Hallo \(•x•)/...

fanfic kali ini ini bergenre fantasy, sekali sekali nyoba genre fantasy

Terinpirasi dari film Saint Seiya sih, tapi cuma nama saintnya saja yang saya pakai. Jalan ceritanya sama kekuatannya hasil sendiri kok~

Oke, happy reading minna~^^


Sekedar info~ -3- (buat fanficnya)

Saint yang dimaksud di sini adalah sebutan untuk para calon maupun ksatria suci yang dididik agar suatu saat nanti dapat menjadi guardian Konoha.

Saint di sini dikelompokkan menjadi 4 jenis kekuatan yang berbeda:

Holy ability:

Kekuatan suci. Kekuatan yang berhubungan dengan cahaya, dan menghilangkan suatu kutukan akibat darkness ability. Kekuatan holy ability ini juga mampu menyembuhkan luka hingga pada tingkat tertentu serta melepaskan serangan dalam bentuk cahaya atau petir. Orang berkemampuan ini sama sekali tidak akan mampu menguasai darkness ability.

Darkness ability:

Sesuai namanya kekuatan ini berdasarkan pada kekuatan kegelapan. Kekuatan yang mampu untuk melepaskan suatu kutukan pada lawan dan mampu melepaskan frekuensi serangan yang cukup kuat serta dapat membuat sebuah ilusi mengerikan. Orang yang memiliki ability ini hanyalah mereka yang berstatus "demon saint". Sama halnya dengan holy ability, orang berkemampuan darkness ini tak akan dapat menguasai holy ability.

Nature ability:

Ability ini menggunakan bantuan dari alam. Pengguna ability macam ini menggunakan kekuatan dari alam alam yang ada seperti api, air, angin, tumbuhan, es, dll. Tetapi tidak semua elemen bisa digunakan. Saint umumnya hanya dapat menguasai dua hingga empat elemen saja. Orang yang mampu menguasai hingga lebih dari lima elemen disebut " rare saint". Ability semacam ini juga dapat menjadi kekuatan para pemilik holy ability dan darkness ability.

Eye ability:

Ability yang berdasarkan pada kemampuan mata si pengguna. Eye ability tidak terbatas jenisnya. Sangat bervariasi dan memiliki fungsi sendiri-sendiri. Penggunanya hanya dapat mendapat satu jenis eye ability saja. Akan tetapi, saint ability ini tidak akan mampu menguasai holy ability, darkness ability, maupun nature ability.

Para saint biasanya akan memiliki senjata sesuai dengan ability yang mereka miliki. Terkecuali untuk saint berkekuatan eye ability. Mereka akan mendapatkan senjata yang dapat digunakan dari jarak jauh karena mereka tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menyerang.

Nah, sekian dulu infonya, kita mulai~

A Narusaku fanfiction

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Pair: Narusaku slight Sasuhina

®Warning: AU, Ooc, Alur Gaje, Typo bersebaran, alur kecepatan.

-Saint Academy-

.

By Hadaika Kazama

Chapter 01: S.A (Saint Academy)

[Sakura Pov]

Saint itu apa?

Entahlah, sebenarnya aku sendiri tidak begitu mengerti. Justru karena alasan itulah aku memilih masuk ke sekolah ini. Itung-itung menepati janjiku pada Menma juga.

Sekolah para calon saint dengan ability mereka masing-masing. S.A ( Saint Academy ).

Kudengar dari ibuku sih tempat ini adalah sekolah untuk mendidik anak-anak yang memiliki kemampuan serta ability-ability khusus pada diri mereka. Jenis ability milikku sendiri adalah nature ability dan sedikit err... holy ability sepertinya. Lalu sekedar informasi, orangtuaku adalah lulusan sekolah ini juga.

"Menma... aku sudah ada di sini."

"Di sekolah impian kita berdua..." ucapku getir. Tentu saja aku hanya berbicara sendiri. Orang yang tadi kusebutkan namanya itu sebenarnya sudah tiada. Ia meninggal satu tahun yang lalu. Sungguh kejadian yang menyedihkan.

Dulu aku pernah membuat janji dengannya. Berusaha agar bisa masuk ke sekolah saint ini agar nanti dapat menjadi guardian.

Tapi kali ini, menjadi guardian bukan lagi tujuanku. Tujuanku yang sesungguhnya adalah menjadi seorang Exorcist.

Saat ini aku tepat berada di depan gerbang S.A. Mengagumi betapa megahnya sekolah khusus para saint ini. Arsitektur bangunannya memang seperti sekolah SMU pada umumnya, sih. Tapi entah kenapa terasa begitu...begitu...begitu elit.

Wuihh, aku akan bersekolah di sekolah elit ini. Mengenakan seragam dari S.A yang kudengar bertuliskan "Saint" di bagian jas sekolah yang dibordir dengan benang emas. Keren!

Kakiku pun mulai berjalan masuk ke sekolah besar yang telah menjadi janji antara aku dan Menma. Seraya berjalan, mataku bergerak gelisah mencari-cari tempat dimana untuk mendaftar.

Puk!

