Disclaimer: Kuroko no Basket by Fujimaki Tadoshi / Cover by owner
Warn! Boys love/Drabble
Cerita yang terinspirasi dari cover. Kenapa milih ini?
Karena lucu astaga gambarnya itu cute *o*
Hari sudah malam saat dua remaja itu berjalan beriringan menelusuri trotoar. Yang satu tampak berusaha lebih untuk menyeimbangi langkah lebar temannya. Seolah menutup mata, yang satunya lagi tak berusaha memperkecil jarak langkahnya. Peduli apa dia? Kenapa dia yang harus mengalah? Memangnya siapa orang itu? Ah, dia lupa. Takao Kazunari adalah teman satu sekolahnya. Teman satu kelasnya, dan teman sau tim basket dengannya.
Si berisik itu selalu saja sama. Tak peduli situasi dan kondisinya. Seperti sekarang. Udara dingin tak membuat dua belah bibir yang nampak memucat itu terkatup rapat. Berhenti untuk sejenak saja tidak berbicara jangan biarkan angin malam masuk ke perut. Huh, bukannya Midorima Shintaro peduli dia kena masuk angin atau apa. Hanya saja telinganya mulai memerah.
"Shin-chan, Shin-chan, Shin-chaaaaan…"
Tap.
Bruk.
"Urusai, Bakao!"
Takao mengusap wajahnya yang berhantaman dengan dada bidang Midorima barusan. Mengabaikan sedikit nyeri di hidungnya, anak itu justru tersenyum lebar.
"Hehehe.. Apa kau tahu, Shin-chan, aku kedinginan."
Helaan nafas berat terhembus setelah kedua alis Midorima bertaut. Ia tak mengerti dengan apa mau temannya ini.
"Bukan urusanku nodayo." Midorima berbalik dan mulai melangkahkan kaki.
"E?" Mata coklat madu Takao membulat.
"Tunggu, Shin-chan. Aku kedinginan." Berlari ia mengejar teman jangkungnya yang sudah jauh di depan.
"Tsk!" Mendecih sebal Midorima berhenti. Kali ini ia merasakan hantaman di punggungnya. Takao nabrak lagi.
Midorima berbalik. "Mau kau kedinginan atau tidak, itu bukan urusanku, Bakao! Lagipula untuk apa kau laporan ke aku nodayo? Dan bisakah kau tidak menabrakku? Mengganggu!"
"Mou~ Shin-chan. Kau jahat sekali :( "
Alis Midorima berkedut. Apapun tolong jangan wajah merengek bodoh itu.
"Nah, Shin-chan."
Tersenyum kembali, Takao meraih kedua tangan besar Midorima. Jemari panjang nan lentik itu seperti biasa terbalut perban. "Biarkan aku pinjam tanganmu."
"E? Ta-Takao!"
Meletakkan tangan itu di kedua belah pipinya. "Eheheheh.."
Midorima diam. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang.
Takao memejamkan mata. Mengeratkan genggaman tangannya ke tangan yang lebih besar. Sambil tersenyum kucing ia berkata,
"Tangan hangat Shin-chan. Aku menyukainya ^^ "
Yang lebih jangkung memalingkan wajahnya yang mulai bersemu. Hangat. Midorima merasa hangat.
Anak ini. Selalu saja membuat Midorima berdebar hanya dengan tindakan konyol yang ia perbuat.
Sekali hentak ia menarik kedua tangannya dari pipi tembam Takao.
"E? Kenapa dilepas, Shin-chan?"
Lagi. Midorima menghela nafasnya. "Bakao, kau tak akan merasa hangat jika seperti itu."
Mata Takao berkedip tak paham. Melihat itu membuat Midorima mendengus.
"Ada yang lebih hangat."
"Ha? Ap—"
"..."
"..."
"Merasa hangat?"
Takao tersenyum. "Uhum."
Perlahan melingkarkan lengannya di pinggang Midorima.
.
.
.
The End.
Note: pendek? jangan. jangan bola tangan, teman-teman!
