan pisahkan aku dengan orang itu. Dan semuanya terjadi… do'aku terkabul.
Dia tidak lagi memanggilku dengan nama lengkapku, dia hanya memanggilku dengan 'Tae'. Aku senang… Aku sangat senang.
.
Aku suka manga, film, dan apapun yang berhubungan dengan Jepang. Begitu pun dengan dia… orang itu suka mengoleksi film buatan Jepang. Itulah salah satu alasan kami menjadi semakin akrab di tahun terakhir ajaran kami.
Kemudian, aku juga sangat berterima kasih kepada Tuhan karena telah membiarkan aku duduk di tempat yang mana jika tugas kelompok diberikan ssaem akan mulai berhitung hingga kami akan lebih sering menjalin kerja sama.
Bahkan, dia tak jarang memintaku untuk duduk di sampingnya jika teman di sebelahnya berpindah tempat duduk. Sebaliknya, jika seseorang yang duduk di sebelahku tidak bisa hadir karena suatu alasan, dia akan datang dan duduk di sampingku dengan nyaman.
.
Aku tidak percaya, aku telah melewati itu semua dengan baik. Kami benar-benar telah menjadi teman yang akrab, entah aku yang memberi nasihat atau dia yang lebih dulu bertanya padaku mengenai suatu hal.
Namun, tidak ada yang menyadarinya, bahkan diriku sekalipun. Jika rasa kagum pada wajahnya yang mirip dengan Junghyun itu telah berubah. Aku menyimpan rasa… perasaan itu tumbuh ketika aku menyadarinya setelah beberapa bulan hubungan kami terjalin semakin baik. Aku menyukainya… Aku sangat menyukainya.
Aku juga mengerti, meski begitu, aku sangatlah tidak pantas untuknya. Bukan soal tipe, tapi karena aku yakin, dia pasti tidak menginginkan aku menyatakan perasaanku padanya meski hanya sekali. Lagipula, kekasihnya yang cantik itu terlihat sangat setia padanya. Tidak ada celah untukku menyatakan perasaan ini.
"Tae, apa kau sudah mengerjakan PR Bahasa Inggris? Boleh aku minta jawabanmu?"
Aku menatap ke arahnya –tidak pada matanya—. Aku berpikir, kenapa juara kelas selalu saja menyontek jawaban Bahasa Inggris dariku? Aku tahu, aku salah satu dari beberapa orang terbaik di kelas dalam hal ini, tetapi kenapa harus padaku?
"Kenapa kau belum menyelesaikannya?"
"Aku sudah bilang, aku tidak mengerti Bahasa Inggris…"
Bohong. dia bahkan mengerti apa yang tidak ku mengerti. Grammar, dan lain sebagainya.
"Kau mengerti, Jungkook-ssi. Kau selalu menjawab dengan benar pertanyaan Ssaem"
"Untuk soal aku tidak mengerti Tae. Tapi jika kita membicarakan pertanyaan spontan dari Ssaem, itu lain lagi ceritanya"
Dia tersenyum dan aku selalu diam. Bukan karena marah padanya. Aku hanya tidak ingin terlihat berbunga-bunga jika melihatnya tersenyum, bahkan tertawa. Karena demi apapun, dia benar-benar mirip dengan Junghyun.
"Baiklah. Salin dengan cepat! Ssaem pasti sedang dalam perjalanan"
"Terima kasih Tae. Kau manis sekali pagi ini…"
Selalu seperti itu. Aku tahu jika aku bahkan dinobatkan sebagai laki-laki dengan wajah yang tampan dan juga cantik dalam waktu bersamaan. Tapi ku pikir… jika dia yang mengatakannya… apa itu tidak akan menimbulkan efek? Bisa saja, jika orang lain yang mendengarnya pasti merasa aneh.
Bukan hanya sekali, tapi beberapa kali, pemuda itu, Jeon Jungkook, dia selalu membuatku malu dengan caranya yang bermacam-macam. Membuatku sedikit berharap padanya.
Pertama, dia kadang datang padaku hanya untuk menyuruhku memijatnya sedikit dan memintaku bersenandung agar ia bisa tertidur. kedua, terkadang, ia juga memintaku untuk menjadi partner tugas kelompoknya jika kami tidak bisa berada dalam tim yang sama. Dan beberapa lainnya, —yang selalu berhasil membuat kedua pipiku memanas.
"Oh ya, aku lupa jika kau menyukai seseorang di kelas ini… Junghwa-ya"
Atensiku teralihkan dari buku-buku di atas meja menuju tiga orang temanku. Choi Minki, Yook Sungjae, dan Park Junghwa di hadapanku.
"Ssst! Sungjae-ya, jangan bicara yang aneh-aneh di depan Tae!"
Aku merengut, tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan. Lalu kenapa Junghwa menyebut namaku? Apa itu? Aku tidak boleh tahu siapa yang dia sukai? atau…
Karena akhir-akhir ini hubunganku dengan Jungkook semakin baik? Apa mereka bertiga, bahkan teman-teman sekelasku mengetahui ada yang aneh dari diriku? Karena aku akan diam dan tidak banyak tingkah ketika berhadapan dengan pemuda Jeon itu.
"Tidak apa-apa, lagipula dia tidak tahu siapa yang kau sukai"
"Lalu kenapa kalian menyembunyikannya dariku? Ayo beritahu aku! Siapa orang itu?"