Aku merasa bahuku ditepuk oleh seseorang. Dengan cepat, badanku memutar dan menghadap ke arahnya.

"Ma..maaf, apa kau tahu dimana tempat pendaftaran siswa baru S.A?" Tanya seorang gadis yang sepertinya seusia denganku. 16 tahun. Ia terlihat gugup.

"A..ah, maaf, aku juga sedang mencarinya. Jika kau mau, kita cari berdua saja." Jawabku gugup.

"I..iya, boleh juga."

Oke, perjalan mencari tempat pendaftaran pun dilanjutkan. Sekali lagi, pandanganku sudah kusebar ke sekeliling ruangan ini untuk mencari tempat itu namun tidak ada satu pun ruangan yang memiliki tanda-tanda(?) bahwa itu tempat pendaftaran. Haihh, sekolah ini terlalu besar hingga susah mencarinya.

"Aahh!"

"A..apa?!" Pekikku terkejut. Gadis di sebelahku ini tadi baru saja berteriak.

"Aku ingat sekarang! Kenapa aku bisa melupakannya? Astaga..."

"Hah?!" Sungguh, aku tidak mengerti maksud perkataannya.

Gadis bersurai indigo sepunggungnya itu tidak menggubris keherananku dan mulai memejamkan matanya.

Gadis itu sedang apa?

Beberapa detik kemudian ia membuka kembali matanya dan apa yang tertampil pada iris matanya membuatku terkejut. Iris matanya yang semula berwarna lavender berubah menjadi violet pekat dengan tanda berwarna kuning di tengahnya yang mirip seperti pembidik pada senapan atau laser.

'A..apa-apaan gadis ini sebenarnya? Kenapa matanya bisa berubah seperti itu?'

"Eye ability, posisition eye, on!" Ujar gadis itu tetap membuatku tak mengerti.

Ia mengedarkan pandangannya ke segala arah. Bola matanya bergerak mengikuti arah pandangangannya.

Ia tetap seperti itu selama beberapa menit yang membuatku hanya bingung dan terbengong saja.

"Ketemu!" Teriaknya gembira

"Eh? Sungguh?" Ucapku tak percaya. Baru beberapa menit saja ia mengedarkan pandangannya tetapi langsung bisa menemukannya?!

"Benar. Tempat pendaftarannya ada di lantai dua sekolah ini. Kira-kira jaraknya sekitar sepuluh meter dari kita. Cukup naik tangga di sebelah toilet wanita kita bisa sampai. Hanya dua sampai tiga menit saja kok dari sini." Jelasnya yang sukses membuatku berdecak kagum.

"Sugoii...kau cepat sekali menemukannya, mana detail banget lagi. Aku sendiri saja sudah mencari lebih dari lima belas menit tidak ketemu." Pujiku

Gadis itu tersipu malu. "Ini berkat eye ability milikku."

"Eye ability?"

"Benar. Aku memiliki jenis eye ability posisition eye. Dengan ini, aku mampu mencari dan menentukan jarak serta waktu dari tempat, orang, maupun benda yang jauh sekalipun." Jelasnya lagi yang berhasil membuatku kagum hingga dua kali.

"Keren sekali..."

"...Hinata.."

"Apa?"

"Namaku Hyuuga Hinata. Salam kenal." Ucap gadis itu seraya mengulurkan tangannya ke depanku.

"A..aku Haruno Sakura. Salam kenal juga, Hinata!" Sahutku dengan membalas uluran tangannya dan tersenyum kikuk.

"Nah, ayo!"

"Oke!"

Waahh, baru saja masuk ke sekolah ini aku sudah melihat jenis ability yang luar biasa kerennya. Entah bagaimana jadinya nanti kalau aku akan masuk ke sekolah ini sebagai murid dari S.A. pasti akan kagum berkali-kali melihat kemampuan dari teman satu kelasku nanti.

Wuuiihh, nggak sabaaarr...


~oOo~

"Silahkan, ini formulir pendaftaran dan seragamnya."

Secarik kertas dan sebuah plastik berisikan pakaian berwarna dominan hitam dengan sedikit motif kotak-kotak tersebut aku terima dari tangan wanita di tempat pendaftaran tersebut.

"Oke, terima kasih." Ucapku singkat.

"Sakura-chan! Sini! Sini!"

Aku mendengar suara itu. Pandanganku bergerak mencari arah suara berasal. Bingo! Gadis berkemampuan eye ability dengan surai indigonya itu sedang melambaikan tangannya ke arahku. Ah, dia pasti mengajakku untuk duduk di kursi itu bersamanya.

Aku pun menghampirinya.

"Wahh, sepertinya seragam S.A keren ya!" Ucap Hinata riang.

"Yah, begitulah. Aku sudah tidak sabar untuk memakainya."

Banyak juga anak yang mendaftar ke S.A ini. Mereka semua adalah saint juga sepertinya. Nah, kira-kira ability macam apa yang mereka milikki. Aku berharap semoga saja ada pengguna nature ability sepertiku.

Mataku bergerak-gerak melihat macam-macam anak yang sedang mendaftar. Ada anak beralis tebal yang sedang berbicara kepada temannya dengan semangat berapi-api (haha...), ada anak laki-laki yang memiliki tatto merah di kedua pipinya dan sedang membawa anjing (untuk apa?!), anak perempuan bersurai cepol dua dengan gaya pakaian seperti China, dan err... laki-laki berambut raven bermata Onyx yang tampan dan cool. Banyak sekali anak di ruangan ini.

Bervariasi juga ya, orang-orangnya.

Namun pandangan mataku terhenti pada seseorang yang membuat jantungku terasa berhenti saat itu juga. Anak itu. Anak yang sedang berdiri di seberang ruangan bersama dengan anak berambut raven tadi. Ia terlihat sedang berbicara dengan anak itu.

Iris mata itu, surai blonde acak-acakkan itu, wajah itu. Semua hal yang berhasil membuat tubuhku gemetaran. Keringat dingin mulai mengalir dari pelipisku. Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin?

"Sakura-chan? Ada apa?" Hinata bertanya padaku. Aku mendengar hal itu tapi sama sekali tidak aku hiraukan. Pandangan mataku masih tertuju pada orang itu.

Tidak mungkin. Mustahil, seingatku ia sudah tiada. Aku tahu betul ia meninggal di hadapanku. Tepat di depan mataku.

"Me...Menma..." Gumamku tidak percaya atas apa yang kulihat.

Tanpa pikir panjang, aku berusaha mengejar anak berciri fisik mirip Menma tersebut yang sepertinya mulai meninggalkan anak bermata Onyx itu.

"Ah?! Sakura-chan mau kemana?"

'Mana mungkin. Mana mungkin. Menma sudah tiada. Ia sudah tidak ada lagi di dunia ini seharusnya.' Pikirku dengan tetap mengejar anak itu.

Namun belum sempat aku menemuinya, ia sudah hilang begitu saja. Ia menghilang begitu aku sampai di koridor salah satu kelas ini. Kemana dia?

"Ha..halusinasikah?" Ucapku seraya tetap mengamati koridor ini. Berharap anak tadi muncul di hadapannya. Namun hasilnya nihil. Ia tidak melihat anak mirip Menma itu lagi.

"Haahhh, sudah kuduga itu hanya halusinasi saja. Mana mungkin Menma masih hidup."

Aku merapikan kembali pikiranku yang sempat kacau tadi dan mengatur napasku agar tenang. Di dalam hati, aku meyakinkan bahwa Menma sudah tiada. Ia sudah pergi.

Selamanya...

"Sakura-chan!" Teriak Hinata dari kejauhan. Ah, sepertinya dia kelelahan akibat mengejarku.

Kini pandanganku beralih menatapnya yang sedang menghampiriku.

"Hahh, hah, kenapa kau lari begitu saja tadi, Sakura-chan?" Tanya gadis itu

Nah, aku harus jawab apa? Mengejar halusinasiku sendiri? Atau mengejar orang yang mirip dengan temanku yang sudah tiada?

"Engg tidak, aku hanya merasa melihat seseorang yang kukenal saja tadi. Maafkan aku." Benar, itu alasan yang tepat

"Kau punya kenalan di sini?"

Aku hanya menggeleng pelan. "Tidak, hanya saja dia itu..."

"Dia itu?"

"Ah sudahlah! Lupakan saja! Kita kembali ke tempat pendaftaran dan menyerahkan formulir ini." Ajakku seraya menggandeng tangan Hinata.

"A..ah, baiklah.."

Tadi baru saja aku ingin mengatakan bahwa ada seseorang yang sangat mirip dengan Menma. Sebenarnya tadi itu terasa terlalu nyata kalau untuk dikatakan sebagai halusinasi. Namun jika bukan halusinasi anak itu siapa? Kenapa bisa semirip itu dengan Menma. Saudara kembar Menmakah?

"Etto, kau yakin ini tempat pendaftarannya, Sakura-chan?" Ujar Hinata sukses membuyarkan lamunanku.

"Ah, apa? Iya tentu saja! Ini..."

-Singgggg~

-Krik! Krik!

"Eh?"

Lho?

Ini dimana?

Kok tahu-tahu ia sudah berada di tempat lain. Di koridor kelas yang sepi dan gelap tidak seperti tempat yang tadi. Seram sekali auranya.

Aku celingak-celinguk melihat ke sekitar. Gelap. Tidak ada seorangpun lagi selain dirinya dan Hinata di tempat ini. Tempat ini seperti setting film horor saja.

Dimana ini?

'Se...seram...' ucapku ketakutan. Aku bergidik ngeri sementara Hinata mencengkeram erat bahuku.

"Sakura-chan, ki..kita dimana ini?"

Aku bisa mendengar suara Hinata yang ketakutan. Ia juga sedikit menggigil dan itu bisa kurasakan karena cengkraman Hinata di bahuku.

"Hinata, kita... kita..."

"Kita apa?"

"Kita..."

"KITA NYASAARR, HIEEE!"

"E..EHHH?!"

(Chapter 01 End)

Tbc...

...


Oke, chapter 01 sekian dulu~

Any review? ^^