Mereka adalah temanku. Kami bertemu di tingkat dua, tapi tidak sekalipun mereka mengungkapkan rahasia mereka padaku. Mungkin karena aku netral, jadi mereka tidak ingin aku terlibat, karena jika aku terlibat, aku bisa menungkapkan hal itu pada siapapun. Padahal, aku pasti akan memisahkan persoalan setiap orang, sehingga semua akan aman.
"Bukan siapa-siapa, Tae! Kau akan tahu nanti…"
Aku menatap Junghwa lekat. Apa Jungkook yang dia suka? Mereka cukup dekat… Tidak! Mereka bahkan sangat dekat, seperti kakak-adik. Junghwa juga memiliki kontak Jungkook di ponselnya, begitu juga Jungkook. Aku pernah membaca kontak Jungkook di kotak pesan masuk di ponsel Junghwa. Ah! Mereka sering bertukar pesan.
.
.
Hingga beberapa bulan sebelum ujian kelulusan datang. Aku tidak pernah sempat menyatakan perasaanku pada Jungkook. Aku selalu takut, aku gugup, aku ragu, dan aku yakin dia akan menolakku lebih dulu bahkan sebelum aku mengucapakan satu kata padanya.
Sekitar empat bulan terakhir, aku mendengar hubungannya dengan kekasihnya sudah berakhir, bahkan gadis itu sudah memiliki kekasih baru. Dan jika aku memilih untuk menyatakan perasaanku disaat seperti ini, aku pasti akan di nilai buruk di matanya. Memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, padahal aku tahu jika dia sangat mencintai kekasihnya yang satu angkatan dengan kami itu.
Tapi apakah aku salah, jika mengatakan Kim Jisoo, adalah wanita yang kurang baik untuk Jungkook? Aku mengenalnya, kami satu sekolahan saat junior high school. Gadis itu sangat cuek terhadap Jungkook meski Jungkook telah berusaha seromantis mungkin. Teman-teman di kelas juga setuju jika Jungkook yang akan dirugikan disini. Gadis itu tidak terlalu memperdulikan Jungkook.
"Dia gadis yang aneh! Jika Jungkook tidak menghubunginya semalam saja, dia akan menuduh Jungkook berselingkuh. Tapi jika Jungkook berada disampingnya, gadis itu seperti menganggap Jungkook sebagai boneka…"
aku masih mengingat kalimat panjang itu yang diucapkan ketua kelas. Kami para asuhannya tentu saja menyetujui kata-kata itu saat melihat Jungkook berjalan di samping Jisoo yang hendak pulang. Kelas gadis itu dan kelas kami bersebelahan, jadi kami bisa melihat sendiri bagaimana kelakuan gadis itu.
Jika seperti ini jadinya, aku sangat yakin bahwa kisah cintaku sama seperti yang di alami Taylor Swift pada lagunya yang berjudul You Belong to Me.
.
"Tae, kenapa kau menyimpan foto Jungkookie?"
Saat itu aku dan beberapa teman datang ke game centre, Junghwa menatapku penasaran, tapi jauh dilubuk hatiku, aku yakin ada nada cemburu yang terselip dalam pertanyaannya. Bukan! Mungkin amarah karena takut aku mengambil Jungkook dari Jisoo atau berpikir bahwa aku sangat tidak pantas untuk Jungkook.
Aku menatap wajahnya, kedua alisnya manyatu… dan itu artinya… dia tidak menyukai fakta yang baru dia ucapkan.
"Kemarin aku hendak melihat-lihat apa saja yang ada di laptopmu, dan… aku menemukan itu…"
"Aku menyimpannya untuk memberikan hadiah specialku. Bukankah kau lihat sendiri jika tidak hanya foto Jungkook-ssi saja… ada Jinyoung hyung, dan Yuki…"
Ya, alasanku menyimpan fotonya adalah karena aku ingin memberikan hadiah specialku untuk orang-orang yang lahir dibulan september. Bulan yang sama dengan bulan kelahiran ibuku.
Mereka bertiga melihat postinganku di twitter mengenai sebuah foto kue ulang tahun. Beberapa saat kemudian mereka mengirimiku pesan lewat Line, memintaku untuk memberikan mereka hadiah juga. Dengan inisiatif yang tinggi, aku membuat sendiri kartu ucapan untuk mereka. Aku mengambil foto-foto mereka dari akun media sosial mereka dan menempelkannya di kartu ucapan.
"Oh ya? Maaf… aku hanya penasaran"
Haruskah orang penasaran menunjukkan ekspresi membunuh seperti itu? Park Junghwa-ssi? Dia pasti mencurigaiku.
"Kenapa? Kau cemburu?"
"TI-TIDAK! tentu saja tidak! apa yang kau katakan Tae!"
.
.
Dan pada akhirnya, hubunganku dengan Jungkook tidak pernah 'hanya' sebatas teman. dia bahkan tidak balik mengikutiku di twitternya. Sehingga aku harus berhenti mengikutinya setelah berhari-hari menunggu.
Setelah acara kelulusan pun, kami tidak banyak bicara. Kami bahkan tidak bertegur sapa. Kami hanya saling berpapasan tanpa senyuman dibibir kami. Dia pergi dengan teman-teman dari kelas terdahulunya, sedangkan aku hanya duduk diam di belakang tempat duduk Seonsaengnim bersama teman-teman sekelas.
Taehyung POVS End
.
.
.
.
END of PROLOG
